Melihat Naya berangkat jualan kue, Ratih senyam-senyum.
"Awas saja jika jualan kuenya tidak habis." Batin Ratih penuh ancaman.
Ntah apa yang akan terjadi jika kue-kue jualan Naya tidak habis?
Naya berkeliling mengelilingi komplek perumahan yang tidak jauh dari rumahnya, berharap kue-kuenya laku habis terjual hari ini.
"Kue-kue, rasanya enak... ibu-ibu mau beli kue tidak?" Naya menawarkan kue-kuenya kepada ibu-ibu yang sedang duduk sambil ngegibah.
Biasalah namanya ibu-ibu, wajar saja jika mereka kerjaannya ngegibah.
"Boleh nak, buat teman ngobrol." Jawab salah satu ibu-ibu yang ada di situ.
"Berapaan nak kuenya?" Tanya salah satu ibu-ibu yang lainnya lagi.
"Harganya 2 ribuan bu." Jawab Naya sambil tersenyum.
Para ibu-ibu itu, memilih beberapa kue-kue yang mereka suka. Setelah selesai mereka membayar kue-kue yang mereka beli, sungguh hati Naya bahagia karena satu persatu kue-kue Naya laku terjual.
"Terimakasih ya ibu-ibu, sudah membeli kue-kue saya." Ucap Naya dengan sopan.
"Sama-sama nak." Jawab ibu-ibu secara bersamaan.
Naya kembali berkeliling untuk menjual kue-kuenya, teriak demi teriak Naya lakukan berharap kue-kuenya hari ini habis terjual.
"Kue-kue, rasanya enak....!" Naya melangkahkan kakinya dengan semangat, tiba-tiba perutnya berbunyi kruyukkk....
"Rasanya, lapar sekali! Jika aku makan satu kue ini dan uangnya kurang, pasti mama akan marah padaku, sabar ya cacing-cacing di perutku yang baik nanti kita akan makan setelah sampai dirumah." Batin Naya dalam hatinya.
Meskipun rasanya sangat lapar, tapi Naya tetap semangat berjualan kuenya.
Jam sudah menunjukkan menunjukan pukul 9 pagi, akhirnya kue-kue Naya habis terjual dan dengan langkah kaki bahagia Naya pulang ke rumahnya.
Sesampainya di rumah, Ratih sudah menghadang Naya di ambang pintu dengan tatapan garangnya.
Naya tersenyum "Untung saja, jualan kueku hari ini laris manis," Naya merasa bahagia.
Sesampainya di depan pintu, belum sempat masuk ke dalam rumah. Ratih sudah menodong uang yang hari ini Naya dapatkan.
Dengan tatapan tidak suka "Mana, uangnya? Awas saja jika kue-kuenya sampai tidak habis." Sorot mata Ratih penuh dengan ancaman.
Naya mengeluarkan uang yang di dapatkan hari ini pada Ratih "Ini ma, uangnya. Kuenya habis terjual ma," Naya tidak berani menatap mata tajam Ratih.
Ratih mengambil uang itu dengan kasar di tangan Naya " Sini, kamu masuklah! Ingat makan kamu yang ada di meja dapur! Kalau yang ada di meja makan itu buat Evan." Ucap Ratih dengan tatapan sengit pada Naya.
Naya tersenyum, dia menganggukkan kepalanya pertanda mengerti. Dia sudah paham karena setiap hari mamanya itu selalu memisahkan makanan dirinya dan kakaknya. Hampir setiap hari Naya di kasih makanan sisa bekas semalam oleh Ratih sedangkan Evan selalu diberikan makanan yang baru dan tentunya bergizi.
Kadang Naya suka menangis dalam hatinya, tapi mau bagaimana lagi? Jika Naya melawan bisa-bisa Naya tidak di kasih makan oleh Ratih, bagi Naya yang penting dia bisa makan setiap hari itu sudah membuat dia sangat bersyukur.
Sesampainya di dapur, Naya membuka makanan yang sudah tertata rapi di atas meja dapur yang isinya nasi sisa dan lauk sisa semalam.
"Tidak apa-apa, yang penting perutku kenyang daripada aku sakit gara-gara tidak makan." Naya tersenyum dalam hatinya.
Naya mulai menikmati makanannya, biarpun dengan buliran air mata yang sudah membahasi pipi mulusnya.
Suap demi suap, Naya memasukkan makanan ke dalam mulutnya, biarpun rasanya sudah agak tidak enak tapi Naya terus memakannya penting perutnya kenyang.
Naya membayangkan jika dirinya jadi orang kaya nanti, pasti dia tidak akan makan makanan sisa lagi. Pasti dia juga akan hidup bahagia dan tentunya tidak akan di perlakukan kejam oleh mamanya. Tapi sayangnya itu hanya sebuah hayalan Naya, segeralah Naya menepis semua hayalannya dengan cepat.
Setelah selesai makan, Naya mencuci piringnya.
Ratih sedang duduk di sofa ruang keluarga sambil menghitung uang penghasilan jualan kue hari ini.
"Tidak sia-sia aku membesarkan gadis si*lan itu. Setidaknya dia bisa mencari uang untukku," Ratih senyam-senyum sendiri sambil menghitung uang-uang yang ada di tangannya.
"Nayaaaaaa......!!" Teriak dengan lantang.
Naya yang sedang duduk, bergegas pergi untuk mememui mamanya "Iya ma, sebentar!" Jawab Naya dengan suara agak keras.
Ratih menatap Naya dengan tatapan tidak suka "Apa, kamu sudah makan?" Tanya Ratih dengan nada membentak.
"Sudah ma." Jawab Naya singkat.
Ratih beranjak dari tempat duduknya, dia mendekati Naya "Ingat ya, jangan pernah bilang pada Evan, kalau aku memberikan kamu makanan sisa setiap hari!" Sorot mata Ratih penuh dengan ancaman.
Naya menundukkan kepalanya "Iya ma, aku tidak akan bilang pada Kak Evan." Jawab Naya dengan suara pelan.
"Awas saja jika kamu berani mengadu!" Sentak Ratih, sambil menj*mbak rambut Panjang Naya membuat Naya merintih kesakitan.
"Iya ma, tidak akan." Naya memegangi rambutnya yang di j*mbak oleh Ratih.
Mungkin jika Naya mengadu pada Evan, pasti Evan akan memarahi mamanya habis-habisan.
"Baguslah, ingat!" Ratih memberikan peringatan kepada Naya, sambil mendorong Naya hingga Naya terjatuh di lantai.
Brukkkkk...... Naya terjatuh
Ratih tertawa penuh kemenangan, rasanya dia puas sekali sudah menyakiti gadis yang dirinya benci itu.
"Mama, aku pingin denger mama panggil aku dengan sebutan nama dan aku ingin di peluk sama mama. Setiap hari aku hanya mendapatkan perlakuan kasar," Naya menangis dalam hatinya.
Ratih pergi meninggalkan Naya begitu saja, tidak ada rasa ibah ataupun simpati sedikitpun pada Naya. Naya bangun dari tempatnya terjatuh, lalu dia berjalan menuju ke kamarnya.
Sesampainya dikamar Naya duduk di lantai sambil bersandarkan lemari pakaian plastik yang ada di kamarnya yang kecil, terletak di belakang dengan alas tidur hanya kasur lantai, di situlah tempat Naya istirahat setiap hari.
Sangat berbeda dengan Evan, Evan mempunyai tempat tidur yang nyaman dan tentunya sangat berbeda dengan kamar milik Naya.
Dulu Evan pernah meminta Naya untuk tidur di kamarnya dan Evan tidur di sofa, tapi Naya menolaknya dengan alasan dia tidak mau kalau sang mama sampai memarahi kakaknya itu. Evan sudah memaksa tapi Naya kekeh tidak mau menerima tawaran dari Evan.
"Kenapa, mamaku begitu membenciku? Apa salahku?" Naya sering sekali pada dirinya sendiri, tapi dia juga belum menemukan jawabannya.
Karena merasa sangat lelah, Naya merebahkan tubuhnya di atas kasur lantai itu. Walaupun rasanya tidak nyaman tapi bagi Naya yang sudah terbiasa, dia pasti bisa tidur dengan nyenyak.
Jam menunjukkan pukul 7 malam, Evan baru saja pulang dari kantornya, dan tentunya orang yang pasti dia cari-cari adalah Naya adik kesayangannya itu.
Evan melihat ke setiap ruangan, tapi Naya tidak ada "Naya kemana, padahal aku belikan sate untuk dia?" Tanyanya pada dirinya sendiri.
Ratih yang baru saja keluar dari kamarnya, langsung menyapa Evan dengan lembut "Anak mama, kamu sudah pulang." Sapanya dengan begitu lembut.
"Sudah ma, oh iya Naya mana ma?" Tanya Evan.
Seketika sorot mata Ratih menjadi malas mendengar nama Naya "Mama juga tidak tahu, keluyuran kali anak itu." Ratih berlalu pergi, kini dirinya sudah duduk di kursi meja makan untuk makan malam.
"Padahal, aku bawakan sate buat dia. Aku lihat dia ke kamarnya dulu ya ma!" Evan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh mamanya, segeralah dia pergi ke kamar Naya untuk mengeceknya.
Sesampainya di depan kamar Naya, Evan mengetuk pintu kamar Naya. Tapi Naya tidak menjawabnya, Evan memegang gagang pintu kamar Naya lalu membukanya dan dia langsung tersenyum melihat adiknya sedang tertidur pulas.
"Aku bangunkan sajalah, sayangkan aku sudah belikan dia sate ayam." Batin Evan dalam hatinya.
Evan melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar Naya, dia duduk di dekat Naya tidur, dengan sabar Evan membangunkan Naya.
Pelan-pelan Naya membuka matanya, dia tampak terkejut "Kak Evan." Lirihnya sambil tersenyum.
"Bangunlah, ini kakak bawakan sate buat kamu!" Pinta Evan dengan nada lembut.
Naya membenarkan posisinya, sekarang posisi dia sudah duduk. Betapa bahagianya Naya dibawakan sate oleh Evan, sungguh ini adalah makanan yang jarang dia makan selama ini, Naya makan sate kalau Evan membelikannya saja.
"Ayo, makan di meja makan!" Ajak Evan, Naya terdiam sejenak seketika dia tampak berpikir.
"Jika aku makan di meja makan, pasti mama akan membuat masalah, mama juga pasti akan memarahiku." Batin Naya dalam hatinya.
"Naya, makan di kamar saja kak. Soalnya Naya masih mengantuk." Jawab Naya dengan alasan yang menurut dirinya tepat.
Evan menganggukkan kepalanya, dia mengacak-acak rambut Naya dengan pelan "Baiklah, tapi kamu harus makan ya!" Pinta Evan dengan lembut.
Naya menganggukkan kepalanya " Kak Evan, tidak makan?" Tanya Naya dengan nada lembut.
"Kakak sudah makan di kantor, kakak sangat lelah. Kakak istirahat dulu ya." Jawab Evan, dia bergegas pergi dari kamar Naya.
Evan langsung masuk ke dalam kamarnya, dia tidak mau makan malam bersama mamanya juga karena dia masih kesal gara-gara masalah tadi pagi.
"Kamu, tidak makan dulu nak?" Tanya Ratih pada Evan, yang hanya berlalu pergi tanpa menyapanya.
"Aku sudah makan ma." Jawab Evan dengan singkat.
Pikiran Ratih langsung berputar, setalah Evan masuk ke dalam kamarnya. Ratih beranjak dari tempat duduknya dan langsung menuju ke kamar Naya dengan buru-buru, sorot matanya dan expresinya tampak marah.
Naya yang hendak menikmati satenya, kaget karena tiba-tiba Ratih membuka pintu kamarnya dengan kasar.
"Naya.....!?" Tatapan Ratih begitu garang pada Naya.
Ntah, apa yang akan terjadi pada Naya?
BERSAMBUNG
Terimakasih para pembaca setia 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Kristin Prakerja
kejam bener ibunya
2025-02-06
0
Ayu Mega
aku baca aja airmata jatuh sendiri😭😭
2023-09-02
0
Jeng Anna
Lohh tadi pas emaknya teriak "Nayaaaa..." kan sudah sebut nama tuh.
2022-08-26
0