[Kau adalah misteri baru yang ingin kupecahkan. —Hope Miller]
Hope membuka matanya perlahan tatkala cahaya matahari menerpa wajahnya. Matanya menyipit saat menyesuaikan pengelihatannya dengan cahaya terang yang perlahan memenuhi kamarnya. Kepalanya menoleh ke arah kakeknya yang sedang membuka tirai kamarnya. Seseorang yang merupakan pelaku utama yang membiarkan cahaya sang surya menganggu tidur panjangnya.
“Pagi, Hope,” sapa Samuel kepada cucunya sambil tersenyum cerah.
“Pagi juga, Kek,” balas Hope sambil bangkit dari tidurnya.
Hope merengangkan tubuh di atas kasur empuknya. Ia duduk bersila sambil mengucek kedua matanya dan menghilangkan kotoran di sudut matanya yang sudah mengering. Ia menautkan jemari tangannya untuk kemudian ia tarik ke atas kepalanya. Ia memutar pinggang dan kepalanya hingga berbunyi.
“Cuacanya indah sekali,” komentar Senang, “ayo bangkitlah dari kasurmu. Kakek sudah memasakkan sup kentang paling enak di dunia.”
Samuel menarik tangan Hope agar gadis itu segera beranjak dari kasurnya. Samuel lalu mendorong punggung Hope agar segera pergi ke kamar mandi.
“Bersihkan dirimu. Kakek akan menunggumu di bawah,” pesan Samuel sebelum ia keluar dari kamar cucunya.
“Siap, Bos,” ujar Hope dengan setengah berteriak.
Samuel meletakkan semangkuk sup kentang panas di hadapan Hope. Asap mengepul dari dalam mangkuk, menyebabkan bau nikmat menyebar di udara. Hope mendekatkan wajahnya ke arah mangkuk di atas meja. Ia menghirup dalam-dalam bau sup yang menggugah seleranya tersebut. Ia mengangkat sendoknya dan mulai menyesap sesendok kuah sup buatan kakeknya tersebut.
“Hm… ini sangat lezat, Kek. Kau harus membuka restoran,” komentar Hope.
Samuel terkekeh mendengar komentar Hope yang menurutnya berlebihan. “Tidak semua orang bisa membuka restoran hanya karena bisa memasak, Hope.”
“Tapi, ini sungguh sangat lezat, Kek,” Hope memberikan dua ibu jarinya kepada kakeknya.
Hope memasukkan suapan terakhir sup dari mangkuknya. “Wah... Kakek tidak salah saat mengatakan bahwa ini merupakan sup terenak di dunia. Aku rasanya sampai ingin membagikan sup ini kepada seluruh masyarakat dunia….” Hope menghentikan kalimatnya sejenak. “Ngomong-ngomong, apakah supnya masih ada, Kek?” tanya Hope tiba-tiba.
Samuel yang sedang menikmati supnya sendiri segera menganggukkan kepalanya. “Mm-mm, apakah kau ingin menambah? Kau bisa mengambilnya sendiri di panci yang ada di atas kompor.”
Hope menggelengkan kepalanya. Senyum lebar tiba-tiba tersungging di bibirnya. “Tidak aku sudah sangat kenyang," ujar Hope sambil memegangi perutnya.
“Lalu, mengapa kau bertanya?”
Hope beranjak dari duduknya dan mencari mangkuk yang cukup besar di rak piring. “Aku akan memberikannya kepada Blue.” Hope menuangkan sup ke dalam mangkuk yang ia letakkan di atas meja pantry.
“Kupikir, kemarin kau berkata bahwa kau tidak menyukainya karena ia sangat menyebalkan,” komentar Samuel tanpa menoleh ke arah Hope karena ia sedang sibuk menghabiskan sup miliknya.
“Apa Kakek lupa? Aku juga berkata akan membalaskan perbuatannya dengan menganggunya,” ujar Hope bangga. Seolah-olah idenya merupakan ide paling brilian yang pernah ia ciptakan.
“Dia tidak ingin berinteraksi dengan siapapun, jadi aku akan menganggunya dengan membuatnya terus terlibat denganku. Hingga dia merasa benar-benar kesal dan memohon ampun padaku.” Hope menyungingkan senyum menyeringai di bibirnya.
Setelah selesai menuang sup ke dalam mangkuk, Hope segera bergegas menuju ke rumah Blue. Tidak butuh waktu lama karena ia setengah berlari. Akan tetapi, ia tetap memastikan bahwa sup di tangannya tidak tumpah biar setetes pun. Karena sup lezat ini sangat sayang jika harus terbuang sia-sia barang setetes pun.
Hope menekan bel rumah Blue dengan sangat bersemangat. Tidak seperti kemarin, hari ini Blue langsung membukkan pintu pada saat Hope menekan bel untuk ke dua kalinya. Blue nampak akan membuka mulutnya untuk berbicara. Namun, Hope lebih dulu berteriak, “Air panas!” Hope mendorong pundak Blue yang nampak terkejut dengan teriakan Hope.
Hal tersebut berhasil membuat Hope menerobos masuk ke dalam rumah Blue. Sesampainya di dalam rumah Blue, betapa terkejutnya Hope saat melihat rumah yang begitu sangat berantakkan di hadapannya. Nampak kotak makanan cepat saji baik itu pizza, spagetti, ayam dan lainnya berhambur di lantai dan meja. Botol-botol minuman juga terbengkalai di mana-mana. sampah plastik juga di buang asal. Baju-baju juga berserakkan, entah itu bersih atau tidak. Hope mengerutkan hidungnya tatkala aroma pengap menerobos masuk ke dalam indra penciumannya.
Sementara itu, Blue yang sudah tersadar dari keterpakuannya segera mendengus kesal. “Apa kau tidak tahu yang namanya sopan santun?” tanya Blue yang mulai sedikit tersulut emosi.
“Kau juga tidak tau sopan santun. Kemarin kau menendang pie pemberian kakekku begitu saja hingga tak bisa dimakan lagi. Karena kau tidak sopan, maka aku juga tidak akan sopan padamu. Jadi, kita impas,” balas Hope yang terus berjalan masuk ke dalam rumah Blue yang benar-benar terlihat seperti kapal pecah.
Blue menutup pintu rumahnya keras. Namun, itu tak menganggu Hope sedikit pun. Hope malah terus mengamati rumah Blue seolah-olah itu adalah rumah temannya yang baru saja ia kunjungi. “Apa yang kau lakukan?” seru Blue di sela-sela giginya yang bergemeletuk menahan amarah.
Hope tidak menghiraukan ucapan Blue dan malah masuk ke dalam rumah Blue semakin dalam. Ia menghindari sampah-sampah yang berserakan di lantai. “Apa kau tidak pernah membersihkan rumahmu? Dan lihatlah ini… kau hanya makan makanan cepat saji?” komentar Hope.
“Pergilah, selagi aku masih baik padamu,” ujar Blue yang masih berusaha menekan amarahnya yang siap meledak kapan pun. Menurutnya Hope sudah benar-benar tak sopan karena dengan seenaknya sendiri menerobos masuk ke dalam rumahnya. Ia sangat membenci orang yang suka berbuat seenaknya sendiri.
Hope memutar tubuhnya menghadap ke arah Blue. “Kau tidak bisa memakan makanan cepat saji setiap hari. Jika kau tidak bisa memasak maka terima saja pemberian kakekku. Dia berusaha bersikap baik kepadamu. Dan apa balasannya? Kau benar-benar tidak tau sopan kepada orang tua. Lagi pula masakan kakekku sangat lezat. Mengapa juga kau selalu menolaknya? Kudengar kakekku selalu mengantarkan makanan ke depan pintu rumahmu setiap hari, namun kau tak pernah mengambilnya. Menyentuhnya pun tidak sama sekali. Ck…ck,” Hope menggelengkan kepalanya menatap ke arah Blue dengan tatapan menghakimi.
“Setidaknya terima saja makanan kakekku. Aku berani menjamin seratus persen bahwa makanan yang ia buat sangat enak. Jika kau terus-menerus makan masakan cepat saji, maka kau akan mati muda,” omel Hope, dan Hope bersumpah bahwasannya ia melihat raut wajah Blue yang tiba-tiba menegang. Matanya yang memancarkan aura kesal kepada Hope perlahan berubah menjadi tatapan yang terlihat sedih. Seakan Hope baru saja melemparkan bom kebenaran yang membuatnya tersadar akan kenyataan.
“Lagipula, aku memang akan mati sebentar lagi. Jadi, sungguh nasihat yang kau berikan kepadaku benar-benar tidak berguna.”
Mendengar pernyataan Blue membuat Hope merapatkan bibirnya seketika. Ia tak berkomentar lagi. Matanya mengamati wajah Blue. Sorot matanya tampak kosong. Pikirannya seperti sedang berkelana entah kemana.
“Apa aku salah bicara?” batin Hope yang merasa tak enak hati. Sebenarnya apa yang terjadi dengan laki-laki di hadapannya ini? Berbeda dengan sikapnya yang kasar yang Hope lihat pertama kali, sekarang ia malah melihat sosok yang sangat rapuh. Seperti daun kering yang mudah hancur ketika kau memberikan tekanan terlalu kuat padanya.
“Blue Hawkins. Kau berhasil membuatku merasa penasaran padamu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
menarik 👍
2022-02-09
1
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
pasti mikirin Blue
2022-02-09
1
Cara Ostrander
bagusss.
nextt
2021-12-31
1