Suamiku Duda Kaya Tajir Melintir
Matahari terbit dari timur, dan sudah menyusup masuk ke dalam kamar Ainaya Putri, dia bergegas bangun dari tempat tidurnya dengan cepat, karena jika terlambat bangun pasti mamanya Naya akan memarahinya habis-habisan.
"Aduh, sudah jam berapa sekarang? Pasti mama akan memarahiku habis-habisan," Kata Naya, sambil membereskan tempat tidurnya.
Ainaya Putri gadis cantik berusia 19 tahun, yang begitu ceria dan selalu ingin sama seperti dengan teman-teman yang lainnya, tapi kehidupannya tidak sesuai apa yang dia inginkan. Dia hidup dengan ibu dan kakak laki-lakinya, karena bapaknya meninggal waktu Naya masih bayi. Dan sang ibu tidak pernah menceritakan kenapa bapaknya meninggal?
Ibu Naya, namanya Ibu Ratih beliau sangat jahat, kejam dan suka marah-marah pada Naya. Padahal Naya sudah berkerja keras jualan kue dan terpaksa berhenti sekolah karena ibunya yang menyuruhnya.
"Naya!!" Teriak Ratih, dia merasa kesal karena Naya sudah jam 6 pagi belum keluar dari kamarnya.
"Dasar, anak kurang ajar jam segini dia belum bangun!" gerutu Ratih sambil duduk di sofa ruang keluarga.
Ketika Naya telat bangun, pasti Ratih akan memarahinya habis-habisan. Bahkan Ratih akan bersikap kasar dan kejam pada Naya sang gadis malang itu.
Mendengar teriakan sang mama, Naya langsung berlari keluar dari kamarnya dengan cepat.
"Naya, bisa-bisanya kamu terlat bangun pasti mama akan marah-marah." Batin Naya dalam hatinya.
Sesampainya di ruang keluarga Naya menghentikan langkah kakinya dengan nafas tersengal-sengal, karena berlari dari dalam kamarnya wajah Naya tampak ketakutan.
Kamar Naya terletak di belakang jadi untuk menjunu ke ruang keluarga Naya berlari biar cepat.
"Iya ma." Naya menundukkan kepalanya, dia tidak berani menatap wajah sang mama karena mamanya sudah menatap dirinya dengan tatapan tajam.
"Dasar, bisa-bisanya jam segini kamu baru bangun!" Teriak Ratih dengan lantang, membuat putra kesayangannya yang masih tidur terbangun.
"Ada apa mama teriak-teriak pagi, pasti mama marahin Naya lagi." Batinnya.
Devan yang masih terlelap tidur, sungguh dia merasa terganggu dengan teriakan mamanya yang terdengar lantang dan bisa membuat gendang telinga Evan pecah.
Devan, laki-laki yang sering dipanggil oleh Naya Kak Evan. Dia adalah kakaknya Naya dia sangat baik dan juga sangat sayang pada Naya.
Devan beranjak dari tempat tidurnya, dia keluar dari kamarnya untuk melihat apa yang terjadi diluar sana?
Kadang Naya berpikir kalau Naya ini sebenarnya anak kandung mamanya atau bukan? Apalagi hampir setiap hari mamaya memarahinya bahkan jika Naya melakukan sedikit kesalahan saja, maka itu akan membuat mamanya sangat marah sekali pada dirinya.
Setiap hari Naya disuruh jualan kue keliling, dan jika kue-kue itu tidak habis pasti mamanya akan memarahinya dan tidak segan-segan akan memperlakukan Naya dengan kasar.
Kehidupan Naya, memang sangat menyedihkan. Dia juga tidak tahu apa yang membuat mamanya begitu tidak suka pada dirinya?
"Maaf ma, Naya kesiangan bangunnya." Naya menundukkan kepalanya, dia tidak berani melihat sorot mata sang mama yang seolah-olah akan menerkam mangsanya.
"Maaf saja terus! Sekarang cepet, kamu bereskan rumah dan itu cucian sudah numpuk dibelakang, ingat kamu cuci menggunakan tanganmu dan jangan sekali-kali menggunakan mesin cuci!" Sentak sang mama, Naya langsung belalu pergi ke belakang.
Tiba-tiba badan kekar Devan menghalangi sehingga Naya menabraknya.
"Kak Evan, maaf Naya buru-buru!" Naya menundukkan kepalanya, dia berniat melanjutkan langkah kakinya menuju ke belakang, tapi dengan cepat Devan menarik tangan Naya.
Naya merasa deg-deggan, dia sungguh takut pada mamanya.
"Kak, lepaskan tangan Naya!" Lirih Naya.
Devan tidak menghiraukan apa yang dikatakan oleh Naya, dia tetap menahan tangan Naya dengan erat.
"Mama, mama ini apa-apaan?" Kata Devan, dia mendekati mamanya yang sedang duduk di sofa sambil mengandeng tangan Naya.
Tatapan Ratih sungguh tidak suka pada Naya, membuat Naya semakin ketakutan dan ingin buru-buru pergi ke belakang, tapi tangan Evan terus memegangi tangannya dengan erat.
"Kak, lepaskan tangan Naya!" Pinta Naya dengan suara lirih, tapi Evan tetap tidak melepaskan tangan Naya dari cengkraman tangannya
"Apasih Van, mama hanya menyuruh dia untuk mencuci pakaian!" Jawab Mama Ratih dengan begitu santainya.
"Mama, Janganlah terlalu kasar pada Naya. Dia baru 19 tahun dan pasti masih sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari mama." Tutur Devan, dirinya merasa geram pada mamanya padahal Naya sudah berkerja keras bahkan Naya sampai berhenti sekolah karena takut dengan mamanya tapi mamanya terus jahat pada Naya.
"Evan, kamu itu tidak tahu apa-apa! Lagian apapun yang mama lakukan pada anak itu. Itu semua pantas dia dapatkan." Sentak Ratih, dia tidak terima Evan sampai melawan dirinya hanya gara-gara Naya.
"Mungkin, jika kamu kamu tahu yang sesungguhnya nak. Apa kamu akan tetap menyayangi Naya seperti sekarang ini?" Batin Ratih dalam hati.
"Mama bilang, tidak pantas dia dapatkan! Katakan ma, Naya kurang baik bagaimana? Naya selalu menurut pada mama. Tapi mama tidak pernah sedikitpun menyayangi Naya dengan tulus, apa salah Naya ma?" Jawab Evan dengan lantang, nafas mengebu-gebu karena dirinya sungguh marah pada mamanya.
Ratih menatap Evan dengan tatapan membunuh, sungguh gara-gara Naya, Evan sudah berani melawan dirinya. Rasanya tangan mulus Ratih ingin sekali menampar pipi mulus Evan, tapi Ratih tidak melakukan hal itu. Biar bagaimanapun Evan adalah anak kesayangan Ratih, dia tidak mau sampai menyakiti Evan sedikitpun. Tapi lain lagi jika tangan itu dibuat menyakiti Naya, maka dengan senang hati Ratih akan melakukannya tanpa merasa kasian sedikitpun pada Naya.
"Kak Evan, sudah! Mama hanya menyuruh Naya mencuci pakaian dan beres-beres rumah saja kok kak." Lerai Naya dengan suara yang begitu lembut.
Mata Ratih langsung melirik Naya dengan tajam, rasanya dia benci sekali pada Naya.
"Diam kamu! Tidak usah sok-sokan menjadi penengah, dasar gadis pembawa sial." Sentak Ratih, dia mengangkat tangannya dan hendak men*mpar pipi mulus Naya, tapi dengan sigap Evan menahan tangan mamanya dengan tangan kekarnya.
"Mama, hentikan! Jangan sakiti Naya! Dia juga anak mama." Cegah Evan, sungguh mata Evan sudah sangat di penuhi dengan amarah.
"Evan, berhentilah membela gadis sialan ini!" Sentak Ratih dengan lantang, tatapannya begitu tajam pada Naya.
Pelan-pelan Naya melepaskan tangannya dari tangan Evan, air matanya sudah jatuh membasahi pipi mulusnya. Hatinya terasa sakit karena mamanya selalu mengatakan kalau dirinya adalah gadis pembawa sial.
"Apa, aku ini gadis pembawa sial, kenapa mamaku begitu tidak suka padaku? Apa bedanya aku dan Kak Evan? Kak Evan, begitu sayang di sayang sama mama. Tapi Kenapa mama tidak bisa menyayangiku sedikitpun?" Naya terus bertanya-tanya pada hatinya.
"Naya?!" Panggil Evan, tapi Naya langsung berlari menuju ke belakang.
Sungguh Evan juga selalu berpikir, kenapa mamanya begitu membenci Naya? Apa yang membuat sang mama begitu membenci adik kesayangannya itu?
"Apa? Gadis sialan itu sudah pergi, sudahlah Van lebih baik kamu mandi dan siap-siap berangkat kerja! Tidak usah kamu urusin gadis itu lagi," Ratih manatap Evan dengan tatapan marah.
"Ingat ma, mama sudah tua. Ada baiknya mama jaga kesehatan dan jangan suka marah-marah, suatu saat jika Naya hidupnya bahagia pasti mama akan menyesal." Evan memberikan peringatan pada mamanya.
Bukannya mendengarkan peringatan dari anaknya, Ratih malah tertawa ngakak seolah-olah dia meremehkan apa yang dikatakan oleh anak laki-lakinya itu. Baginya Naya itu gadis pembawa sial, jadi tidak mungkin kalau hidup Naya akan bahagia.
"Evan, dia akan bahagia? Sekolah saja dia tidak lulus. Lagian dia juga cuma jualan kue, hidup bahagia darimana? Uang saja dia tidak punya, makan saja setiap hari mama kasih dia dengan makanan sisa." Ratih tertawa dalam hatinya.
"Sudahlah, tidak usah banyak ceramah! Ada baiknya kamu kerja saja biar kamu sukses dan tidak seperti gadis itu." Ratih memperkencang tawanya, membuat Evan menggelengkan kepalanya.
"Percaya pada kakak, kakak yakin suatu saat hidup kamu akan bahagia Naya." Batin Evan dalam hatinya.
Karena lelah menghadapi sang mama yang begitu kejam dan jahat, Evan berlalu pergi masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap-siap berangkat kerja.
Naya sedang meratapi nasibnya, dia duduk sambil bersandarkan kulkas yang ada di dapur, satu pertanyaan yang selalu ada di benaknya adalah, aku ini sebenarnya anak mama bukan? Kenapa mamaku begitu tidak suka padaku, dia juga sangat benci padaku.
Isak tangis Naya semakin kencang, tapi dia berusaha menahannya, dia menyeka air matanya sendiri yang terus mengalir deras di pipi mulusnya.
"Kuat Naya, kamu harus kuat! Kamu tidak boleh lemah, percayalah setiap cobaan pasti ada hikmahnya!" Naya memberikan dukungan untuk dirinya sendiri.
Dia beranjak dari tempat duduknya, lalu segera melakukan pekerjaan rumah tangga yang tadi di suruh oleh mamanya. Karena jika Naya tidak melakukannya pasti mamanya akan kembali marah-marah lagi pada dirinya.
"Nyuci, habis nyuci beres-beres rumah, lalu pergi jualan kue keliling." Naya berusaha tersenyum, dia ingin menghadapi semua cobaannya dengan senyuman.
Setelah selesai semuanya, Naya segera pergi berangkat berjualan kue keliling, tanpa sarapan lebih dulu Naya langsung berangkat keliling jualan kue, seperti biasanya Naya baru boleh makan kalau dia sudah pulang jualan.
Melihat Naya berangkat jualan kue, Ratih senyam-senyum.
"Awas saja jika jualan kuenya tidak habis." Batin Ratih penuh ancaman.
Ntah apa yang akan terjadi jika kue-kue jualan Naya tidak habis?
BERSAMBUNG
Terimakasih para pembaca setia 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Alisteriiia
Pasti matahari terbit di timur, thor 😅
2023-09-01
0
🙎🙎🙎🙎 moms💞
yg jelas ibu tiri lah
2023-02-11
0
Gini Antika
pasti naya anak istri kedua dan meninggal bersama suaminya ya kan thoorr..?
2023-01-14
0