Sesampainya di rumah, Naya membuka pintu rumahnya karena tidak di kunci jadi dia langsung masuk begitu saja.
"Mama...." Triak Naya, tapi dia menemukan sosok mamanya di rumahnya.
Naya mencari-cari ke setiap ruangan, tapi mamanya tidak ada "Mama, kemana sih?" Tanyanya pada dirinya sendiri.
Naya duduk di ruang keluarga dia melihat selembar kertas di atas meja, lalu membaca isi kertas itu.
Naya, Evan dan aku pergi ke rumah saudara yang ada di kota B. Kamu jagalah rumah, oh iya besok kamu libur jualan kue tapi ingat simpan uang kue dengan baik jangan sampai kamu memakainya, tadi aku sengaja tidak mengunci pintu rumah karena tadi perginya buru-buru dan aku tahu kamu tidak membawa kunci rumah, jadi aku sengaja tidak mengunci rumah.
Setelah membaca surat yang ada di atas meja, Naya tahu kalau kakaknya dan mamanya itu sedang pergi.
Di perjalanan menuju ke rumah saudaranya, Evan tampak tidak tenang perasaannya begitu kawatir, apalagi dia meninggalkan Naya sendirian di rumah.
"Ma, apa tidak sebaiknya Naya kita ajak saja, mumpung belum jauh kita putar balik ya ma!" Evan hendak memutar balikkan mobilnya, tapi Ratih dengan cepat menahannya "Sudah, jangan aneh-aneh nanti kita terlambat, lagian anak itu sudah besar." Cegah Ratih dengan ketus.
Evan agak marah, tapi dia juga tidak mau urusannya tambah panjang jadi dia mengurungkannya niatnya untuk memutar balikkan mobilnya.
Evan terus melajukan mobilnya biarpun perasaan tidak tenang, tapi dia berharap Naya baik-baik saja di rumah sendirian di rumah.
Naya beranjak dari tempat duduknya, dia menuju ke dapur untuk makan karena dari tadi pagi dia belum makan sama sekali, dia membuka tudung saji di atas meja makan tapi tidak apa-apa. Naya kembali menutup tudung saji itu, lalu dia berjalan ke dapur dan di dapur juga tidak ada makanan apa-apa.
Sungguh Ratih itu begitu kejam, dia sengaja tidak meyiapkan makanan apa-apa untuk beberapa hari ini. Bahkan di kulkas hanya ada minuman saja, beras juga dia simpan rapat-rapat.
"Biasanya, banyak sekali makanan tapi ini kok tidak ada?" Naya tersenyum, dia tahu pasti ini ulah mamanya yang jahat.
"Aku lapar, kalau aku pakai uang kue untuk membeli makanan dan jika uang kue itu berkurang pasti mama akan marah padaku." Naya berpikir keras bagaimana caranya agar hari ini bisa makan?
Naya duduk di depan kulkas, dia tampak berpikir dan tiba-tiba ingat dengan uang yang tadi Pak Arif kasih lebihan untuk dirinya.
"Iya, aku lupa. Aku punya uang jadi bisa buat beli makanan." Naya tersenyum, dia langsung beranjak dari tempat duduknya mencari makanan.
Iya tadi waktu jualan kue Naya dapat rejeki dari Pak Arif, jadi Naya punya uang dan bisa buat makan sama di tabung.
"Untung ada orang baik yang memberikan uang ini." Naya bahagia sekali dalam hatinya.
Naya berjalan menelusuri jalanan mencari makanan dan matanya tertuju pada satu tulisan "Nasi padang, sepertinya enak, aku mau membelinya buat makan." Naya tersenyum bahagia, karena hari ini dia bisa makan enak.
Biasanya Naya hanya makan-makanan sisa, itupun harus nunggu dagangan kue-kuenya habis dulu. Jika tidak habis kadang Ratih ngomel-ngomel dan tidak memberikan makan untuk Naya.
Naya melangkahkan kakinya menuju ke warung makan padang itu. Dia membeli nasi pakai rendang, betapa bahagianya Naya hari ini dia bisa makan enak, setelah membeli nasi padang, Naya juga membeli es cappucino, setelah membeli semuanya Naya langsung pulang ke rumah dengan begitu bahagia.
"Aku bisa makan enak, hari ini aku tidak makan-makanan sisa lagi." Batin Naya dalam hatinya.
Sesampainya di rumah, Naya langsung menuju ke dapur dia duduk di depan kulkas sambil menikmati makanan dan minuman yang dia beli. Naya menikmati dengan begitu nikmat, tidak henti-hentinya Naya mengucapkan rasa syukur dalam hatinya.
Setelah selesai makan, Naya membereskan rumah dan melakukan pekerjaan rumah lainnya. Setelah semuanya selesai Naya berjalan-jalan ke taman untuk mencari angin, biasanya kalau ada Ratih, Naya hanya di rumah saja. Jadi mumpung Ratih sedang pergi Naya mau jalan-jalan ke taman.
Naya duduk di bangku panjang yang ada di taman, dia tersenyum bahagia karena bisa menikmati hembusan angin sore yang begitu segar.
"Kalau ada mama, pasti aku tidak boleh kemana-mana." Naya berbicara pada dirinya sendiri.
Di taman itu begitu rame, banyak orang-orang bermain sepeda, lari sore dan banyak anak-anak bermain juga.
"Lempar bolanya kesini!" Teriak salah satu anak kecil, salah satu temannya melempar bola itu dan tidak sengaja mengenai Naya yang sedang duduk.
Kedua anak kecil itu berlari, untuk mengambil bola yang mengenai Naya.
"Kakak, maafkan kita, kita tidak sengaja kak." Kedua anak-anak kecil meminta maaf pada Naya.
Naya tersenyum tulus pada kedua anak itu, lalu ditersemyum pada mereka "Tidak apa-apa, ambillah bola ini!" Naya memberikan bola itu kepada salah satu anak kecil itu.
"Terimakasih kak." Kedua anak kecil itu langsung berlari untuk melanjutkan permainan bolanya.
Dalam hati Naya, mudah-mudahan kalian semua selalu bahagia. Jangan seperti aku yang hidupnya begitu malang, boro-boro main di taman dulu di usiaku seusia kalian aku sudah harus mengerjakan pekerjaan rumah, bahkan sering sekali di marahin oleh mamaku. Dulu waktu usiaku 7 tahun seperti mereka, aku sering di jewer, di cubit bahkan kadang rambut panjangku menjadi sasaran dan sering sekali di jambak oleh mamaku.
Tatapan mata Naya berkaca-kaca, dia hampir menangis mengingat masa kecilnya dulu. Beda sekali dengan Evan dari dulu Evan selalu dikasih makan enak, sangat di sayang oleh mamanya, bahkan apapun yang Evan minta selalu di turuti oleh mamanya. Kalau Naya mah boro-boro Naya pingin beli mainan saja Ratih malah memarahinya habis-habisan, Evan minum susu setiap hari, tapi Naya hanya di kasih minum air putih, pingin minum susu saja waktu itu di kasih sisa Evan oleh Evan malah Ratih rebut dan langsung di siramkan ke badan Naya sambil marah-marah, waktu itu Naya nangis dan hanya di abaikan saja sedangkan Ratih langsung membawa Evan masuk ke dalam kamar. Naya menangis sambil berjalan sampai di dapur di duduk di depan kulkas, Naya menangis sampai tertidur, bajunya yang basah gara-gara kesiram susu saja tidak ganti.
Tanpa sadar ternyata air matanya sudah membasahi pipi mulusnya "Aku, tidak boleh menangis!" Naya menyeka air matanya sendiri dengan kedua tangannya.
Raka Kumara yang ternyata dari tadi memperhatikan Naya sedang duduk, dia berjalan menghampiri Naya.
Raka merongoh kantong kemejanya lalu dia mengambil sapu tangan yang ada di dalam sakunya "Hupuslah, air matamu." Raka menyodorkan sapu tangan yang ada di tangannya pada Naya.
Naya menoleh ke sumber suara, dia kaget karena dia tidak kenal dengan laki-laki itu "Maaf, kamu siapa?" Tanya Naya dengan nada lembut.
"Aku hanya seseorang yang tidak sengaja lewat sini dan aku melihat kamu sedang menangis." Jawab Raka, tanpa permisi dia duduk di sebelah Naya.
Naya menggeser duduknya "Apa kamu mau berbuat macam-macam?" Tatapan mata Naya begitu curiga, tapi Raka malah tertawa "Jangan berpikir buruk tentang orang lain, aku hanya ingin meminjamkan sapu tanganku saja." Jelas Raka dengan gaya tengilnya.
"Terimakasih," Naya mengambil sapu tangan itu dari tangan Raka, Naya menghapus air matanya menggunakan sapu tangan milik Raka.
Raka yang sudah menduda selama dua tahun, mungkin ini saatnya dia membuka hatinya kembali untuk wanita lain. Apalagi mantan istrinya juga sudah menikah dengan sahabatnya itu, jujur Raka tidak rela tapi mau bagaimana lagi? Mantan istrinya sudah bermain belakang bersama sahabatnya sendiri dan Raka lebih memilih bercerai dengan istrinya.
Raka menikah dengan mantan istrinya dulu mungkin hampir 7 tahun, tapi dalam pernikahannya itu Raka tidak di karunia anak sama sekali, karena setiap berhubungan sang istri meminta menggunankan pengaman, Raka sudah sering sekali menolak bahkan Raka sering marah tapi istrinya terus melawan dengan berbagai macam alasan, akhirnya daripada terus berdebat Raka mengalah untuk selalu menggunakan pengaman saat berhubungan suami-istri.
Dan ternyata kenapa istrinya selalu meminta seperti itu? Ternyata itu di suruh oleh selingkuhannya, karena selingkuhan tidak mau kalau mantan istrinya Raka itu sampai hamil anaknya Raka.
Raka tahu semuanya, karena waktu dia pulang dari luar kota dia tidak sengaja melihat istrinya dan sahabatnya itu sedang berada di atas ranjang tempat tidur, bahkan mereka tidak memakai pakaian sama sekali, sungguh Raka tidak habis pikir saat itu juga Raka langsung meminta cerai dari istrinya.
Waktu itu Raka benar-benar marah, Raka sempat ingin mengh*jar sahabatnya itu tega-teganya dia bermain dengan istrinya, tapi istrinya waktu itu melindungi sahabatnya dari pukulannya.
Raka tersenyum "Sama-sama, apa kamu hanya sendirian disini?" Tanya Raka dengan begitu lembut.
"Iya, aku sendirian." Jawab Naya dengan nada lembut.
Raka menatap wajah cantik Naya sambil tersenyum.
"Aku yakin gadis ini adalah gadis yang setia, tapi kira-kira dia sudah punya kekasih belum ya? Tampaknya dia juga masih belasan tahun umurnya." Raka bertanya-tanya dalam hatinya.
Raka membenarkan posisi duduknya "Aku, tidak apa-apakan duduk disini?" Tanya Raka basa-basi.
Naya menggelengang-gelengkan kepalanya "Tidak apa-apa, inikan tempat umum." Jawab Naya.
Naya melihat jam tangan yang di pakainya ternyata sudah hampir jam setengah 6 sore "Sudah jam segini, aku harus pulang." Lirihnya dengan suara pelan.
"Kamu bicara apa?" Tanya Raka sok akrab.
"Emm, tidak pak. Saya permisi ya pak." Pamit Naya sambil beranjak dari tempat duduknya, tiba-tiba tangan Raka menarik tangan Naya membuat Naya terkejut.
"Maaf, ada apa?" Naya berusaha melepaskan tangannya dari tangan Raka.
"Apa dia itu akan berbuat macam-macam padaku?" Tanya Naya dalam hatinya.
Raka langsung melepaskan tangan Naya dengan gugup "Maaf, nama kamu siapa?" Tanya Raka dengan ragu-ragu.
"Nama saya, Ainaya Putri." Jawab Naya dengan sopan.
Rasanya hati Raka deg-deggan, seorang duda yang usianya sudah menginjak kepala tiga ingin mendekati gadis yang usianya baru belasan tahun.
Tapi biarpun Raka sudah menginjak kepala tiga, dia masih terlihat tampan dan sangat gagah. Dan tentunya jika bersanding dengan Naya itu juga akan cocok.
"Naya, kenalkan saya Raka Kumara." Dengan bangganya Raka memperkenalkan dirinya pada Naya.
Naya hanya menganggukkan kepalanya, lalu berlalu pergi dari hadapan Raka dan Raka terus menatap Naya dengan lekat hingga Naya tidak terlihat.
"Cantik sekali, mudah-mudahan aku bisa menikahnya." Kata Raka dengan penuh harapan, Raka tersenyum bahagia lalu dia juga berjalan pulang ke rumahnya.
Sesampainya di rumah, Raka langsung masuk ke dalam kamarnya dia terus teringat wajah cantik Naya.
"Apa, aku kembali jatuh cinta?" Tanya Raka pada dirinya sendiri.
BERSAMBUNG
Terimakasih para pembaca setia 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Rohiyah
mantap baru menyimak udah jatuh cinta😘
2023-10-19
0
Wirda Lubis
semoga raka menikahi Naya, agar Naya tidak merasa sakit lagi
2022-02-11
0
Isnaya faniati
jngan2 Raka bos nya Evan lgi
2022-01-22
0