"Iya kakak tahu bagaimana kamu berjuang membuat Fio mencintaimu" kata Raka.
"Berarti dulu mami dan papi ga punya rasa apa-apa dong?" Tanya Deni.
"Mungkin bisa dibilang ga punya perasaan apa-apa, tapi sebenarnya saat sebelum kami dikenalin itu papi sudah mulai memperhatikan mami. Dimana saat itu ada sahabat papi yang berusaha mendekati mami" kata Aldo ke Deni mengenang masa dulu. Deni mendengarkan cerita papinya sambil menganggukkan kepalanya.
"Rencana Irfan juga mau kami jodohin sama anak temanku Al, dia juga teman Iliyas. Tapi kalian jangan cerita dulu sama Irfan. Tahu sendiri kan kalian seperti apa sifat kerasnya Irfan" kata Raka.
"Nanti akan aku coba ngobrol ke Fio deh kak untuk saran kakak. Atau bagaimana jika nanti malam aja kita makan malam bersama?" Ajak Aldo.
"Papi serius mau jodohin Deni sama anak teman om Raka?" Tanya Deni.
"Kalau papi memang tidak memaksamu bang, cuma mungkin kalian memang perlu berkenalan dulu aja sekiranya cocok ya dilanjut" kata Aldo.
"Kalau tidak cocok bagaimana pi?" Tanya Deni menawar pembicaraan papinya.
"Kalau ga cocok ya nanti dicari solusinya bersama okey" kata Aldo tegas sambil menepuk pundak anak sulungnya.
Deni diam saja melihat jawaban tegas dari papinya sudah tidak akan bisa untuk dibantah lagi.
Selesai makan siang, mereka kembali ke kantornya masing-masing. Aldo pergi ke rumah mama Rita mengingat istrinya tadi pagi minta ijinnya untuk menengok mama tercinta.
💐 Rumah Sakit
Sedangkan Raka bersama Deni kembali ke kantor.
"Kamu ga perlu kawatir Den dengan anaknya om Iliyas, anaknya cantik, baik juga penurut dan pandai beladiri seperti mamanya" kata Raka.
"Om kenal juga dengan istrinya om Iliyas?" Tanya Deni.
"Iya kenal, lebih-lebih mami dan papimu sangat kenal baik. Karena tante Erna itu sahabat dan orang kepercayaan mami dan papi dulu waktu kuliah" kata Raka.
"Terus yang di bilang om masa lalu mami dan om Iliyas?" Tanya Deni.
"Dulu saat mereka masih remaja, mamimu pernah suka dengan om Iliyas, dan ternyata om Iliyas juga pernah menaruh hati sama mami di waktu yang berbeda. Saat om Iliyas mau menyatakan perasaannya ke mami, ternyata mami sudah menikah dengan papi. Itu yang membuat papi jadi membatasi pertemuan mami dengan om Iliyas" cerita Raka.
"Lucu juga ya hubungan mereka di masa lalu" kata Deni terkekeh sendiri membayangkan papinya dibakar api cemburu. Mengingat beberapa tahun lalu saat mereka sedang jalan di mall bertemu dengan Dio dan saat Fio sedang menyambut uluran tangan Dio untuk bersalaman langsung dengan segera di tariknya tangan Fio oleh Aldo.
"Papi...papi.... ternyata cemburuannya tingkat dewa" kata Deni terbahak. Raka pun juga ikut tertawa lebar.
"Terus nanti bagaimana ya kalau mami dan papi bertemu om Iliyas?" Tanya Deni masih dengan tertawa.
"Ya sekarang sih sudah ga masalah. Cuma om Iliyas masih suka menggoda mami membuat papi cemburu. Misalkan duduk disebelah mami aja bisa buat papimu naik darah" kata Raka tertawa.
"Tok tok tok"
"Iya masuk" kata Raka.
"Maaf dok, ada pasien yang mau konsultasi dengan dokter Raka" kata perawat.
Raka langsung melihat ke jam didinding yang menunjukkan bahwa waktunya Raka dinas hingga jam 5 sore.
"Okey, saya segera kesana" jawab Raka.
"Sampai disini dulu ya Den, om harus kembali bertugas" kata Raka sambil menepuk bahu keponakannya.
"Iya om terima kasih untuk semua ceritanya" kata Deni kemudian melangkah keluar dari ruangan Raka dan kembali ke ruangannya.
Deni jadi memikirkan apa yang tadi diucapkan Raka dan papinya.
"Apakah harus ada perjodohan, kenapa jaman sekarang justru makin marak sih perjodohan itu. Ya kalau itu akan jadi lebih baik, kalau ternyata sebaliknya bagaimana." Pikiran Deni.
"Memang mami dan papi beruntung sekali, dengan perjodohannya membuat mereka bahagia. Semoga aku nantinya juga begitu kedepannya sama seperti kalian" gumam Deni di dalam ruang kerjanya.
Deni jadi teringat adiknya si kembar Arya yang sering menghadiri pertemuan cafe dengan Iliyas dan Leo. Bahkan kadang anaknya Iliyas pun ikut hadir membahas cafe ke depannya.
"Ah siapa tahu Arya kenal dia, apakah dia orang yang benar baik seperti yang dikatakan om Raka atau sebaliknya" gumam Deni.
Sorenya Deni pulang ke rumah, dia tidak ikut menghadiri pertemuan kedua orang tuanya dengan om nya.
💐 Kediaman Aldo
Deni sampai di rumah langsung masuk menuju kamarnya untuk segera mengguyur badannya yang lengket akan keringat dan debu.
"Pi nanti kita hanya berdua saja atau sama anak-anak sih ketemuannya dengan kak Raka?" Tanya Fio.
"Kita berdua saja sayang, ga perlu bawa anak-anak" kata Aldo dengan duduk di sofa kamar untuk menunggu istrinya selesai berdandan.
"Ceklek" Aldo membuka pintu kamarnya, Fio dan Aldo keluar dari kamar bertemu dengan anak kembarnya.
"Loh mami dan papi mau kemana?" Tanya Arini.
"Mau ketemuan sama om Raka" jawab Fio.
"Urusan kerjaan ya mi?" Tanya Arini.
"Entahlah, mami juga ga tahu tuh. Tanya papi saja deh yang janjian sama om Raka" jawab Fio.
"Papi..." teriak Arini melihat papinya sedang menuruni anak tangga.
"Iya kenapa Arini?" Sahut papi Aldo.
"Arini boleh ikut ga pi?" Tanya Arini.
"Untuk saat ini tidak dulu nak, nanti saja ya pertemuan yang akan datang baru papi akan ajak kalian semua" kata Aldo.
Deni yang duduk di sofa ruang keluarga melihat papinya turun membuatnya bertanya.
"Papi beneran berangkat sekarang?" Tanya Deni.
"Iya dong kan tadi juga sudah buat janji sama om Raka" jawab Aldo kemudian duduk di sebelah anaknya.
"Kamu ga perlu kawatir, semua tinggal dijalani. Itu pengalaman papi dulu. Semua pasti membutuhkan perjuangan." Kata Aldo.
"Semoga saja pih" kata Deni dengan agak berat.
"Apanya yang semoga saja?" Tanya Fio yang baru sampai di tempat duduk suami dan anaknya.
"Mami sudah selesai ya, yuk kita berangkat biar kak Raka tidak menunggu kita kelamaan" ajak Aldo yang bukannya menjawab pertanyaan istrinya.
Setelah kedua orang tuanya pergi, Deni dan Arini duduk di sofa ruang tamu sambil menunggu Arya turun untuk makan malam bersama. Arya menuruni anak tangga melihat abang dan adiknya duduk disofa heran.
"Ngapain abang dan adek duduk disitu?" Tanya Arya.
"Kami nungguin abang tahu, lama banget sih. Ayo bang kita makan deh, Arini udah lapar" ajak Arini si bungsu.
"Hehehe nunggu Arya ya, maaf deh tadi Arya sempat ketiduran" kata Arya.
"Sudah ayo kita makan dulu terus nanti kita duduk santai aja di ruang keluarga ada ingin abang tanya ke Arya." Kata Deni membuat Arya bingung memperkirakan apa kesalahannya hingga abangnya mau bicara tanpa ada orang tuanya dan terlihat serius.
""""
Untuk mengetahui kisah sebelumnya bisa membaca "AWAL EKSKUL"
Terima kasih sudah membaca
Jangan lupa tinggalkan Like, Koment, Hadiah dan Vote
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments