Nakula masih ada di rumah. Ia masih dalam masa cuti. Laki-laki itu baru masuk kerja empat hari lagi. Saat ini laki-laki itu sedang disibukkan dengan urusan pekerjaan rumah. Dia sedang memasak untuk makan siang.
Tapi sepertinya mimpi Nakula harus pupus. Karena tiba-tiba saja bos-nya menelepon dan meminta dia datang ke kantor. Katanya ada urusan penting.
Mau tak mau Nakula mengurungkan niatnya untuk masak. Dan urusan memasak itu diambil alih oleh Dea. Hari ini, istrinya itu bekerja shift malam.
"Ada apa bos kamu tiba-tiba nyuruh kamu ke kantor? Padahal kamu masih dalam masa cuti," tanya Dea sambil memotong wortel.
Nakula menggelang pelan. "Aku juga nggak tau," jawabnya jujur. Ya, Nakula memang tidak tahu mengapa ia dipanggil ke kantor.
Pukul sepuluh pagi Nakula berangkat menuju kantor. Satu jam kemudian dia telah sampai di tempat tujuan.
Laki-laki itu segera naik ke lantai lima belas dimana ruangan bos-nya berada. Perusahaan tempat Nakula berkerja adalah perusahaan IT.
Begitu sampai di depan pintu sang bos, Nakula berniat mengetuknya. Tapi ia urungkan niatnya itu saat tiba-tiba saja pintu tersebut dibuka dari dalam.
"Lo udah sampe ternyata. Ayo masuk."
Seorang perempuan cantik berusia dua puluh tujuh tahun mempersilahkan Nakula untuk masuk. Perempuan itu bernama Jihan. Jihan adalah bos di perusahaan Nakula.
Perempuan bernama Jihan itu adalah mantan pacar Nakula semasa SMA. Dan sampai saat ini, Jihan masih sering meminta untuk balikan. Tapi Nakula selalu menolak dengan tegas. Baginya, kisah cinta dirinya dan Jihan telah usai.
Kalau ditanya, mengapa Nakula bekerja di perusahaan mantan pacarnya? Jawabannya karena dia tidak tahu. Ya, dia tidak tahu kalau ini adalah perusahaan orangtua Jihan. Waktu dia mulai bekerja di sini yang memimpin perusahaan ini bukan Jihan. Tapi ayahnya.
Saat mereka masih pacaran, Nakula belum pernah bertemu dengan orangtua Jihan. Karena mereka hanya pacaran satu bulan saja.
Jihan menggantikan posisi ayahnya sejak satu tahun yang lalu. Kalau ditanya, mengapa harus Jihan yang menggantikan posisi ayahnya? Apakah dia tidak memiliki saudara laki-laki? Jawabannya iya, Jihan memang tidak memiliki saudara baik laki-laki ataupun perempuan. Jihan anak tunggal.
"Ada apa?" tanya Nakula dengan wajah datarnya. Laki-laki itu duduk di depan Jihan dan hanya terhalang oleh sebuah meja kerja.
"Gue cuma mau nanya. Emang nggak ada tempat lagi ya untuk gue di hati lo?" Jihan bertanya dengan memelas.
Nakula mendengus pelan. Jihan sering sekali menanyakan ini. Padahal dia pun juga sudah sering mengatakan 'tidak'.
Nakula jadi heran, sebenarnya mengapa Jihan terlalu menginginkan dirinya? Padahal kalau dilihat dari segi fisik, dia tidak terlalu ganteng. Kalau dari segi kantong, jelas dia bukan orang berada.
Selama pacaran juga, Nakula tidak pernah melakukan perbuatan yang aneh-aneh hingga merugikan Jihan. Misalnya: tidur bersama.
Percayalah. Nakula itu anaknya lurus-lurus saja. Sangat lurus malahan. Dia tidak pernah melakukan kontak fisik pada perempuan yang bukan istrinya. Ralat: kontak fisik hanya sebatas salaman saja. Tidak pernah lebih. Pelukan saja tidak pernah, apalagi yang lainnya.
Setahu Nakula, banyak perempuan yang mengejar mantannya mati-matian itu karena sang mantan telah mengambil sesuatu yang paling berharga milik si perempuan. Misalnya ... itu. Ah, Nakula tidak bisa mengatakannya secara gamblang.
"Nak ... lo kenapa malah nikah sama perempuan lain, sih? Padahal kan lo tau. Selama ini gue selalu ngejar lo. Gue cinta mati sama lo. Tapi kenapa lo tega? Lo jahat, Nak." Jihan terisak. Perempuan itu menyembunyikan wajahnya di balik telapak tangannya.
"Jihan ... gue mohon, lo lupain gue, ya?! Anggap aja antara kita nggak pernah terjadi apa-apa. Lo cantik, pintar. Pasti jodoh lo laki-laki yang sepadan sama lo," hibur Nakula.
Laki-laki itu antara ikhlas dan tidak saat menghibur Jihan. Jujur saja, di hatinya hanya ada Dea. Jadi Nakula agak risih untuk menghibur perempuan lain.
"Lo jahat! Lo jahat, Nak! Gue benci!"
Tangis Jihan semakin pecah. Perempuan itu melempar Nakula dengan sebuah mouse. Nahas, Nakula tidak sempat menghindar, dan mouse tersebut mengenai pipinya. Untung saja mouse tidak berat, jadi pipinya tidak terluka ataupun lebam.
"Jihan. Jangan teriak-teriak. Ntar orang-orang mikir gue ngapa-ngapain lo." Nakula masih mencoba untuk bersabar. Laki-laki itu bicara dengan nada rendah.
Jihan mengeraskan rahangnya. Perempuan itu menatap Nakula tajam. "Lo emang udah ngapa-ngapain gue. Lo udah nyakitin hati gue, Nakula! Lo liat aja pembalasan gue!" ancam Jihan dengan suara yang menggelegar karena amarah.
Tiba-tiba saja Jihan mendekati Nakula. Perempuan itu lalu mencium Nakula dengan paksa. Dengan sekali dorongan, Jihan terhempas ke belakang. Perempuan itu tertabrak dinding.
Nakula berdiri dari duduknya. Laki-laki itu menggeram marah. "Berani-beraninya lo! Kalau lo kurang belaian, cari aja cowok lain. Jangan gue."
Tanpa sadar Nakula bicara sangat kasar. Tapi sedetik kemudian dia meminta maaf. "Maaf gue keceplosan. Gue nggak berniat buat ngatain lo," lirih Nakula.
Jihan tertawa sumbang. Perempuan itu berjalan mendekati sofa kemudian duduk di sana. Dia masih tertawa seperti orang yang kurang setengah. Nakula tidak tahu apa yang lucu sehingga perempuan itu tertawa tanpa henti.
"Liat aja pembalasan gue," ancam Jihan setelah tawanya reda.
"Ya ya ya. Terserah lo aja, deh." Nakula hanya mengedikkan bahunya acuh. Laki-laki itu lalu keluar dari ruangan Jihan tanpa pamit.
"Loh, kok lo udah masuk. Bukannya lo masih cuti?"
Yang bertanya pada Nakula adalah Bimo. Sahabatnya dan kebetulan mereka sama-sama bekerja di perusahaan milik Jihan.
"Iya gue masih cuti. Gue ke sini ada urusan sedikit," jawab Nakula seraya berjalan mendekati lift.
"Heh! Tunggu dulu!" Bimo sedikit berlari mendekati Nakula. "Lo barusan ketemuan sama mantan?" tanya Bimo sambil menarik turunkan alisnya.
"Iya." Nakula menjawab tanpa minat.
Bimo memang sudah tahu kalau Jihan adalah mantan pacar Nakula. Karena Nakula sudah pernah menceritakan hal tersebut. Maklumlah, mereka itu sahabat. Sebagai sahabat, mereka memutuskan untuk saling terbuka.
"Pasti dia ngajak balikan dan lo nggak mau," tebak Bimo.
"Persis."
"Lo kudu tegas, Nak. Jangan suka memberikan harapan palsu. Takutnya ini berimbas ke pernikahan lo," pesan Bimo.
"Gue tau."
"Bim! Berkas yang diminta Bu Jihan udah selesai belum?" teriak Putri sekretaris Jihan. Sepertinya Putri baru keluar dari toilet yang ada di ujung ruangan.
"Gue cabut dulu, ya?! Gue do'ain semoga rumah tangga lo adem ayem." Bimo menepuk bahu Nakula sekilas. Kemudian dia berjalan mendekati meja Putri.
Nakula langsung buru-buru turun ke lantai dasar. Laki-laki itu ingin segera sampai di rumah.
🍄🍄🍄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments