Beberapa hari setelah pemakaman itu, hari-hari mulai tampak berjalan normal seperti biasanya. Tidak ada lagi orang yang berduka ataupun membahas kematian Nia yang menyedihkan itu. Warga desa mulai sibuk bekerja di ladang mereka masing-masing. Dan sebagian lagi berdagang di pasar tradisional.
Tapi tidak dengan Anton. Dia masih belum bisa melepaskan kepergian istrinya. Cinta pertamanya yang dia dapatkan dengan penuh pengorbanan dan penantian panjang. Bagaimana tidak? Dia harus menunggu selama lebih dari sepuluh tahun untuk bisa menikahi Nia. Dia harus menunggu sampai dia lulus SMA. Dan orangtua Nia pun tak semudah itu memberikan Nia pada Anton. Mengingat dia masih sangat muda. Tapi karena Anton bersungguh-sungguh mencintainya dan telah membuktikan cintanya, dengan rela menjadi pesuruh selama ayah Nia hidup, maka ayahnya memberikan putrinya untuk dia nikahi.
Selama Anton menjadi pesuruh di rumah orangtua Nia, ayah Nia bisa melihat sendiri apakah Anton orang yang bertanggung jawab atau tidak atas pekerjaannya. Dan Anton melakukan semua yang ayah Nia suruh dengan rela. Anton bukanlah orang yang berasal dari keluarga miskin. Dia juga memiliki tanah yang bidang. Tapi karena cintanya yang besar, dia mau menerima posisi rendah itu, menjadi pesuruh sampai cintanya mendapat restu.
Seharian itu, hanya dia lewatkan dengan sibuk merenungi masa-masa indahnya bersama Nia. Sudah seharian dia mengurung diri di kamarnya meratapi nasibnya yang malang. Bayi kecilnya yang menangis sejak tadi pun tak dihiraukannya lagi. Karena dukanya yang dalam, telinganya seperti tertutup selaput tebal sehingga tidak mendengar tangisan bayinya yang kehausan. Apa yang bisa dilakukan anak perempuan sulungnya Siska? Anak yang masih berusia delapan tahun itu hanya bisa bernyanyi, dan membuat bayi itu tertawa agar dia berhenti menangis. Tapi bayi mungil itu tidak membutuhkan itu semua selain air susu ibunya yang kini tak bisa dia dapatkan lagi.
Maka karena melihat semua upayanya sia-sia, gadis kecil itu pun pergi menemui bapaknya di kamarnya. Berharap mendapatkan solusi. Tapi yang terjadi dia malah semakin bingung dengan situasi sulit yang dia lihat. Dia melihat bapaknya duduk menangis di sisi tempat tidur sambil melihat foto-foto masa lalunya bersama ibunya. Sesekali bapaknya berteriak sambil menjambak rambutnya sendiri meluapkan kekesalan dan kesedihannya. Dia semakin bingung, karena di hadapannya ayahnya begitu depresi. Dan saat dia menoleh ke luar, dia melihat adik kecilnya masih terus menangis.
Maka karena tak tahu apa yang harus dilakukan lagi, dia pun ikut menangis. Dia duduk dan bersandar di daun pintu sambil terus menangis.
Tiba-tiba ada seorang perempuan yang lewat dari depan rumahnya dan mendengar suara tangisan itu. Perempuan itu tampak baru pulang dari pasar karena dia membawa keranjang berisi sayuran dan jenis makanan lainnya. Mendengar suara ribut itu, dia berhenti dan singgah ke rumah itu. Dia mengetuk-ngetuk pintu rumah itu tapi tidak ada yang mendengar. Akhirnya dia memutuskan masuk dan melihat bayi itu sedang menangis gemetar. Cepat-cepat dia berjalan menuju bayi itu dan langsung menggendongnya. Mengusap-usap kepalanya sambil terus mengatakan, "Cup...cup... diam yah sayang. Jangan nangis terus." Tapi tetap saja anak itu tidak berhenti menangis.
Belakangan perempuan itu merasa iba lalu membuka kancing bajunya dan memberinya susu. Meski dia melakukannya dengan berat hati karena khawatir sewaktu-waktu bapak anak itu akan melihatnya.
Sembari menyusui dia berkata sambil mengelus-elus lembut kepala bayi itu,
"Kasihan sekali kau nak. Kau ditinggalkan ibumu sekecil ini. Kau tidak sempat minum air susu ibumu."
Menyadari adiknya berhenti menangis, gadis kecil itu pun beranjak untuk melihat apa yang terjadi. Dia terkejut. 'Bagaimana bisa ada wanita yang masuk ke rumahnya dan memberikan air susu untuk adiknya?' Ujarnya dalam hati.
Dia melihat wanita itu memperlakukan adiknya dengan penuh kasih sayang. Tapi dia tidak bisa melihat rupa wanita itu karena wanita itu membelakanginya. Sehingga yang bisa dia lihat hanyalah bagian punggung wanita itu. Dan setelah adiknya tertidur, wanita itu membaringkannya dan menyelimutinya. Lalu sekali lagi wanita itu mengusap-usap lembut kepala bayi itu sebelum dia pergi. Namun gadis itu tidak berani mendekat padanya untuk mengucapkan terima kasih dan untuk mengetahui siapa wanita yang sudah berbaik hati itu, yang telah membuat adiknya tertidur.
Setelah wanita itu pergi dan menutup pintu, gadis kecil itu berjalan menuju bayi itu. Dia duduk di dekatnya sambil berbicara pelan,
"Berarti kalau adikku menangis, dia haus dan butuh minum. Tapi aku tidak punya susu. Aku pun tidak tahu siapa perempuan itu. Aku tidak bisa melihat wajahnya."
Karena masih penasaran, dia beranjak dan melihat dari jendela untuk mengetahui siapa wanita itu. Tapi wanita itu sudah tidak ada.
"Dia pergi cepat sekali." Ujarnya pelan.
Sementara adiknya tidur, gadis kecil itu pergi ke dapur untuk mencari makanan. Karena sejak dia bangun pagi, sampai matahari naik di puncaknya, belum ada sedikit pun makanan yang menyentuh mulutnya dan masuk ke lambungnya. Dia sangat lapar sehingga perutnya mengeluarkan bunyi yang nyaring. Dia mencari-cari ke berbagai tempat penyimpanan makanan namun tak menemukan apapun selain sepotong roti yang masih terbungkus, sisa yang dibawa oleh orang-orang yang datang menghibur ke rumahnya. Dia memakan lahap roti itu dan meneguk segelas air. Lalu suara sendawa yang keras pun keluar dari mulutnya karena dia telah kenyang.
Kemudian dia kembali ke kamar bapaknya untuk melihat apakah bapaknya masih bersedih atau tidak. Tapi sesampainya di sana, suasana yang dilihatnya masih tetap sama seperti beberapa saat yang lalu. Tidak ada perubahan.
Tak ingin situasi itu terus larut, dia memberanikan diri mendekati ayahnya yang sedang berduka dan mencoba menghiburnya dengan kata-kata yang sederhana.
"Bapak jangan sedih lagi. Kami sangat menderita karena bapak sedih."
Tangan kecilnya menggenggam pergelangan tangan bapaknya sambil berkata lagi, "Bapak jangan sedih lagi."
Namun usahanya itu tidak sia-sia. Anton menatap haru wajah anak perempuannya dan mencoba tersenyum sekalipun sangat berat. Mencoba tegar, dia mulai bangkit dan menggendong anaknya sambil berbicara dengan tersenyum,
"Bapak tidak akan sedih lagi. Lihat! Bapak sudah hapus airmata bapak. Karena itu, ayo kita makan. Bapak akan masak makanan enak untukmu."
"Sungguh pak? Siska sangat lapar. Roti yang tadi saya makan tidak cukup untuk membuat saya kenyang."
"Apa? Roti? Dimana?"
"Roti yang dibawa oleh ibu-ibu yang datang dua hari yang lalu."
"Astaga nak.
Maafkan bapak karena tidak memperhatikan kalian. Roti itu mungkin sudah berjamur. Kenapa masih kau makan nak?"
"Aku tidak tahu pak. Tapi aku sangat lapar. Jadi aku memakannya."
"Ya sudahlah. Di mana adikmu?"
"Dia sedang tidur. Tadi ada perempuan yang datang kemari dan memberi adik minum. Dia juga membuatnya tidur. Tapi aku tidak tahu siapa dia pak. Ketika aku ingin melihatnya dari jendela, dia sudah tidak ada."
"Ya sudahlah, lupakan saja. Sekarang ayo kita ke dapur."
Anton pun mencoba bangkit dari keterpurukannya, menegakkan bahunya sambil menghela nafas panjang dan berdiri dengan tegap. Dia mencoba bersemangat agar anak perempuannya juga bersemangat dan tidak sedih lagi. Dia juga melihat bayinya itu dan berkata,
"Nak, meski kau terlahir seperti ini, tapi aku bapakmu akan selalu membuatmu menjadi anak perempuan yang paling bahagia. Kau dan kakakmu Siska, adalah anak kesayangan bapak. Bapak sangat menyayangi kalian berdua. Bapak akan sekaligus jadi seorang ibu untuk kalian berdua."
Setelah itu dia meninggalkan bayi itu tidur di tempat pembaringannya yang nyaman dan pergi ke dapur bersama Siska untuk memasak.
Dia menyuruh anaknya duduk dan memperhatikannya memasak, agar kelak dia juga terampil melakukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Jeje
wahhhhh aku sedih lagi..... kok ada wanita yg tiba tiba datang kasih asi ke bayi itu. walau anak itu lahir cacat. dia tetap anugerah. Setiap anak punya cara dan ceritanya rahasia lahir, hidup dan matinya. 😭😭😭😭😭😭😭
2021-10-10
2
Kurniah Santoso
lanjut lagi
2021-09-16
2