"Kakak kenapa? Kok bisa seperti kucing habis kecebur got gini sih?" tanya Dara pada kakaknya, ketika sampai di parkiran, Dara memperhatikan Andini dari atas hingga bawah. Gadis itu malah tertawa cekikikan menertawakan kakaknya.
"Jatuh Dek, gara-gara ulah pria gila tadi." jawab Andini masih kesal. "Tolongin napa? Cuma dilihat aja, kaki kakak pasti keseleo ini."
"Iya, ini juga mau ditolongin." Dara mendekat mengambil belanjaan Andini.
"Yah kaki kakak memar! Harus di pijit dulu ini?"
"Nggak usah, entar juga sembuh sendiri."
"Ya udah kakak duduk dulu biar Dara pijit pelan pelan."
Andini kemudian duduk di kursi panjang yang ada di parkiran, ia menceritakan panjang lebar kepada adiknya. Namun Andara malah menggoda. "Jangan benci terlalu berlebihan kak, nanti ketemu lagi jadi cinta lho sama Abang ganteng"
Amit-amit cinta sama pria Angkuh, sombong. Walaupun dia pria terakhir di dunia ini, jatuh cinta sama dia ... Ogah kakak," ujar Andini sambil menurunkan kakinya, karena Dara sudah selesai memijat.
"Ih kakak, sadis banget sih, awas entar kakak jadi bucin gimana? Ya udah kak. Kakak pulang dulu, biar Dara yang suapin ibu, kakak kan hari ini harus balikin baju yang kakak pinjam tadi malam."
"Oh ... Iya, kakak hampir lupa, ya udah kakak pulang dulu, setelah suapin ibu, cepet pulang ya? Entar terlambat sekolah."
"Siap kakak bawel."
Andini segera pulang, kali ini ia kembali membawa sepeda pancalnya, karena bajunya kotor semua. Andini malu jika naik angkot, toh jarak rumah sakit sama rumah juga tak terlalu jauh. Biar Dara saja yang naik angkot.
Andini segera mandi dan ganti baju, hari ini ia memilih memakai celana jeans tiga perempat dan t-shirt tak lupa ia juga mengenakan bolero untuk menutupi bodi gitar spanyolnya. Seperti itulah penampilan Andini sehari-hari simple.
Andini segera membaca alamat yang tertera di kartu nama yang diberikan oleh bapak baik tadi malam, alamatnya lumayan jauh, kalau sekarang sudah pukul tujuh, Andini hanya memilliki waktu sedikit. Karena ia harus sampai di kampus sebelum jam delapan
Dengan langkah seribu Andini segera menghentikan angkot warna kuning jurusan ke kota. Dengan bantuan sopir angkot, Andini bisa menemukan perusahaan yang dimaksud dengan mudah.
Andini kini sudah berada di gerbang perusahaan yang dicarinya.
"Wah ini tempat bapak baik itu bekerja ya?" Andini terpana melihat perusahaan megah dengan bangunan tinggi menjulang.
"Andaikan aku jadi karyawan disini aku pasti bangga sekali." Batin Andini terus saja berkecamuk sendiri.
Andini bergegas menemui security yang sedang berjaga. Namun sebelum bertanya security sudah siap siaga membombardir dengan pertanyaan.
"Adek, mau melamar pekerja'an?"
"Sebaiknya Adek pulang dan ganti baju, karena kantor kami bekerja tidak mengijinkan calon karyawan tidak mematuhi aturan, macam adek ini contohnya." Kata security culas.
"Em ... maaf Pak secutity yang terhormat saya ingin ketemu dengan Bapak Johan, bukan untuk bekerja, apa benar dia bekerja disini."
"Apa?"
"Bertemu dengan direktur kami? hei ... Dek jika ingin bertemu dengan direktur utama perusahaan harus buat janji dulu. Mereka orang sibuk ... " ucap security sambil memiringkan bibirnya, tersenyum sinis. "Lagian aku yakin, mereka tak punya waktu lebih untuk melayani gadis ingusan macam kamu ini, Dek."
"Oh jadi bapak baik semalam itu seorang direktur, jadi seneng dengernya ada orang kaya baik seperti itu." Andini senyum senyum sendiri.
"Baru jadi security aja sudah sok." Gumam Andini pelan, namun ternyata security masih bisa mendengarnya.
"Ngomong apa tadi?" Pak security tak terima.
"Enggak." Andini menggelengkan kepalanya.
"Dek, kalau sudah tak ada kepentingan lagi sebaiknya pergi, saya masih banya urusan." Security itu pergi meninggalkan Andini yang masih mematung di depan pintu gerbang.
"Kenapa sehari ini aku selalu bertemu dengan makhluk sombong berulang kali ya, direkturnya saja baik, tapi securitynya kok belagu." Andini mendengus kesal.
"Pak kalau begitu saya minta tolong jas ini berikan kepada Pak Johan, dan tolong sampaikan rasa terima kasih saya." Andini merasa tak punya banyak waktu lagi setelah melirik sekilas jam ditangannya. Ia tak ingin terlambat berangkat ke kampus. Terlambat membayar administrasi saja sudah membuatnya resah diancam DO. Ia tak mau lagi berurusan dengan BP karena terlambat hadir.
Andini segera beranjak pergi dari security yang sok dan super menyebalkan tadi. Namun baru beberapa langkah ia meninggalkan halaman kantor terdengar seseorang memanggil namanya.
"Andini, tunggu ! Bapak mau bicara sama kamu, Nak?"
Andini seketika menghentikan langkahnya, suara tak asing yang memanggilnya tak lain adalah bapak baik yang bertemu dengannya tadi malam.
Rupanya Pak Johan, sedari tadi mengamati dirinya dari ruangannya melalui cctv. Itu sebabnya ia segera memanggil ketika Andini hendak pergi.
"Ndin, kemari Nak, ikut bapak sebentar."
"Ta-tapi pak, Andini hari ini harus segera ke kampus."
Pria itu hanya tersenyum. "Tenang saja, Bapak cuma ingin bicara sebentar, masa nggak bisa"
"Ta-tapi pak"
"Sudah nanti biar bapak yang telepon ke kampus."
"Baiklah." Andini menurut saja.
Pak Johan Dan Andini berjalan beriringan masuk ke ruang kerjanya, setelah memberikan tatapan ancaman pada security tadi.
"Ye ... " Andini menjulurkan lidahnya, niatnya mengejek security tadi.
Sang empu yang dihina cuma bisa menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Pak Johan terlihat senang sekali bisa bertemu dengan Andini kembali. Andini dimata pria itu adalah gadis polos tidak dan pintar, diwajahnya selalu nampak ada ketulusan.
"Duduklah."Perintah Pak Johan.
Pak johan mempersilahlan Andini duduk di sofa yang ditunjuknya. Selain kursi kebesaran Direktur, ruangan Pak Johan juga terdapat sofa empuk. Untuk menerima tamu.
"Ba-baik, Pak." Andini menghempaskan bokongnya di sofa, tak lama Pak Johan juga mengikuti, ia duduk di depan Andini hanya dipisahkan oleh meja kecil saja.
Setelah mereka berdua duduk, datang seorang Office girl membawakan secangkir kopi dan segelas lemon tea.
Selesai menaruh minuman, Pak Johan segera mengisyaratkan agar wanita yang menyuguhkan kopi tadi segera pergi.
"Ada yang ingin aku bicarakan, ini penting sekali." ujar Pak Johan sambil menuang kopi kedalam lepek. Kemudian melirik ke arah Andini yang terlihat begitu tegang.
"Ayo di minum dulu, kamu pasti kedinginan, sejak pagi tadi kamu sudah bekerja sangat keras," ucap johan santai.
Andini kaget, darimana Pak Johan bisa tau aktifitasnya. namun ia tak ingin memberikan reaksi berlebihan pada orang yang paling disegani di kantor ini.
"Kamu pasti heran. Darimana saya tau semua?" Imbuhnya lagi seusai menyeruput kopi, seakan pria itu bisa membaca pikiran Andini.
"Maaf Nak Andini, sepertinya Bapak sudah jatuh cinta sama kamu, semalam orang orangku telah mendapatkan informasi mengenai kamu," kata Johan santai.
Memang benar semalam Johan telah menyuruh Doni untuk mencari tau tentang siapa Andini sebenarnya. Dan Doni bekerja dengan sangat cepat.
"Byurrr ... Apa?... Andini menyemburkan teh yang baru saja diseruputnya ke wajah Johan.
"Bagaimana Bapak bisa mencintai Andini? Bapak sudah sangat tua ... Sebenarnya apa rencana Bapak ? Tolong Pak hidup saya sudah rumit jangan buat semakin rumit." ujar Andini mulai tak mengerti dengan obrolan pagi ini.
Pak Johan terkekeh, setelah mengelap wajahnya dengan tisu."Bukan itu maksudku, aku hanya ingin menjadikan kamu menantu."
"Menantu? tapi saya masih kuliah, saya juga tak kenal putra Bapak? Bagaimana bisa ada pernikahan."
"Kenapa tidak? Kalau kamu setuju, maka aku juga bisa membuat putraku setuju."
"Tidak pak, saya tidak mau, menikah bukan keinginan saya, bapak bisa cari wanita lain." ujar Andini mulai panik.
"Permisi Pak, biarkan saya pergi." Andini beranjak dari duduknya. Melangkahkan kaki dengan tergesa menuju pintu. Kemudian menghentikan langkahnya seperti ada yang terlupakan. "Saya berterima kasih bapak, sudah menolong saya malam itu, kalau tidak ada bapak .... Entah apa yang terjadi pada hidup saya saat ini."
" Tunggu ... ! Kuharap keputusan yang kau ambil tak salah, jika kamu bersedia menikah dengan putraku, urusanmu akan beres, pasti kau sayang ibumu. Kau juga ingin kuliah? Kau juga ingin melihat adikmu menjadi orang yang sukses, nenekmu akan bahagia bukan?"
"Putraku juga belum tentu menyukaimu, tapi aku tidak menyukai gadis yang selalu di dekatnya, Anggap saja kita sedang bekerja sama sekarang? Mana yang lebih buruk? Menikah tanpa cinta? Atau kau dijual ibu tiri sebagai wanita malam? Pikirkan ... !"
Andini menghentikan langkahnya. Ia mulai memikirkan ucapan Pak Johan. Ucapannya benar juga, Andaikan malam itu ia tak bisa lolos, pasti dirinya sudah kehilangan mahkotanya, dan urusan itu belum selesai sewaktu waktu mamie pasti akan menemukannya kembali.
Pak Johan menyusul Andini yang berdiri mematung di ambang pintu, perasaannya tak menentu, saat ini ia sedang dilema. Ia masih sangat tabu dengan yang namanya pernikahan. Apa saja yang harus di lakukan jika usai menikah.
"Ini pernikahan rahasia, aku akan mengatur semuanya, jika kamu setuju secepatnya pernikahan akan dilangsungkan, dan aku akan menjamin hidupmu aman dan bahagia menjadi istri Arsena putraku."
"Baiklah, izinkan saya memikirkan dulu Pak, dan saya ingin putra bapak juga setuju dengan semua ini"
Andini hendak pergi, namun pria berusia setengah abad itu mengulurkan tangannya. Terpaksa Andini meraihnya dan mencium dengan takzim.
"Asalamualaikum"
"Waalaikum salam."
****
Andini telah sampai di kampus UNEC. Andini tergesa gesa setelah melihat arlojinya menunjukkan pukul delapan. Andini sudah menduga kalau dosen killer Arnold pasti akan mengeluarkannya pada mata kuliah jam pertama. Namun Andini tidak mau mata kuliah Kimia kali ini akan terlewatkan.
Tok ! tok ! tok !
Andini mengetuk pintu, wajah merahnya tak bisa disembunyikan lagi. Hal itu wajar terjadi karena tak ada satupun mahasiswa yang berani terlambat di jam pelajaran Arnold
Teman- teman hampir semua tercengang, diantara mereka ada yang berbisik, melihat keberanian Andini menampakkan wajah setelah Arnold berada di dalam kelas.
"Maaf saya terlambat" suara Andini gemetar. Tubuhnya juga pasti sudah menggigil panas dingin.
"Saya sudah tau, masuklah" Arnold mempersilahkan Andini dengan raut santai, hal yang bisa dibilang mustahil sepanjang sejarah akhirnya terjadi.
Andini bernafas lega, teman yang duduk disebelah Andini juga ikut lega.
"Kamu pake sihir apa, Ndin? Kenapa Pak Arnold bisa takluk gitu padamu."
"Tau, ah ... Sekarang serius, entar dia berubah pikiran lagi."
Andini dan Vanya kini mulai serius mengerjakan tugasnya. Tak ada satupun mahasiswa yang berani membuka suara, mereka hanya berani protes dalam hati masing masing. Ruangan menjadi sunyi seketika.
Andini tau siapa orang yang sudah membuat Dosen Arnold tak memarahinya, Pasti Pak Johan, siapa lagi yang sudah menghubunginya tadi memintakan izin, kalau bukan orang yang sedang bernego dengannya.
Andini benar-benar bingung, disatu sisi ia sangat sayang dengan ibu, ingin ibu sembuh, dan kuliah tanpa dikejar oleh pihak TU, disisi lain menikah adalah hal yang sakral, bagaimana kalau pernikahan paksa itu akan berujung penderitaan.
Ketika pelajaran mata kuliah Dosen Arnold selesai, Andini dan Vanya pergi ke kantin. Andini mengambil duduk paling belakang, ingin mencurahkan beban perasaan yang sedang membuatnya gundah gulana pada Vanya, berharap sahabatnya bisa memberi solusi terbaik.
"Nya, menurutmu bagaimana kalau aku menikah saja?" ujar Andini sambil terus mengaduk minuman rasa mangga di depannya.
Glek, Vanya segera meneguk air putih yang sudah masuk pada kerongkongan. Untung saja ia tak sampai tersedak.
"Apa !! Nggak salah dengar? Emang sama siapa?" Vanya selain terkejut juga heran.
"Aku juga belum kenal sama dia, dan yang jelas pernikahan ini andai terjadi semua semata demi uang dan membantu seorang ayah yang sudah menolongku, Vanya menurut kamu gimana solusi terbaiknya?
"Bagaimana kalau kamu tak bahagia?" Tanya Vanya lagi.
"Bahagia itu jika aku melihat ibu sembuh seperti sedia kala. Entahlah Van, aku masih bingung."
Andini masih dalam dilema, berbicara dengan Vanya juga tak menemukan solusi terbaik. Akhirnya mereka memilih menyelesaikan sarapan saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 301 Episodes
Comments
Jun Asih
lanjut Thor
2023-07-17
0
Rangga Azura
Lanjooot
2023-06-05
0
Sekar
ayo ndin mau nikah sajadeng arsena
2022-02-08
1