Part 3.

Anton memasak makanan kesukaan anak perempuannya dan menyuapinya sebagai pengganti ibunya. Seraya dia memasukkan suapan demi suapan ke mulut anak perempuannya itu, airmatanya perlahan keluar lagi karena memikirkan tanggung jawab besar yang kini dia hadapi. Dia harus memainkan dua peran sekaligus, sebagai seorang ayah dan ibu agar kedua anak perempuannya tidak kekurangan cinta meski hanya memiliki orangtua tunggal. Dia juga sedih karena memikirkan apakah dia bisa sanggup dan terampil mengurus seorang bayi yang masih membutuhkan air susu ibunya untuk bertahan hidup atau tidak?

Selama dia menangis, anak perempuannya itu hanya diam saja melihatnya. Sampai belakangan dia pun ikut menangis.

**********

Hari demi hari Anton lalui dengan penuh kerja keras untuk kedua anak perempuannya. Terkadang dia menggendong anaknya yang masih kecil itu di punggungnya sambil membajak sawahnya. Ketika anak itu sangat rewel, dia akan berhenti bekerja dan menimang-nimang anaknya sampai tidur. Dia hanya bisa fokus bekerja saat anak perempuannya yang sulung pulang dari sekolah.

Sepulang sekolah dia akan menemui bapaknya di sawah untuk menjaga adiknya. Mereka akan duduk bermain di benteng sawah, di dalam gubuk kecil yang dibuat bapaknya.

Anton sangat memanjakan kedua putrinya. Dia berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan mereka. Anak-anaknya terlihat bahagia dan tidak pernah mengeluh tentang cinta seorang ibu. Dia melihat kedua anak perempuannya bertumbuh dengan baik.

Selama masa-masa sulit di awal itu, beberapa orang yang prihatin kepadanya mencoba mencarikannya seorang perempuan untuk menemaninya mengurus rumah tangganya menggantikan istrinya. Tapi dia selalu menolaknya karena mengingat janjinya kepada ayah mertuanya akan terus mencintai Nia istrinya selamanya. Hingga kedua anak perempuannya bertumbuh besar, Anton bisa menahan masa-masa kesepiannya dan menepis semua kerinduannya yang tak bisa lagi terlampiaskan dan tersalurkan pada tubuh istri tercintanya.

Para warga di desanya pun bisa melihat ketekunan Anton mengurus dan membesarkan kedua anaknya. Mereka bisa melihat bahwa keluarga itu bisa bahagia meski tidak lengkap. Tapi kebahagian itu tidak berlangsung lama.

Sampai suatu ketika awal kehancuran pun dimulai. Yang bermula saat salah seorang tetangga Anton memendam perasaan cemburu dan iri melihat kebahagiaannya dengan kedua putrinya. Dia tidak tahan melihat Anton bisa bahagia tanpa seorang pendamping di sisinya. Tetangganya itu adalah seorang wanita yang pernah ditolak cintanya oleh Anton. Maka dia mulai mengungkit-ungkit masa lalu mereka dan mengarang cerita bohong sehubungan dengan kematian Nia istri Anton. Dia juga menyebar cerita bohong itu kepada seluruh warga desa, bahwa Nia mati karena kutukan, dan Sisil putri bungsunya terlahir cacat akibat dari kutukan juga.

Awalnya warga desa tidak menghiraukan omongan itu karena mereka bisa melihat sendiri kelakuan Anton yang baik.

Tapi wanita itu tidak menyerah dan terus mengarang bukti palsu untuk memperkuat tuduhannya.

Hari demi hari dia selalu mengatakan hal buruk tentang Anton kepada setiap warga yang dia temui dan kepada setiap orang yang datang ke rumahnya. Dia menyebar gosip dan fitnah, seperti dia menebar bulu ke udara.

Belakangan seluruh warga desa akhirnya percaya dengan cerita bohong itu. Sehingga satu persatu di antara mereka mulai mengejek, menghina, dan menyindir Anton hari demi hari. Mereka juga memperlakukan Anton dan kedua anak perempuannya seperti orang yang terkutuk dan harus dijauhi dan dikucilkan. Meski Anton berupaya menepis semua fitnah itu, dan bersikap tegar, tapi orang-orang sudah terlanjur percaya dan sulit diubah pemikirannya.

Sampai suatu ketika dia tidak tahan lagi menanggung beban beratnya karena begitu tertekan dengan semua perbuatan warga desa yang semakin menjadi-jadi. Sehingga dia mulai berpikiran buruk kepada Sisil putri bungsunya yang cacat itu. Hatinya mulai membencinya dan bersikap kasar padanya. Dia juga menyalahkan Sisil atas kematian istrinya Nia. Hari demi hari kebencian Anton semakin bertambah seiring dengan tekanan emosi yang dihadapinya setiap hari. Sindiran tajam yang setiap hari dia dengar, membuatnya melampiaskan kekesalannya pada Sisil, anaknya yang tidak bersalah sama sekali. Sewaktu anak perempuannya itu mendapat pukulan dari tangan bapaknya yang dulu begitu memanjakannya, dia menangis merintih di hadapan bapaknya dan berkata,

"Kenapa bapak selalu menyalahkanku atas kematian ibu? Apa aku yang menyebabkannya? Apa aku senang dilahirkan cacat seperti ini pak? Apa aku juga senang tidak memiliki ibu? Aku juga ingin seperti anak-anak lainnya yang dapat berlarian dengan bebas kesana kemari. Tapi aku, aku sangat menyedihkan. Aku bahkan tidak kenal ibuku. Tapi bapak menggantikan posisi ibu sehingga aku tidak pernah sedih karena tidak punya ibu. Tapi sekarang, bapak terus menyalahkanku."

Namun jauh di lubuk hatinya, dia justru sangat menyesal dengan semua tindakannya itu. Kata-kata yang dia dengar dari anak perempuannya adalah benar. Terlahir dengan fisik yang cacat bukanlah hal yang mudah untuk dihadapi. Tapi putrinya sangat tegar menjalani setiap keterbatasannya. Maka Anton biasanya akan menangis getir di kamarnya usai memukuli Sisil anaknya. Sedangkan Siska berupaya melindungi adiknya namun tidak mampu karena tangan bapaknya yang kuat mendorongnya hingga terjatuh dan tersungkur di lantai.

Namun meski Anton menyesal atas perbuatannya, namun tekadnya mudah goyah setiap kali dia mendengar tetangganya mencibirnya. Bahkan waktu itu dia juga pernah melihat anak perempuannya yang sulung, Siska diperlakukan dengan tidak adil oleh teman-teman sekolahnya. Dia diolok-olok dengan sesuka hati hingga kesabaran Anton habis dan memukul anak-anak yang mengolok-olok putrinya. Akibatnya orang-orang di desa semakin membencinya bahkan nyaris mengusirnya dari tanahnya sendiri.

Anton kini sudah tidak peduli lagi dengan Sisil. Entah dia sudah makan atau belum. Dia tak pernah peduli.

Beruntung Sisil punya kakak perempuan yang baik, yang bisa memberikan cinta dan perhatian sebagai ganti bapaknya. Dia setia merawat dan memberi adiknya makan hari demi hari.

Berulangkali Siska memohon pada bapaknya agar mengubah sikapnya terhadap Sisil, tapi selalu ditentang.

**********

Terpopuler

Comments

gaby

gaby

Kt ga bisa cm nyalahin Anton doang, tp warga desa yg paling salah dsini. Anton cm seorang ayah yg bodoh & putus asa. Siapapun kalo ada di posisi Anton pasti akan ke makan omongan warga. Dtinggal istri & harus merawat 2putrinya sendiri. Apalg kematian istrinya karena melahirkan, makin gampang kesulut emosi walau cm di beri sdikit percikan fitnah.

2023-08-11

1

anggita

anggita

fitnah.. krena iri dan pernah ditolak cintanya🥴😱

2022-11-27

1

Saukiyah Naila

Saukiyah Naila

kasian anak jadi korbanfitnah penduduk desa

2021-10-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!