..."Cinta tak dapat dilihat, namun bisa dirasakan"...
...____________________________...
...Happy Reading...
Kedai ramen hari ini sangat ramai. Banyak sekali pelanggan yang datang.Sampai-sampai mereka harus antri di depan kedai.
Ini hari yang melelahkan.
Angin malam menemani Rembulan yang bersinar terang di kolam tinta dengan pasir gemerlap menghiasinya.
Tadi sore, Tsuki akhirnya mengantarku ke kedai. Dia terlalu bersikukuh. Senyuman terpahat di bibirku.
Sebenarnya, apa makna suka yang dikatakan Tsuki?
Aku suka...kamu
Suka yang seperti apa? Dia mentafsirkan istilah suka seperti apa? Kata-kata itu terus terputar diotakku bagai kaset rusak.
.......
.......
.......
"Tsuki, ayo makan malam sayang." Ucap bunda dari balik pintu kamarku.
"Iya, bunda."
Waktunya makan malam. Ada banyak hal yang ingin aku ceritakan kepada ayah dan bunda.Sekolah baru. Teman baru. Suasana baru. Dan....gadis itu.
Gadis yang membuatku tertarik padamu saat pertama kali bertemu. Aku masih ingat betul, saat itu pertama kali aku melihatnya. Dia sedang duduk sendirian diayunan taman kota. Rambutnya yang terurai dan wajah manisnya membuatku terasa tersihir.
Aku segera turun ke bawah. Ayah dan Bunda pasti sudah menungguku.
"Selamat malam, ayah, bunda." sapaku dengan senyuman termanis yang aku punya.
"Malam, sayang. Tsuki mau makan pake yang mana, hm?" Ucap bunda dengan lembut.
"Tsuki suka semua yang bunda masak."
"Kamu harus makan yang banyak. Biar tumbuh sehat dan kuat." Ucap ayah sambil mengusap rambutku.
Aku suka suasana ini. Sangat hangat dan penuh kasih sayang. Ayah dan bunda selalu memberiku banyak cinta. Itu membuat hatiku terasa hangat.
"Gimana sekolahnya? Kamu suka gak?" Ayah membuka pembicaraan.
"Iya, Aku sangat senang sekolah disana."
"Apakah sekolahnya nyaman sampai-sampai kamu langsung suka?" tanya Bunda.
"Tsuki mendapatkan teman yang sangat manis, bunda. Dia membuatku nyaman."
Wajah Sonne seketika terlukis indah dibenak ku. Dia gadis yang manis dan ceria.
Dia selalu menebarkan aura positif kepada orang-orang disekitarnya. Itu membuatku nyaman.
"Syukurlah kalo kamu nyaman disana. Bunda khawatir kamu tidak suka." Bunda tersenyum lega.
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku suka disana. Sekolahnya nyaman sekali, tempatnya bersih--bla bla bla----
Ini menjadi perbincangan yang menyenangkan. Aku selalu suka saat makan malah bersama Ayah dan Bunda.
Aku sangat menyayangi mereka.
Aku...hanya ingin bersama mereka lebih lama lagi.
.......
.......
.......
Dear memory.
Hari yang panjang sekali lagi telah ku lalui.
Belajar dan bekerja. Aku suka keduanya. Saat dimana aku beristirahat sejenak. Keluar dari rumah yang penuh kehampaan dan kesendirian.
Aku ingin punya teman cerita.
Tempat dimana aku bisa membagi keluh kesah ku.
Bunda...aku rindu
Ku tutup buku diary merah ku. Rumah ini begitu senyap. Seperti tak ada kehidupan di dalamnya.
Hari ini memang melelahkan, tapi juga menyenangkan.
Sosok Tsuki terbayang-bayang dipikiran ku. Bukankah dia laki-laki yang unik?
Cara dia bicara membuatku terkikik geli.
Ting
Suara notifikasi dari hp ku. Siapa ya?
LINE
Tsuki🌙
/ Hai, Sonne
20.35
/ Apa kamu sudah tidur?
Aku mengganggu tidak?
20.36
^^^Enggak kok^^^
^^^Iya nih, aku belum tidur. Belum ngantuk, hehehe^^^
^^^20.36^^^
|Kamu sudah mengerjakan tugas matematika?
20.36
|Aku sudah nih. Mau lihat?
20.40
Aku ternganga. Dia mengerjakannya sendiri? Bagaimana bisa? Bahkan melihatnya saja membuat mataku sakit.
Aku rasa dia akan menjadi saingan berat ketua kelas kami yang selalu mendapat peringkat pertama.
^^^Kamu ngerjain itu sendiri?^^^
^^^Waw fantasic~^^^
^^^20.45^^^
|Iya, baru saja selesai.
20.45
|Salinlah. Cepat tidur. Ini sudah malam
20.45
|Semoga mimpi indah.
20.45
|Good night 🌕✨
...---oOo---...
Esok pagi yang cerah. Matahari menampakkan dirinya. Membagi cahaya kepada dunia. Memberi semangat untuk memulai hari yang indah.
Weekend yang indah penuh anugrah. Tapi aku tetap tak bisa bermalas-malasan. Aku harus segera membereskan rumah sebelum papa memukul ku nanti.Tidak ada pembantu disini. Hanya aku dan papa. Selama ini aku yang selalu mengerjakan pekerjaan rumah.
Memasak, mencuci, menyapu, mengepel, dll. Semua aku yang urus. Jadi aku selalu bangun pagi sekali sebelum ayah bangun.
Pagi ini aku ingin masak sayur lodeh dan ikan tambah sambal. Wah rasanya pasti sangat nikmat.
Perutku sudah keroncongan saja, hahaha
Oh ya, tentang papa,
Papa bekerja kok. Dia juga membayar uang sekolah dan berbaik hati membagi makanannya dengan ku. Lalu kenapa aku harus bekerja?
Ya karena ayah hanya membayar yang pokok saja. Seperti SPP dan membelikan seragam.
Untuk buku dan keperluan lainnya aku harus cari uang sendiri. Aku masih bersyukur papa mau menyekolahkan ku.
Prang!
Apa itu? Aku langsung menuju sumber suara. Aku melihat papa berjalan dengan terhuyung. Sepertinya papa mabuk lagi.
"Papa. Kenapa papa mabuk lagi?" Aku panik. Setiap papa pulang dalam keadaan mabuk pasti akan ada hal buruk yang terjadi padaku.
"DIAM KAMU!" Papa meninggikan intonasinya.
Papa mendekatiku dengan langkah gontai, dia mencengkeram rahangku dengan sangat kuat.
"Wajah ini...wajah yang sudah membunuh istri ku!" Papa mendorongku sampai aku terjatuh ke lantai.
"Matilah kau anak pembawa sial!"
Ayah menendang ku dengan sangat keras. Ia terus memberiku tendangan bertubi-tubi tanpa bekas kasihan.
"Papa...ampun.." ucapku lirih diantara isakan tangis. Tanganku gemetar hebat. Memori-memori kekerasan fisik terputar kembali.
"Kenapa kau harus lahir kedunia ini hah?!"
Bugh!
Papa menendang perutku sekuat tenaga lalu pergi meninggalkan ku sendiri.
Darah keluar dari mulutku akibat tendangan papa diperutku.
Sakit
Sangat sakit
Aku tak dapat bergerak. Tubuhku seperti mati rasa. Hanya tangisan yang bisa ku lakukan.
Apa salahku? Aku tidak bermaksud untuk membunuh Bunda.
Aku juga ingin hidup bersama bunda.
Pa, aku tak bermaksud mengambil bunda dari sisi papa.
Sonne, hanya ingin kasih sayang papa
.........
Cukup lama aku terduduk di sana. Meratapi nasib yang entah kapan berakhir.
Air mataku bahkan sudah mengering. Bajuku penuh dengan noda darah. Ugh menjijikan.
Bau amis darah memenuhi ruangan.
Dengan susah payah aku bangkit. Menahan rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhku.
Aku berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Menatap diriku di pantulan cermin kamar mandi.
Mengerikan
Aku segera melepas pakaianku lalu memasukkannya ke mesin cuci. Ku nyalakan shower.
Guyuran air dingin menyentuh kulit memarku. Membawa pergi darah yang ada.
Air...bisa kah kau membawa pergi juga rasa sakit ini?
Terkadang aku ingin menyerah. Tapi apalah daya.
Banyak orang diluar sana yang berjuang hanya untuk bernafas di keesokan hari.
Siapa aku yang telah diberi kehidupan namun ingin membuangnya begitu saja?
Aku tak punya untuk itu.
Aku akan berjuang...
Aku yakin, suatu hari nanti papa akan menyayangiku dengan sepenuh hati.
Aku akan melakukan apapun itu untuk mendapatkan cinta dari Papa.
"Aku pasti bisa. Aku yakin itu." Batinku menyemangati diri sendiri yang tengah terluka ini.
Setelah aku selesai bersih-bersih. Ku lihat note kecilku.
Hari ini ada jadwal part time. Aku rasa tak bisa. Tubuhku terlalu sakit untuk itu, bergerak pun susah.
Tapi rumah ini terlalu sunyi. Aku butuh mengistirahatkan otakku sejenak.
Akhirnya aku berjalan-jalan ke taman kota.
Mendudukkan diriku diayunan tunggal. Melihat anak kecil berlarian kesana-kemari. Bermain bersama orangtuanya. Sungguh nikmat hidup mereka.
Bisa bermain tanpa beban. Tak ada yang perlu dipikirkan. Tak ada tekanan berarti. Ditambah kasih sayang dari orangtuanya. Lengkap sudah kebahagiaan yang mereka dapat.
Aku duduk melamun. Pikiranku terbang ke antah-berantah.
"Kamu sedang apa disini?"
...To Be Continued...
Kalo ada typo kasih tau Dyra ya~
Semoga kalian selalu bahagia
(。◕‿◕。) ♡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Neti Jalia
aku mampir kk🤗🙏
2021-08-24
0
EroSenpai
Semangat author!
2021-08-24
0
Daysi
Raluna hadir kak jangan luoa mampir
2021-08-09
1