Tok tok tok
" Dila boleh eyang masuk ?" Suara Eyang Saka membuat Dila yang tengah asik menulis di laptopnya menghentikan kegiatannya . Dengan malas ia membuka pintu kamarnya .
Eyang Saka langsung masuk ke kamar gadis itu dan duduk di kursi belajarnya .
" Kau sedang mengerjakan sesuatu ? " Tanya sang kakek melihat laptop gadis itu menyala .
" Bukan apa apa " ucap Dila seraya duduk di ranjangnya , eyang Saka melihat laptop Dila sebentar lantas tertawa .
" Itu sebabnya aku tidak mau bilang " ucap Dila sambil cemberut .
" Kau masih ingin memiliki kebun bunga ? " Tanya eyangnya , Dila hanya mengangguk .
" Sudah eyang bilang bertani itu tidak mudah , tanamlah bunga sesukamu tapi tidak untuk bisnis , harga jualnya juga tidak pasti , eyang menyuruhmu kuliah kedokteran seperti ibumu kenapa kamu ambil jurusan berbicara ..
" Komunikasi dan bisnis eyang , berbicara apanya " Dila ingin tertawa mendengar ucapan sang kakek .
" Sama saja " sahut kakeknya cepat .
" Eyang ingin bertanya , apa kau punya pacar di Bandung ? , Teman dekat mungkin ? ' eyang Saka menatapnya dengan hangat .
" Eyang bisa bertanya pada mata mata eyang " jawab Dila ketus , ia tahu eyangnya yang telah pensiun sekian lama dari tentara masih saja bisa tahu tentang teman temannya , dan kegiatannya di manapun . Itulah sebabnya ia berfikir eyangnya pasti punya mata mata .
" Baguslah jika tidak ada .." eyang Saka mengambil sesuatu di sakunya .lelaki berumur itu menyerahkan sebuah kotak pada cucunya .
"
Apa ini ? " Tanya Dila sambil tersenyum .
" Peninggalan kakek buyut , bukalah " eyang saka tersenyum simpul .Dila membuka kotak itu , sebuah gelang dari emas tersimpan rapi di dalamnya .
" Itu adalah hadiah yang eyang simpan cukup lama dan eyang lega akhirnya bisa melepaskan gelang pusaka itu " eyang saka menghela nafasnya .
" Kenapa ? " Tanya Dila sambil memperhatikan gelang yang memiliki desain unik itu .
" Karna harus eyang berikan pada keturunan eyang yang perempuan , kamu satu satunya keturunan perempuan di keluarga kita " jawab eyang saka datar .
" Biasanya benda pusaka selalu di turunkan pada anak lelaki , kenapa eyang tidak memberikannya pada ayah ketika masih hidup " ucap Dila sambil menatap sang eyang .
" Karna itu sebenarnya adalah hadiah untuk anak perempuan di keluarga kita , hadiah penting yang menjadi benda pusaka " eyang Saka menatap dalam cucunya
" Mau dengar cerita asal usul gelang itu ? " Tanyanya kemudian , dan Dila mengangguk mantap . Eyang saka menarik nafas panjang .
" Kau tentu tahu perang Bandung Lautan Api ?" Dila mengangguk
" Ayahku adalah salah satu yang gugur saat itu , ya kakek buyut mu . Saat itu kakak perempuan ku baru berusia sepuluh tahun dan aku masih berusia empat tahun . Ibuku , aku dan kakak perempuanku tinggal di sini bersama beberapa istri pejuang lain untuk bersembunyi . Ibuku adalah perawat , dan ayahku relawan yang pemberani . Dia rela meninggalkan semua miliknya dan hidup sebagai tentara , berpisah dari istri dan keluarga . Dalam misi misinya ia berteman dengan seorang dari Surabaya . Berbeda dengan buyut mu sahabatnya menjadi tentara karna dia kehilangan pekerjaan dan tidak punya modal usaha . Namun mereka adalah sahabat yang sangat baik dan saling melindungi . Dalam gerilya sahabatnya selalu bercerita bahwa setelah semua usai ia ingin menikah , lalu hidup sebagai pebisnis dan menjadi orang kaya . Hingga beberapa hari sebelum peristiwa itu , entah apakah itu pertanda atau apapun , ayahku menyerahkan sebuah surat , dan sebuah dokumen kepadanya . Ternyata surat itu adalah wasiat ayahku pada ibuku untuk memberi ia separuh simpanannya di bank , dan juga dokumen dokumen berisi simpanan ayahku "
" apakah saat itu ada bank ? " Tanya Dila dengan polos .
" Anak bodoh..kemana saja ilmu mu bersekolah sampai kuliah ? , Tentu saja ada " eyang Saka menjitak kepala Dila .
" Lalu ...? " Tanya Dila sambil mengusap kepalanya .
" Seperti yang kau tau dalam perang itu ayahku gugur , menurutnya ayahku terluka karna melindunginya , sebelum wafat ayahku meminta sahabatnya untuk pulang kesini dan mencari istri dan anak perempuannya bahkan ia sempat memberinya hadiah sepasang gelang sebagai hadiah untuk pernikahan sahabatnya itu . Lalu sahabat ayah itu berjanji akan memberi ayahku menantu terbaik untuk menjaga putrinya " dan iapun pergi ke desa ini mencari ibu dan kakakku .
" Oh....tapi janji itu tidak terpenuhi " ucap Dila pelan , ia tahu dari cerita sang ayah bahwa kakeknya punya seorang kakak perempuan yang meninggal dunia ketika masih kecil .
" Benar..kakakku meninggal setahun setelah sahabat ayahku itu menikah , dan aku adalah anak lelaki . Saat ibu tahu isi wasiat ayah kami semua pergi ke Bandung . ibuku lalu menunaikan wasiat suaminya , memberikan sebagian asetnya pada orang itu . saat menerima pemberian ayahku dari ibuku ia menolak , namun ibuku memaksa karna itu adalah keinginan suaminya . Kami lalu kembali kesini karna ibuku merasa lebih di butuhkan di sini , sementara dia dan istrinya menetap di Bandung . tapi kami terus melakukan hubungan . bahkan aku bersahabat dengan anaknya , hingga aku dewasa . Dia datang saat aku menikah dan Memberiku gelang itu , gelang pemberian ayahku padanya sebagai hadiah pernikahan . gelang itu sebenarnya Sepasang , namun ia hanya memberiku satu . Sembari memberi hadiah itu ia kembali menceritakan peristiwa yang kakek ceritakan tadi dan berkata "berikan gelang itu kepada keturunanmu , entah itu cucumu atau anak perempuan mu , gelang ini adalah hadiahku dan janjiku yang belum terbayar pada ayahmu , kelak jika ada seorang gadis dari keluargamu memberikan gelang ini kembali pada kami dan meminta seorang suami yang terbaik menurutnya aku akan memberikannya . Tapi aku sungguh berharap lelaki itu adalah anak cucuku " eyang Saka mengakhiri ceritanya dan memandang Dila yang nampak lemas . Gadis itu tahu tujuan pembicaraan panjang mereka .
" Eyang ..ini.." suara Dila bergetar .
" Eyang tahu kamu terkejut " jawab eyang Saka santai .
" Hadiah adalah hadiah kamu berhak menolaknya " ucap eyang kemudian .
" Kau tidak perlu meminta pengantin lelaki , cukup kembalikan gelang itu pada keluarganya saat kau akan menikah dengan siapapun " lanjut eyang
" Tapi eyang juga berharap itu adalah seseorang dari keluarga itu , karna hanya mereka keluarga yang aku punya , aku berharap mereka menjadi keluarga yang sebenarnya " lanjut eyangnya lagi .Dila hanya terdiam , ia mencoba berfikir tenang .
" Lalu apakah eyang masih berhubungan dengan mereka ?" Tanya Dila yang dijawab anggukan mantap sang kakek .
"Mereka juga menghadiahi kakek pengantin untukmu " eyang saka tersenyum hangat menatapnya .
" Dila...eyang sudah tua , entah berapa lama lagi hidup eyang . jika kelak eyang tiba tiba tiada , eyang berharap lelaki yang menjadi pilihanmu adalah orang yang eyang kenal luar dan dalam . hingga tidak ada penyesalan yang eyang tinggalkan . Namun semua itu adalah pilihanmu kamu berhak untuk menolak atau menerimanya . " Itu adalah pilihanmu " keduanya terdiam sambil saling pandang .
" Pilihlah lelaki yang bisa membuat kamu bahagia hingga lupa bagaimana rasanya menangis di bawah bintang . Aku tidak ingin kau bernasib sama seperti nenek dan ibumu . Nenekmu membesarkan dua orang anak sendirian , lalu menangis sendirian saat salah satu anaknya pergi , dan aku pulang ketika ia hanya tinggal nama . Ibumu membesarkan dirimu sendiri dan ia selalu kesepian . Pada akhirnya ayahmu juga hanya pulang sebagi sebuah nama . Aku tidak ingin kau menjadi wanita menyedihkan lainnya di rumah ini . hanya bisa menangis di bawah bintang karena merindukan kasih sayang . Carilah seseorang yang selalu ada untukmu hingga akhir " eyang Saka menghampirinya lalu membelai gadis itu .
" Tapi eyang dan ayah berjuang untuk negara , ibu tidak pernah menyesalinya ,. Bahkan ia sangat bangga , Dila juga bangga pada kalian " Dila menyandarkan kepalanya di pundak eyangnya
" Eyang aku belum mau menerima benda ini , eyang simpan kembali saja " ucap Dila sambil menyerahkan benda itu pada eyangnya , namun lelaki tua itu menggeleng .
" Tugas eyang menyerahkan padamu , dan adalah hak mu untuk menerima atau mengembalikan pada pemberinya , eyang memberikan kepadamu karna tidak ingin ada hal yang mengganggu tidur malam eyang " lelaki itu tertawa
" dan tentang pengantin yang dia tawarkan eyang akan mengenalkannya padamu jika kamu sudah siap , tapi itu bukan berarti kamu harus menerima dia sebagai calon suamimu . Eyang sudah mengatakan apa yang harus eyang katakan . Sekarang tidurlah " eyang saka beranjak dari hadapan Dila lelaki tua itu mengecup keningnya lalu melangkah keluar meninggalkan kamarnya.
Untuk beberapa saat Dila masih terpaku di ranjangnya . Gadis itu membisu untuk beberapa lama .
"Argh....." Dila menjerit seraya melemparkan gelang yang dari tadi ia pegang lalu mengacak acak rambutnya .ia tidak menyangka hal ini akan menimpanya . Perjodohan ..?? . Yang benar saja ! . Dengan bingung ia menatap gelang yang tadi telah ia lemparkan ke atas kasur .
" Benda terkutuk.." serunya sambil menatap gelang antik itu penuh kesal . Benda itu adalah buah simalakama baginya . Meski mengatakan semuanya terserah pada pilihan hatinya , namun tetap saja dalam kata katanya ada terselip keinginan kakeknya untuk menerima tawaran dari keluarga itu . Tetap saja itu adalah sebuah perjodohan terselubung .Dengan langkah cepat ia keluar kamar dan melangkah menuju ke kamar eyangnya .tanpa basa basi ia buka pintu kamar itu .
" Eyang ...siapa sebenarnya orang itu..??, Eyang....? " Dila terdiam kakeknya tidak ada di kamarnya , ia lantas menuju kamar mandi mengetuknya namun tidak ada jawaban . Dila membuka kamar mandi itu lalu memeriksanya , tapi kamar mandi itu kosong . Dengan lesu ia menuju kamarnya .
" Siapa sebenarnya pemberi hadiah itu ? " Dila mencoba mengingat Detail cerita eyangnya . Matanya tak bisa terpejam . Perbincangan barusan terus mengganggunya .
" Oke baik...dia dari surabaya berarti orang Jawa , mantan tentara .., dan kini seorang pengusaha " mata Dila berputar putar mengingat rekan rekan kakeknya yang punya deskripsi tersebut .
" Apakah ayahnya kapten Akmal...Ach.. dia orang Padang , kapten Dito..., Ia orang Semarang dan kini tinggal di Semarang " Dila berusaha mengingat semua orang .
" Kakek Gunawan..., Mungkinkah dia ?! " Dila kembali mengingat perilaku kakeknya yang ia rasa memang agak istimewa pada Jordi .
" Ach....apakah dia...?!!" Mulut Dila terbuka lebar sambil membulatkan matanya . Dila melihat jam dinding sudah pukul sebelas malam , gadis itu ingin menemui sang kakek apakah ia sudah kembali ? , Dengan pelan ia meninggalkan kamarnya dan menuju kamar sang kakek , lagi lagi di dapati nya kamar itu kosong , Dila menjadi heran dan juga khawatir . Ia lalu memeriksa seluruh rumah tapi ia tidak menemukan sang kakek . Dila berjalan menuju kamar lilis dam Mak Asih .
" Lis...Mak..." Dila memanggil dengan lembut . Tidak ada Jawaban , mungkin mereka tengah tertidur dengan pulas .
Merasa tidak enak Dila berniat kembali ke kamarnya , namun sebuah bayangan di tepi kolam di halaman belakang yang ia lihat dari jendela dapur membuat ia menghentikan langkahnya . Ia berjalan perlahan , di lihatnya pintu dapur tidak terkunci dengan hati hati Dila keluar rumah dan mendekati kolam ikan yang tak begitu jauh dari teras dapur .
Dila tercekat melihat sesosok tubuh tergeletak di tepi kolam , dengan gugup ia mendekatinya .
" Eyang..!!! ," Mata Dila membelalak begitu menyadari siapa sosok yang terbaring itu .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments