Setelah membeli lauk pauk untuk makan siang, Hana dan Lunik segera pulang. Keduanya berjalan dengan langkahnya yang beriringan sambil mengobrol bertukar obrolan selama tidak pernah berjumpa.
"Lun, kamu sudah menikah, belum?" tanya Hana penasaran.
"Belum, Han. Kamu sendiri sudah menikah, belum?" jawabnya dan balik bertanya.
"Kalau aku sebentar lagi, Lun. Doakan aku, ya. Semoga acaranya berjalan dengan lancar. Dan kamu segera menyusul." Ucap Hana dan tersenyum.
"Sama siapa? selamat ya, Han. Semoga acaranya berjalan dengan lancar dan tanpa suatu halangan apapun. Dan tentunya doa yang terbaik untuk kamu. Aku ikut bahagia mendengarnya." Tanya Lunik yang penasaran dengan calon suami temannya itu. Lunika pun ikut tersenyum bahagia mendengar kabar teman akrabnya yang sebentar akan merubah statusnya.
"Aku sendiri tidak tahu, siapa calon suamiku nanti. Dan, kata kedua orang tuaku akan menjadi sebuah kejutan. Tentunya anaknya tampan dan berkelas, semoga saja benar." Jawab Hana dan tertawa kecil.
"Kamu gimana sih, Han. Kenapa kamu sendiri tidak mengenal calon suami kamu sih, Han. Bagaimana kalau ternyata calon suami kamu itu ternyata duda tua dan sudah beranak? menakutkan, tau." Ucap Lunik bergidik ngeri takut membayangkannya.
"Aku hanya diberi foto lewat body sampingnya, dan orangnya memang terlihat masih muda dan terlihat tampan. Seperti tidak asing dalam penglihatanku, tapi aku sendiri tidak bisa menebaknya." Jawab Hana sambil menerka nerkanya, namun tidak dapat diingatnya.
"Hem ... siapa tahu saja, itu mantan kamu sendiri." Ledek Lunika sambil tertawa kecil.
"Bisa saja kamu, Lun. Aku rasa bukan, aku tidak mempunyai mantan. Kamu tahu sendiri, 'kan? jika aku sibuk bekerja. Oh iya, aku sampai lupa. Nanti setelah sampai dirumah kamu, akan aku ceritakan dan akan aku tawarkan pekerjaan yang gajinya cukup besar." Jawab Hana, tidak lama kemudian telah sampai didepan rumah milik Lunika yang cukup sangat sederhana.
Disaat itu juga, ibu Ruminah selaku orang tua asuh Lunika tengah duduk bersantai didepan rumah.
"Loh loh ... kamu, Hana?" tanya ibu Ruminah sambil menyapa teman akrabnya Lunika.
"Iya Bu, saya Hana. Bagaimana kabarnya, Bu?" jawab Hana. Kemudian, mencium punggung tangan milik ibu asuhnya Lunika. Lalu, menyapanya balik dengan ramah.
"Kabar ibu baik baik saja, Nak. Ayo, masuk kedalam rumah ibu yang masih seperti dulu." Ucapnya dan mengajak Hana untuk masuk kedalam rumah. Hana maupun Lunika mengikutinya dari belakang.
Sesampainya didalam rumah, Hana dipersilahkan duduk. Sedangkan Lunika segera membuatkan minuman, dan menyuguhkan dengan cemilan buatannya.
"Silahkan diicip icip, Han. Ini kueh buatanku, belum lama ini aku belajar membuat kueh. Berharap, aku bisa mengembangkannya." Ucap Lunika sambil mempersilahkan temannya untuk menikmati kueh buatannya.
"Serius nih? wah ... semoga harapan kamu tergapai ya, Lun. Dan sukses sesuai yang kamu harapkan. Tapi, apa kamu tidak ingin mendapatkan gaji yang cukup besar? aku ada lowongan kerja untukmu." Jawab Hana.
"Gaji besar? yang benar saja kamu, Han. Gaji besar, pasti resikonya juga besar." Tanya Lunika setengah tidak percaya.
"Aku serius, Lun. Tapi ... ibu kamu pasti tidak mengizinkan kamu." Jawab Hana pesimis.
Lunika pun menoleh kearah sang ibu penuh harap, seketika sang ibu tidak tega yang selalu mengekang dan melarang Lunika untuk bekerja jauh dari rumah.
Dengan yakin sang ibu berusaha untuk memberi jawaban pada putrinya, meski berat untuk melepaskannya. Namun, demi masa depannya dan segera mendapatkan pendamping hidupnya. Sang ibu pun mencoba untuk mengizinkan putrinya untuk bekerja.
"Kamu tidak perlu khawatir, Lunika. Mulai sekarang, ibu tidak lagi melarangmu untuk menggapai mimpi mimpimu. Ibu mengizinkan kamu untuk bekerja diluaran sana, yang terpenting kamu selalu ingat waktu." Ucap sang ibu mencoba meyakinkannya.
Seketika, senyum mengembang terlihat jelas pada kedua sudut bibirnya. Namun, seketika ia merasa tidak tega untuk meninggalkan rumah serta meninggalkan seorang ibu yang tengah membesarkannya dan merawatnya maupun mengasuhnya hingga tumbuh dewasa.
"Tapi, Bu ... nanti ibu bagaimana? Lunika tidak bisa meninggalkan ibu sendirian dirumah. Ditambah lagi ibu sudah mulai sakit sakitan, nanti siapa yang akan merawat ibu? Lunika tidak bisa meninggalkan ibu begitu saja." Jawab Lunika yang merasa berat untuk meninggalkan ibu asuhnya.
"Kamu jangan khawatirkan ibu, semua tetangga baik baik. Sedangkan masa depan kamu itu sangat penting untuk kamu, dan kamu berhak untuk bahagia menggapai impian kamu. Siapa tahu saja, diluaran sana kamu akan kamu temui kebahagiaan kamu. Percayalah dengan ibu, diluaran sana ada kebahagiaan yang tengah menantimu." Ucap sang ibu penuh yakin dan mencoba meyakinkan putrinya. Berharap, tidak menolak akan izinnya untuk putrinya itu.
"Iya, Lun. Kapan lagi kamu akan merubah hidupmu, jika tidak dimulai dari sekarang. Kamu jangan khawatir, Bos pemilik perusahaan tempatku bekerja sangat baik dan memberi gaji pada karyawannya tidak sedikit. Yang terpenting patuhi peraturannya dan jangan melakukan kesalahan yang fatal, pasti semua akan baik baik saja." Ucap Hana ikut menimpali.
Lunika yang mendengar penuturan dari teman dekatnya masih terdiam, ia bingung untuk menentukan pilihannya. Disaat itu juga, Lunika kembali menoleh kearah sang ibu untuk dimintai pendapat serta keputusan yang baik.
"Apa yang kamu ragukan, Lunika? Terima saja ajakan dari Hana. Jika kamu tidak diterima, kamu masih bisa melanjutkan dan mengembangkan belajarmu dalam membuat kueh." Ucap sang ibu yang terus meyakinkan putrinya dan mencoba menyemangatinya.
"Iya, Lun. Terima, ya? kalau kamu sudah bulat dengan keputusan kamu, secepatnya akan aku ajak kamu ke tempat kerjaku." Ucapnya dan bertanya tentang kepastian.
Seketika itu juga, terlihat jelas senyum mengembang pada kedua sudut bibirnya Lunika. Sang ibu dan Hana pun ikut tersenyum melihatnya, menandakan jika Lunika tengah memberi keputusan bahwa dirinya menerima aja kan dari teman dekatnya.
"Baiklah kalau begitu, aku tidak lagi menunggu keputusan darimu. Berarti setelah aku liburan bersama keluargaku, kamu harus siap ikut aku untuk berangkat ke tempat kerjaku. Yang perlu kamu siapkan yaitu pakaian yang sopan, itu saja." Ucapnya mengingatkan.
"Baiklah, aku terima ajakan darimu. Semoga aku ikut sukses seperti kamu, dan tentunya aku dapat membahagiakan ibuku." Jawab Lunika dan tersenyum, kemudian mendekati sang ibu dan memeluknya dengan kasih sayang dari seorang anak kepada ibunya. Tidak hanya itu, Lunika pun mencium pipi milik ibu asuhnya layaknya sebagai ibu kandungnya sendiri.
Hana yang melihatnya pun merasa terharu dengan kedekatan Lunika dengan ibu asuhnya.
'Meski Lunika bukanlah anak kandung dari ibu Ruminah, tetapi keduanya mampu saling melengkapi hingga serasa anak kandung serta ibu kandung sendiri. Sungguh, aku sangat terharu melihatnya.' Batin Hana penuh haru ketika melihat kedekatan Lunika dengan sang ibu asuhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 247 Episodes
Comments
Wulan Juna
arnal dech yg di jodohin sama hana
2021-08-19
0
D'
Hana dijodohin dengan arnal.diajak kerja di perusahaan zayen... hehehe..ngarep
2021-06-25
1
deSu
jgn2 yg d jidohin sama Hanna ,ziko
2021-06-15
6