Pagi menjelang, sang surya nampaknya masih enggan menyapa hari, terlihat dari awan yang masih gelap pagi itu, di sertai suara gemuruh yang menandakan hari akan di guyur oleh hujan.
Sita membuka jendela, menghirup udara segar. Namun, memandang sendu langit, sebab hari ini dia akan kembali ke kontrakannya, sebelum bekerja siang nanti.
Ting ... dering ponselnya menandakan sebuah pesan masuk.
Dia berpikir mungkin itu Ameliya atau Devi, yang menanyakan dirinya. Sita masih mengabaikannya, dia masih menikmati pagi yang harusnya menyejukan batin, namun masih di rasa rancu, sebab otak yang masih memikirkan rencananya sejak semalam.
Dering ponsel yang mengalunkan lagu Baby dari Clean Bandit, membuyarkan konsentrasinya.
Dengan malas Sita mengambil ponsel yang tergeletak di nakas samping tempat tidurnya, benar dugaannya si cerewet Ameliya menghubunginya.
"Paan!" Ketusnya, meluapkan emosi pada orang yang salah.
"Buset, pagi-pagi dah ngomel aja lu! Jam berapa lu berangkat?" Tanya Ameliya, yang tau jika Sita pasti masih di rumahnya.
"Mau apa emang lu?!" Jawab Sita yang tau maksud Ameliya menelponya, pasti sahabatnya itu minta di bawakan sesuatu.
Begitulah mereka, akan bergantian jika salah satu dari mereka ada yang pulang saat libur, tak jarang mereka bertiga pulang bersama, namun jika hanya keadaan mendesak dan hanya salah satu dari mereka yang pulang, biasanya yang lain akan meminta di bawakan sesuatu.
"Bawain jaket Ta dari rumah gua, mau musim ujan kayaknya, lupa gua ngga bawa jaket."
"Hemm ...." Balas Sita lantas segera mematikan ponselnya, dan mensilence suaranya, dia tak ingin di ganggu lagi.
Sita kembali menatap keluar jendela, menatap jalan raya dari kamarnya, banyak orang berlalu lalang di jalan, hingga matanya tertuju pada seseorang yang tengah mengendarai motor usangnya.
Sita buru-buru menutup tirai jendelanya, dia lantas menuju kamar mandi untuk segera membersihkan diri.
Sari yang melihat sang putri seperti terburu-buru ke kamar mandi hanya menggeleng, sebab dia melihat jika mata sang putri sedikit bengkak, dia tau pasti Sita menangis malam tadi.
"Mak, ambilin anduk dong!" Pinta Sita sambil melongokan kepalanya di pintu kamar mandi, sebab dia sudah tak berbusana.
Sangkin kesalnya melihat Agung melintas tadi, dia sampai lupa membawa handuk ke kamar mandi.
"Dasar!" Gerutu sang ibu yang sedang mencicipi masakan langsung lewat spatulanya.
Setelah selesai membersihkan diri, Sita kembali kekamar, mempersiapkan diri, sebab selepas sarapan ia akan segera kembali ke kontrakannya.
Sarapan pagi itu terasa hening, Sari dan Andi hanya berani melirik Sita yang makan dengan diam seribu bahasa.
Mereka tak ingin mengganggu, mereka paham akan perasaan Sita saat ini.
"Ta ati-ati di jalan ya," pesan Sari sambil menepuk punggung tangan Sita.
"Ih merinding tau ngga Mak! nih liat—" ucap Sita memperlihatkan bulu halus di lengannya yang meremang.
"Berasa kaya ngga bakal ketemu lagi kita!" Lanjutnya.
"Ampun dah ini anak!" Balas sang ibu yang malah memukul lengan yang di sodorkan Sita di depannya.
"Di do'ain bae-bae, malah gitu jawabnya!"
Perdebatan kecil mereka membuat suasana ceria yang biasa tercipta saat makan kembali terjadi, bersyukur Sita masih bisa memperlihatkan senyum cerianya.
Sungguh dia tak ingin membuat sang ibu kepikiran, dia tau niat sang ibu menjodohkan dirinya dengan Agung, bukan karena harta semata. Namun, menilik dari kepribadi lelaki itu, tapi mau apa di kata, Sita belum memiliki rasa itu, terlebih seleranya cukup tinggi untuk seorang calon pendamping.
Sita membantu Sari mencuci piring, sebab sang ibu tengah merapihkan rantang yang akan di isinya lauk pauk untuk di bawa Sita kembali ke kontrakan, hanya masakan sederhana, semur ayam dan balado telor favorit anak dan teman-temannya.
Sedang asyik melakukan kegiatan mereka di belakang, terdengar suara knalpot motor berhenti di pelataran rumah mereka.
Sita tau siapa pemilik kendaraan dengan suara khas knalpot yang memekakan telinga itu.
"Assalammualaikum," ucap Agung sambil mengetuk pintu yang terbuka lebar.
Sari yang hapal suara orang yang mengucap salam lantas menyuruh Sita untuk menyambut tamu mereka.
"Agung noh Ta, temuin gih, tanggung Emak beresin nih rantang."
"Mending Emak aja deh nemuin bang Agung, biar Sita yang lanjutin," tawar Sita.
"Ck ... sono buru," decak Sari memaksa Sita.
Sita yang malas berdebat akhirnya memilih menemui tamunya. Dia tetap tersenyum meski hati merutuk di hadapan laki-laki yang hendak di jodohkan dengannya itu.
"Masuk Bang, Emak lagi di dapur bentar ya," ucap Sita seraya mempersilahkan Agung untuk duduk.
Agung memberikan rantang yang di bawanya kepada Sita, "ini dari umi."
Sita menerima rantang pemberian Agung, "makasih ya Bang, aku bawa dulu ke dapur," lantas berlalu meninggalkan Agung sendiri di ruang tamu. Dia hendak memberikan rantang yang berisi makanan itu dan membuat suguhan untuk tamunya.
Di dapur, Sita meletakan rantang yang di bawa Agung di meja yang sama dengan sang ibu yang masih sibuk mempersiapkan bawaan untuknya.
"Buset si Minah, bae bener dia pake bawain makanan segala, coba buka Ta."
Sita dengan malas membuka rantang yang sebagian terbuat dari kaca, hanya tak terlalu nampak isinya, setelah di buka ternyata isinya rendang daging, semur jengkol, dan empal paru.
Sari langung melupakan rantang yang sedang di siapkannya untuk Sita, sebab tergiur melihat isi rantang bawaan Agung.
"Buset, semur jengkol, rendang daging, empal Ta, bawa ya, buat di kontrakan," ucap Sari yang hendak menyendok dan memindahkan isinya ke rantang yang akan di bawa Sita.
"Ih Mak, rendang sama empalnya aja, jengkolnya ngga usah, aku kan kerja entar bau lah mulutku!" Sita menolak semur jengkol yang akan ibunya pindahkan itu.
Bukannya tak menyukai makanan yang memiliki ciri khas bau tak sedap itu, tapi karena tempat kerjanya yang sering berkomunikasi dengan orang mengharuskannya untuk menjaga bau napasnya.
Dengan adanya semur jengkol itu, sudah pasti dirinya dan teman-temannya yang memang sangat menyukai makanan itu akan di buat kalap dan lupa.
Sita lantas menyiapkan kopi instan untuk tamunya, dia tak bisa meracik kopi hitam, jadi lebih memilih menggunakan yang praktis, aman, tak akan membuatnya malu, sebab di pastikan rasanya pas.
Sita kembali ke ruang tamu, meletakan kopi itu di hadapan Agung.
"Makasih," balas Agung dengan senyum yang menampakan lesung pipitnya yang baru di lihat Sita, sejenak dia terpukau dengan senyuman manis itu, hingga dia mengerjapkan mata, untuk membuyarkan pikirannya yang sempat sedikit terpesona.
Dengan rona wajah malu, dia mengangguk, dia yakin kedua pipinya akan terlihat merona, untung saja dia sudah mengenakan blush on, sudah pasti rona alami itu tak akan terlihat oleh Agung.
Tak lama sang ibu menghampiri calon menantunya, "bilang makasih ya buat umi kamu, pake acara repot-repot segala."
Sari meletakan rantang yang di bawa Agung untuknya, tak lupa balik mengisi dengan makanan yang dia masak hari ini, mereka seperti bertukar isi rantang.
"Ya ampun Bu, pake di isi segala," balas Agung yang melihat jika rantang yang di bawanya tadi kembali terisi makanan, namun dengan isi yang berbeda.
"Jangan panggil Bu, panggil Emak aja."
"Nah ini kamu bawa Ta, dah sono buru, keburu ujan entar," Sari juga meletakan rantang di hadapan Sita, agar dia tak lupa membawanya.
"Dinda eh Sita mau berangkat kerja? Abang anter ya?" Tawar Agung yang akan mulai mendekati Sita.
Sita diam terkejut, sial!! umpatnya dalam hati.
.
.
.
tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
💜LAVENDER💜
Seru ceritanya nih 👍😍😘
2021-11-20
1
Yulian
et dah ngapa gini amat ya
2021-08-16
1
Bidadarinya Sajum Esbelfik
kocak dah si emak😂😂😂
2021-08-16
1