Andini sudah sampai di depan rumah mewah bercat kuning. Rumah itu paling menonjol daripada rumah yang ada di sekitarnya.
Setelah mengamati interior luar rumah yang serba mewah, Andini berfikir mungkin mama Ratih menginginkan dirinya melamar kerja sebagai ART pada orang kaya yang disebut kenalannya itu.
Andini mengangkat lengannya, hingga jarinya menyentuh bel yang menempel di dinding, tepat di sisi kanan pintu, hanya sekali pencet, dengan cepat pintu sudah terbuka. Ternyata seorang gadis cantik memakai make'up tebal membukakan pintu untuknya.
"Masuklah! kau sudah ditunggu" ujarnya pendek. netranya menelisik Andini yang berdiri di ambang pintu. Andini menggigiti bibir bawahnya, ia merasa canggung bertamu kerumah orang yang tak dikenal sebelumnya.
"Makasi, Mbak." Kemudian mereka berdua masuk beriringan.
"Mami!! Yang kita tunggu sudah datang!" teriak gadis itu lagi ketika sudah sampai di ruang tengah, sedangkan wanita yang di panggil mami masih sibuk menelepon klien di kamarnya.
"Oke, segera suruh mandi saja." sahut mami dari dalam.
"Andini, kamu bisa bersihkan diri kamu sekarang juga." ucap Pryli, sedangkan Andini yang masih dalam mode bingung terpaku mengamati penampilan wanita di depannya. Kira- kira kerja apa wanita muda ini? Kenapa Andini yang baru datang langsung disuruh mandi.
"Pakai dulu milikku, ini bersih, aku tadi sudah mencucinya." Tangannya terulur memberikan handuk kimono berwarna biru ke arah Andini.
Sesaat Andini terhenyak, bagaimana wanita muda di depannya bisa tau namanya, sedangkan mereka belum kenalan, apalagi berjumpa sebelumnya. Namun Andini segera menyadari Mama Ratih pasti sudah meneleponnya saat ia masih di jalan tadi.
"Kalau boleh tau, sebenarnya apa pekerjaan saya disini, Mbak? Kenapa saya disuruh mandi?" Tanya Andini dengan polosnya.
"Jadi kamu tidak tau? Tenang saja, nanti juga akan tau," jawab gadis itu dengan senyum datarnya, membuat Andini semakin penasaran. "Kerjaan nggak berat, Tapi .... " Pryli sengaja mejeda ucapannya, ia tersenyum sambil menggesek gesekkan jari jempol dan telunjuknya. "Uang bukan? Yang penting kamu nanti mendapat uang yang banyak, untuk biaya kuliah, ibumu katanya sakit? kamu pasti butuh uang sangat banyak."
"Udah, jangan bengong buruan mandi, malam ini kamu pasti dapat banyak uang." Pryli menepuk pundak Andini yang masih berdiri mematung. "Nih, pakai. Besok kita akan belanja baju baru buat kamu."
Andini menerima handuk yang sejak tadi sudah di sodorkan untuknya, dengan gegas melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi. Namun hatinya masih terombang ambing oleh pertanyaan yang belum mendapat sebuah jawaban yang jelas.
Sementara menunggu Andini selesai mandi, wanita itu juga melanjutkan mempercantik dirinya dengan memakai bulu mata palsu dan eyeliner, Aktivitas yang sempat terhenti karena kedatangannya Andini tadi.
Mami yang sibuk di kamar kini keluar ingin melihat anak gadis dari temannya itu.
"Mana anaknya Pryl?" tanyanya pada Pryli.
"Masih di kamar mandi, Mie. Kan tadi mami suruh mandi."
"Oh, iya. Apa dia cantik?"
"Siip, tanpa dipoles pun, sudah cantik banget, Mie" ujar pryli sambil menunjukkan dua jari jempolnya. Mami sudah mendapatkan kiriman foto dari mama Ratih, namun hasil jepretan kamera di zaman sekarang bisa saja beda dengan aslinya.
"Bagus." Mami mengangguk anggukan kepalanya, puas dengan ucapan Pryli
"Iya Mie, tapi sebenarnya Pryli suka sekali dengan pekerjaan ini, Pryli takut dia akan menjadi kesayangan Mami" ujar Pryli sambil menempelkan lipstik pada bibirnya yang sudah merah. Sesekali meregangkan otot kepalanya yang terasa pegal.
"Kamu tenang aja, kamu tetap akan jadi anak Mami yang nomor satu."
Andini sudah selesai mandi, ia memakai handuk, lalu keluar sambil memeluk baju gantinya.
"Its, okey Andini sekarang pakai baju ini ya? Dan nanti aku akan bantu kamu memakai make,up. Oh iya kamu bisa ganti di kamar itu." Pryli menunjuk sebuah kamar, kamar yang mulai hari ini akan menjadi tempat istirahat mereka berdua di siang hari. Dan malamnya sudah pasti mereka akan bekerja.
"Makasi Mbak." Andini sekali lagi hanya bisa menerima apapun yang disodorkan oleh Prily padanya.
Sampai di kamar Andini membuka baju pemberian Prily. ternyata sebuah rok hitam yang panjangnya kurang dari 25 centimeter. Dan atasan warna putih tulang berbentuk kemben yang juga kurang bahan, tali kecil berwarna bening yang hanya sebesar rambut itu pasti untuk pengaman agar tak melorot saat dipakai, namun bila ditarik sekali saja pasti sudah carut marut tak karuan.
Andini mengelus dadanya yang tiba-tiba berdentum kencang. Sampai disini firasatnya mulai tak enak, Namun sebisa mungkin menepis segala kemungkinan buruk yang akan terjadi, ia masih berprasangka baik pada orang tua sambungnya, tak mungkin ada mama yang ingin menjual harta berharga yang dimiliki oleh anaknya. Meskipun itu mama tiri sekalipun.
Andini duduk di tepian ranjang, tangannya menggenggam baju kurang bahan itu, bagaimana bisa ia memakai baju layaknya seorang ja lang. Andine melempar baju itu ke kasur sambil mendesah pelan. Andini ingin menangis namun ia sadar ini bukan saatnya untuk menjadi lemah.
Ibu, kita sedang butuh uang dengan jumlah besar, Andini tidak mendapatkan dari papa, mungkin ini jalan terbaik untuk mendapatkan uang itu, Tuhan lindungilah diriku. Ibu, do'akan Andini."
"Ndin, cepat sedikit, ini sudah malam !" panggil Pryli dari dekat pintu. Lamunan Andini seketika buyar.
"I- iya." Suara Andini tergagap. Andini segera mengambil kembali baju kurang bahan yang ia lempar tadi dan segera memakai, baju itu melekat apik mencetak lekuk tubuh mungil milik Andini, warnanya kontras dengan kulit putihnya, walaupun cantik namun namun Andini tetap tak nyaman.
"Ndin, kamu cantik." Mata Pryli melebar, mengagumi keindahan yang dimiliki Andini, sedangkan yang dikagumi berulang kali menarik narik roknya kebawah. berharap rok yang ia kenakan akan bertambah panjang.
"Ayo kita berangkat Ndin, tapi pakai make'up dulu" Pryli membimbing Andini dengan sabar layaknya seorang kakak.
"Ta-ta-pi aku tak terbiasa memakai make'up tebal, Mbak?" Andini menunjukkan sikap keberatan.
"Nggak usah tebal, buat kamu tipis natural saja udah cantik, kok." Pryli mulai memberi bedak dengan sentuhan bedak lembut ke wajah Andini. Andini menolak ketika Pryli ingin memberinya bulu mata palsu. Tapi andini tak bisa menolak saat di suruh memakai tiptoe shoes setinggi lima belas cm itu.
Andini terlihat sangat sempurna, wajahnya bak bidadari kecil polos yang tak berdosa, Namun dunia masih memberinya ujian berat pada mahkluk lemah satu ini.
Setelah selesai berdandan mereka pamit kepada mami, Pryli dan Andini segera keluar meninggalkan rumah mewah itu.
****
Mobil inova warna silver yang akan mengantar mereka berdua sudah bertengger di depan. Seorang body guard berseragam hitam menjelma menjadi sopir itu membukakan pintu belakang untuknya. Ketika dua makhluk cantik itu menampakkan diri dan berjalan mendekat.
Di mobil, Andini masih terus memikirkan nasibnya, akankah saat ini ia sedang dalam sebuah perangkap? Perangkap dari mama tiri agar tak berani mengusiknya lagi. Salahkah jika seorang anak mengharap setitik tanggung jawab dari papanya.
"Mbak Pryli kita akan kemana?"
"Sudahlah jangan banyak tanya... Kamu ikuti aku saja, aku tak akan membiarkan kamu sendirian nanti." ujar Pryli lembut. Membuat Andini sedikit lega, karena dirinya tidaklah sendiri.
Dua puluh menit mereka sudah sampai di sebuah bangunan megah berbintang lima, yaitu Hotel Golden Tulip. Mobil silver itu segera memasuki area parkir. Dua orang berseragam hitam segera menghampiri dan membukakan pintu untuknya dan Pryli.
"Nona Pryli? Teman baru lagi?" Tanya salah satu diantara dua lelaki berbaju hitam itu. Pria bertato memakai seragam sama dengan yang dipakai pak sopir itu berulang kali meneguk salivanya. Seakan di depannya itu adalah mangsa yang menggiurkan, namun sayang sekali mangsa itu hanya cukup dilihat saja. Karena ia sudah tahu makhluk cantik itu bukanlah untuknya.
Andini yang merasa tubuhnya menjadi sorotan dari mata pria hidung belang itu, terus saja berusaha menutupi bagian yang tak pantas untuk dipertontonkan.
Andini menjewer roknya agar terlihat agak panjang sedikit. Namun sayangnya bahan dari drill itu tak bisa membantunya di kondisi seperti sekarang.
Pryli dan Andini segera naik lift menuju kamar nomor seratus satu. Kamar yang sudah ditentukan oleh pria hidung belang yang sudah memboxing Andini malam ini dengan harga fantastis. yaitu 100 juta untuk menemaninya semalaman. Dan tentu mami dan mama tiri Andini, orang yang paling diuntungkan dalam hal ini.
Pria itu langsung tertarik ketika mami mengirimkan foto Andini. Apabila setelah Mami memberitahunya kalau wanita yang ia dapatkan masih seorang gadis perawan.
Sedangkan wanita yang akan menjadi objeknya, belum tau apa- apa soal malam kelam yang akan ia jalani. Yang ia tau dan pikirkan hanyalah dia akan mendapat pekerjaan. Andini sudah terlanjur basah, menerima tawaran mama sepertinya telah menjadi simalakama untuknya. Andini pasrah, jika malam ini hanya menemani ngobrol dan menuangkan minum pria hidung belang bersama Pryli Andini akan melakukannya.
"Mbak pryli, Andini takut, mbak harus janji kita akan selalu bersama di kamar ini." mohon Andini seperti anak kecil. Ketika Pryli membuka kamar.
"Mbak, benarkan kita hanya menemani mereka minum saja? Nggak lebih kan?" kini Pryli yang tadinya care juga terlihat mencurigakan. Wanita itu tak menjawab tanya dari Andini. Ia hanya tersenyum miring.
"Kalau dia minta lebih? Apa lagi yang bisa kita lakukan Ndin, Selain melayani Dia, apalagi tips yang akan diberikan sangat besar." ujarnya enteng sambil menghempaskan bobot tubuhnya di sofa sambil menyalakan korek dan menyulut sebuah batang rokok.
"Tapi A- Aku tidak mau jadi pemuas Mbak. Aku ingin ... " Andini belum menyelesaikan kalimatnya, seorang pria gagah bertubuh kekar dan alis tebal itu datang memasuki kamarnya.
"Hey ... Miko ....!" sapa Pryli.
Pria itu segera menghampiri Pryli dan berpelukan serta cipika-cipiki.
"Kenalkan ... Ini Andini."
"Andini."
"Miko."
Andini melihat Pryli hendak pergi." Pryli, mau kemana?
"Ya udah kalian, aku tinggal yah? Aku ada urusan lain di kamar sebelah. Gimana Mik? Andini cantik kan... ? Mantan pacarmu nggak ada apa-apanya kalau sama Dia." ujar Pryli sebelum pergi meninggalkan mereka berdua.
"Mbak, jangan lama-lama, cepet balik ya?" Andini terlihat panik, setelah melihat Miko yang memandanginya kagum. Jakun pria itu naik turun, ia meneguk salivanya berulang kali melihat tubuh mulus nan putih itu.
"Tenang aja, aku akan segera kembali, tapi sayangnya Miko tak akan setuju, iya kan, Mik." ujar Pryli sambil mengerlingkan matanya kearah Miko, sebagai isyarat agar segera mengunci pintunya. " Selamat senang senang"
Miko menurut, sebagai Pria yang sedang berpetualang menginginkan seorang wanita berselaput dara, dia pasti memiliki trik-trik memabukkan untuk mendapatkan seorang mangsa yang ada didepannya.
"Kok pintunya dikunci, Kak' tanya Andini yang semakin gelisah, tubuhnya gemetar, jantungnya berdegup tak menentu walaupun ia seorang mahasiswa yang akan mendapatkan semester terakhir, namun soal yang berhubungan dengan, pria, berpacaran, berciuman, Andini masih nol pengalaman. Ia hanya gadis lugu yang merawat ibunya dan jualan gado gado bersama nenek ketika sore.
"Oh ... Biar kita ngobrolnya makin enak saja. Aku duduk disini yah." tanpa persetujuan, Miko sudah duduk disebelah Andini. Mereka berdekatan tanpa ada jarak yang memangkasnya, Miko dengan sengaja menjatuhkan satu lengannya di pangkuan Andini.
Andini mencoba menyingkirkan tangan Miko. Pria itu memaklumi, karena kondisinya masih waras.
Setelah bicara panjang lebar, malam semakin larut, Miko meminta Andini untuk menuangkan minuman dan segera meneguknya, meminta lagi dan meneguknya. Miko menghabiskan ber botol botol alkohol dosis tinggi yang disiapkan dimeja oleh bartender.
Andini mulai takut terjadi apa apa dengan pria itu,, kini ia duduk menjauh dari miko.
Miko kini tengah mabuk berat, ia terus merancau, Miko sepertinya sudah hilang kendali, sorot matanya menatap Andini dengan tatapan penuh *****.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 301 Episodes
Comments
Rangga Azura
Masa anak kuliahan g bisa ngebedain
Udah tau ibu tiri sableng masih aha d turut, anak kuliahan ko bloon ya
2023-06-05
1
Firman Junior
untuk anak kuliah...atau.mahasiswa kyk gk mungkin gk sadar akan pekerjaan sp ini..sudah pasti arah y k sana...
2022-03-07
1
Zaitun
wih mau ja andini masak gak curiga
2021-11-20
1