Part 4.

Suatu hari, Anton mengajak Sisil putri bungsunya berjalan-jalan. Entah apa yang sedang dia pikirkan. Dia melembutkan mukanya juga nada suaranya ketika berbicara dengan Sisil. Saat itu kakaknya Siska belum pulang dari sekolah. Dan hari itu Anton juga tidak pergi ke ladangnya seperti biasa. Maka dengan menampilkan raut wajah yang penuh penyesalan, Anton mendekati Sisil dan meminta maaf padanya. Dia juga berlutut di kaki anak perempuannya itu sambil berjanji tidak akan memukulnya lagi. Airmata Anton yang jatuh membasahi wajahnya pun, melunakkan hati anak perempuannya sehingga rela memaafkan bapaknya.

Lalu setelah suasana haru itu, Anton mengajak Sisil berjalan-jalan. Dia berkata akan menebus semua kesalahannya dengan membeli apapun yang anaknya suka. Tapi Sisil malah menjawab tak ingin apapun selain kasih sayang bapaknya yang dulu dia curahkan. Dan dia tak ingin kasih sayang itu lekang karena cibiran orang-orang. Namun Anton tetap memaksa anaknya agar mau berjalan-jalan. Dia terus membujuk anaknya sambil memohon. Hingga akhirnya Sisil menuruti keinginan bapaknya. Maka mereka pun pergi ke pasar dan membeli beberapa pakaian untuk Sisil. Dia juga membawanya menikmati makanan enak di pasar. Anton menggendong putrinya itu ke beberapa toko pakaian dan membiarkannya memilih apapun yang dia suka. Hari itu Anton benar-benar memanjakannya.

Tapi setelah itu, dia mengajak Sisil pergi ke hutan untuk berburu. Sisil yang sangat menyayangi bapaknya tak menaruh curiga sedikit pun atas perubahan sikap bapaknya yang mendadak itu. Dia tidak berpikir, 'Baru kemarin bapak memukulku, memarahiku, dan membenciku, tapi hari ini sikapnya begitu baik. Apa bapak sudah berubah?' Tak ada pertanyaan itu terlintas dibenaknya.

Sepanjang perjalanan, Anton bersenda gurau dengan Sisil sembari mencari hewan buruan. Lalu tiba-tiba Anton berhenti berjalan dan memeluk Sisil sambil menangis meminta maaf lagi. Dia berkata,

"Nak, maafkan sikap bapak selama ini. Bukan maksud bapak bersikap kasar padamu. Kamu tahu kan kalau bapak sebenarnya sangat menyayangmu?"

"Iya pak, Sisil sudah tidak marah lagi sama bapak. Sisil sangat sayang sama bapak." Balasnya yang juga menangis haru.

Namun Anton malah memanfaatkan suasana haru itu dengan menusuk punggung putrinya diam-diam seraya dia masih dalam pelukannya menangis. Hingga akhirnya putrinya menghembuskan nafas terakhirnya dalam pelukannya.

Tapi tak puas sampai disitu, Anton juga memutilasi anak perempuannya. Entah apa yang terlintas dan merasuki pikirannya sehingga dia tega mengkhianati ketulusan putrinya. Permohonan maaf yang dia ucapkan beberapa saat yang lalu sambil berurai airmata, menjadi tidak berarti. Airmata itu seolah menjadi pertanda untuk mengantarkan anaknya ke peristirahatannya selamanya.

Saat memotong-motong bagian tubuh Sisil, Anton teringat pada setiap perkataan buruk, hinaan, ejekan, dan sindiran yang keluar dari mulut setiap orang-orang di desa. Maka kebenciannya semakin bertambah. Dia juga teringat akan kematian Nia, istrinya yang begitu cepat. Dia berkata dengan geram,

"Kau! Kaulah yang bersalah atas semua ini! Kau yang sudah membunuh Nia istriku! Aku tidak akan mengampunimu! Aku tidak akan mengampunimu!"

Kalimat itu terus-menerus keluar dari bibirnya seraya dia memotong-motong setiap bagian tubuh Sisil sampai menjadi bagian yang terkecil.

Tak puas sampai disitu, Anton juga memasukkan seluruh potongan-potongan tubuh Sisil ke dalam sebuah lesung batu besar di hutan. Dia menumbuk-numbuk potongan tubuh putrinya itu di lesung batu itu sampai menjadi halus layaknya daging giling.

Percikan-percikan darah pun menghujani wajah Anton dan bajunya seraya dia terus menumbuk potongan tubuh itu. Dan lesung itu pun dipenuhi dengan darah Sisil dan daging yang sudah hancur terkoyak-koyak oleh tajam dan kerasnya batu. Bercak darah Sisil yang seperti keringat di wajah bapaknya turun membasahi bajunya.

Kemudian dia mengambil daging yang sudah hancur itu dan menaruhnya di selembar daun yang cukup lebar. Tapi agar daging itu tak berbau, Anton mencari beberapa rempah-rempah di tengah hutan. Kemudian dia mencampurkannya pada daging yang sudah halus itu dan membawanya pulang.

Tapi untuk menghilangkan jejak kejahatannya, Anton membunuh seekor rusa. Lalu melumuri lesung itu dengan darah rusa. Sehingga darah Sisil sekarang sudah bercampur dengan darah rusa.

Lalu sesampainya ia di rumah pada pagi-pagi buta, Anton segera mengolah daging itu. Merebusnya dan membumbuinya. Anton sengaja kembali dari hutan pada pagi-pagi buta, agar tak ada yang melihatnya dan bertanya padanya tentang Sisil. Yaitu, kenapa dia hanya pulang seorang diri tanpa Sisil? Maka pagi itu dia langsung mengolah daging itu hingga menjadi masakan yang sangat lezat dan menggugah selera siapa pun yang melihatnya.

Belakangan Siska putri sulungnya pun terbangun karena bau harum yang berasal dari dapur. Kemudian dia bergegas menghampiri Anton bapaknya yang tengah sibuk merapikan dan menyajikan hidangan di meja makan. Dia juga bertanya kepada bapaknya tentang kepergiannya yang tiba-tiba dan baru muncul di pagi hari. Juga tentang adiknya Sisil. Namun bapaknya memberikan jawaban yang licik agar Siska tidak curiga. Dia berkata bahwa kemarin dia pergi ke rumah bibinya dan mengantarkan Sisil kesana.

Lalu tanpa merasa bersalah dan menyesal, Anton menawarkan daging yang telah dia masak itu kepada Siska. Dia berkata,

"Coba lihat nak! Mmm.... dari aromanya saja, makanan ini sudah pasti enak. bapak masak ini khusus untuk anak bapak yang cantik." Ungkapnya sambil tersenyum manis.

Maka Siska pun segera mencicipi makanan yang telah terhidang di depannya itu lalu melahapnya. Sembari makan, dia berkata memuji bapaknya,

"Wah, ini enak sekali. Aku belum pernah makan yang seperti ini pak. Seandainya Sisil ada di sini, pasti dia juga akan makan dengan lahap. Iya kan pak?"

"Iya. Tapi di rumah bibinya dia juga bisa makan enak kan? Sekarang, nikmati saja makananmu. Setelah itu siap-siap mandi dan berangkat ke sekolah."

"Baiklah pak."

Dan kerena olahan daging itu cukup banyak, Anton juga tanpa rasa bersalah membagi-bagikannya pada tetangganya. Tetangga yang telah membuatnya menjadi pembunuh. Lalu salah seorang tetangganya berkata,

"Wah, ada acara apa ini Ton? Tumben kamu bagi-bagikan makanan."

"Ah, bukan acara apa-apa. Aku hanya bahagia saja karena telah mendapatkan pekerjaan bagus di kota." Balasnya sambil tersenyum.

"Oh, begitu yah? Selamat yah!" Balas tetangganya sambil masuk ke dalam rumah membawa makanan yang diberikan Anton.

Kemudian usai membagi-bagikannya, Anton pulang dan menyusun rencana lain.

Terpopuler

Comments

gaby

gaby

Walau Anton kejam, entah knp aq malah ksian sm dia. Dia korban dr racun omongan tetangga. Anton yg bodoh harusnya membunuh org yg menyebar fitnah, bukan malah sebaliknya. Tp gpp sih kalo Sisil mati, drpd hdp pun dlm tekanan warga sekampung. Seenggaknya setelah dia meninggal, dia akan masuk surga. Drpd hdp di dunia serasa neraka.

2023-08-11

1

anggita

anggita

bapake canibal.. anton💥

2022-11-27

1

Yuli Eka Puji R

Yuli Eka Puji R

astaghfirullah... eneg aq bacanya othor, kasihan tu bocah

2021-11-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!