Gini gini seorang Reva Aulia juga punya hobi loh. Dia ini senang sekali sama olahraga bulutangkis. Setiap hari Selasa dan Kamis ketika jam kerjanya off, dia akan pergi ke lapangan bulutangkis dan bermain bersama dengan teman-temannya. Salah satunya si mahasiswa sok ngartis dari Jurusan Seni Musik, Haikal Surya yang kebetulan adalah sepupunya juga. Papanya Haikal ini kakaknya mama jadi Rere akrab sama dia. Dulu waktu kecilnya Rere juga sempat tinggal bersama keluarga Haikal.
Selain ada Haikal biasanya kakaknya bocah tengil itu juga suka bergabung walau jadi anak bawang. Namanya kak Mika, baru nikah bulan lalu dan lagi asik-asiknya jadi pengantin baru. Kalau Rere sudah sama dua kakak beradik ini Jevan tidak akan tanya-tanya lagi. Dia akan tetap tenang walau Rere tidak memberinya kabar selama seharian penuh.
Siapa juga yang berani ganggu Rere kalau dia sudah sama Haikal Surya yang seremnya 11-12 sama polisi yang suka jaga malam di bundaran kampus sebelah. Nggak sih, Haikal nggak gitu dia hanya terkesan menakutkan karena predikatnya sebagai Penegak Kedisiplinan paling galak selama 2 tahun berturut-turut. Ya wajar kalau banyak yang takut sama tampang dia. Padahal aslinya dia ini seperti bayi beruang. Dengan pipi gembul dan muka bulat ditambah kelakuan seperti anak kecil yang suka sewot sama orang lewat sukses membuat Rere gemas nyerempet sebel sama Haikal yang isengnya 24/7 hari.
Sore ini selepas mandi keringat Haikal mengajak Rere buat makan. Tadi di game terakhir mereka sempat bertaruh, yang kalah harus traktir mie gacoan. Haikal awalnya percaya diri, tapi karena kekuatan emosi cewek akhirnya dia kalah telak di menit-menit terakhir. Ya jelas lah kalah, Rere tidak memberinya peluang sedikitpun si gledek -begitu Haikal suka menggoda Rere- kasih smash terus.
"Kamu tuh kenapa lagi sih?" tanya Haikal bersamaan dengan datangnya es teh pesanan mereka.
"Ha? Siapa? Aku?"
"Bukan. Noh mas parkir di depan. Ya kamu lah."
"Ya bete aku orang udah janji kok main batalin aja."
"Masalah Jevan lagi?"
"Ya siapa lagi? Pacarku cuma satu itu. Tau nggak dia janji mau jemput jam 1 tapi aku nunggu udah sejam lebih nggak ada orangnya nongol. Asik pacaran dia sama ceweknya."
"Tau nih kenapa. Viona lagi kan? Putus aja sih kalian, kali aja si Viona itu diem. Aku nggak suka sama tuh cewek soalnya kalo urusannya karena dia nih, cewek hujan gerimis satu ini bisa berubah jadi gledek. Ngeri," kata Haikal sambil meminggirkan gelas es teh pertamanya yang sudah habis tak bersisa.
"Dih nggak mau. Enak aja, udah mau tunangan kita ya kali putus. Lagian kalau aku putus dari dia si Rangga Rangga itu pasti bakal ngejar-ngejar lagi. Ihh ogah ah jijik aku," jawab Rere sambil meletakkan gelas es teh pertamanya di sebelah gelas kosong Haikal.
"Rangga, anak jurusan Sastra Inggris yang kata kamu mau mengarungi lautan tapi hujan gerimis aja udah ngeluh kaya anak gadis itu? Yang nembak kamu di depan student center sambil bawa bunga sama nyanyi india ala-ala? Masih belum nyerah juga?"
"Belum."
"Dia tahu kan kamu pacaran sama Jevan? Kok masih berani?"
"Eh pernah tau pas ulang tahunku, dia kan kasih aku boneka. Waktu itu aku lagi sama Jevan di cafetaria, dia kumat dong nyanyi-nyanyi gitu sampai jadi perhatian satu cafetaria. Tau kenapa? Dia bawanya boneka chucky bukannya boneka lucu. Jevan aja sampai ngakak. Gara-garanya sehari sebelum itu si Rangga tanya ke Jevan terus di kerjain. Jangankan suka boneka chucky, gelap dikit aja aku takut."
Haikal mendengar cerita Rere langsung tertawa terbahak-bahak. Bahkan pesanan mereka sudah berjejer di atas meja saja Haikal belum berhenti tertawa. Ya lucu, sangat lucu, coba bayangkan jika kalian ada di posisi Rere. Ada seorang cowok yang berusaha kasih hadiah di hari ulang tahun terus dia nyanyi-nyanyi serenade buat memikat hati disertai kalimat gombalan sok manis tapi bawanya boneka chucky segede gaban.
"Miris banget sih Re hidupmu," kata Haikal mengusap air matanya.
"Padahal dia aslinya pinter loh. IPK dia diatas 3.7, anak BEM, kesayangan dosen, multitalent tapi sayang kelakuannya kaya gitu. Coba dia normal dikit aja, pasti banyak yang mau jadi pacar dia," kata Rere akhirnya memulai sesi makannya diikuti Haikal menciptakan ketenangan sesaat.
Haikal dan Rere yang baru selesai makan mulai merencanakan hal lainnya. Rere mengajak Haikal ke alun-alun utara, duduk ngemper di gerbang Keraton sambil ngemil kue klepon. Setelah membeli sekantong klepon, dan beberapa buah lumpia rebung Haikal dan Rere langsung menuju ke tempat yang dimaksud, mencari spot yang lumayan sepi untuk duduk-duduk menikmati senja.
Kalau dari alun-alun utara sih tidak kelihatan matahari senja, tapi mereka kan bukan menikmati mataharinya. Mereka menikmati hiruk pikuknya. Seperti Beberapa ibu-ibu penjual kacang rebus yang mulai membuka lapak di pinggir-pinggir jalan, mas mas angkringan yang mulai menata dagangan hingga beberapa delman yang berjajar rapi menunggu penumpang.
Bagi Haikal dan Rere kota istimewa ini sangat-sangat istimewa. Melihat hiruk pikuk kota yang asri nan damai ini sungguh sebuah hobi yang unik untuk keduanya. Beda lagi ceritanya kalau dengan Jevan. Dia sih lebih suka duduk diam di pinggir pantai bermandikan panasnya matahari ditemani deburan ombak dibanding duduk di tengah lapangan sambil melihat motor-motor yang lewat begini.
"Jadi intinya si Viona masih suka rusuh ke kamu gara-gara Jevan nggak mau lagi ngobrol sama dia gitu?" Rere mengangguk sebagai jawaban.
"Please aku tuh nggak paham sama pemikiran cewek ya, cowok banyak woy ngapain sih satu dibuat rebutan dipikir cowok tuh bola satu buat rebutan?"
"Ya nggak gitu juga kali. Kalo dia bukan Jevan sih udah kulepas dari dulu-dulu. Masalahnya ini tuh Jevan. Dia yang selalu ada buat aku Kal, dia yang selalu kasih aku sandaran, kasih aku bahu, kasih aku pelukan ketika aku butuh. Mas Reno, kamu, kak Mika pun nggak akan cukup karena kalian tuh cuma saudara. Suatu saat kita bakal kepisah. Sekarang aja udah mulai gitu, Mas Reno udah punya pacar, hampir tiap malam minggu pergi berdua sama pacarnya. Aku dirumah sendirian."
"Ya bener juga. Lagian tuh cewek kek ngebet banget sama Jevan kenapa sih?"
"Viona nggak selamanya salah sih, soalnya kan dia dari kecil udah sahabatan sama Jevan Jovan, dikiranya Jevan mau pacaran sama dia taunya waktu SMA ketemu aku dan dia menganggap aku ngerebut Jevan dari dia," jelas Rere.
"Tapi kan kamu nggak salah juga, Jevan yang datang ke kamu. Bukan kamu yang sengaja deketin Jevan."
"Tau ahh, males bahas Viona."
Dengan sebal Rere memasukkan klepon terakhir ke dalam mulutnya membuat Haikal sadar kalau yang sejak tadi dia sisakan untuk kenikmatan terakhir sekarang sudah mulai menari dalam mulut Rere dan mulai berjalan masuk dalam lambung si gadis.
"Heh sapu lidi! Itu udah gue sisain main lo embat aja. Klepon gue itu!" Semprot Haikal dengan logat Bandungnya.
"Bodo amat. Aku masih laper Kal," kata Rere tidak berhenti mengunyah.
"Habis 2 gelas es teh, seporsi mie, dimsum, lumpia, sama klepon dan masih laper? Jevan lupa kasih sajen ya?"
"Hehehe, ayo ah anterin aku pulang Kal. Sebelum papa pulang," kata Rere lagi.
"Hadeh dasar cewek aneh. Bener sih kenapa kamu milihnya Jevan Orang kalian tuh sama-sama aneh bin gila tau nggak. Cocok udah. Kalo ada nominasi couple goals aku bakal kasih ke kalian tau. Yang cewek nggak jelas yang cowok lebih nggak jelas lagi."
Walau dengan bersungut-sungut, Haikal masih mengantar Rere sampai ke depan rumahnya. Dia bahkan sempat menyapa dan menggoda Mas Reno sedikit. Dasar Haikal Surya, tidak bisa lihat orang damai sedikit. Pasti dia ganggu. Apalagi ini dia lihat sasaran empuk.
"Wangi pisan euy, mau ngapel ya Mas?" goda Haikal.
"Baru pulang badminton kalian?" tanya Mas Reno sebisa mungkin menghindari pertanyaan Haikal.
"Duh malu-malu meong. Udah jelas ini mah, sana berangkat Mas. Oiya titip salam buat si eneng. Salam sayang dari Aa' Haikal yang ganteng, eh tapi inget pacarnya jangan sampe tau. Soalnya galak hiih serem ah takut dicakar," kata Haikal. Reno sudah hafal betul Haikal seperti apa, makanya dia tidak ambil pusing dan lebih memilih pergi meninggalkan "kembar"nya Rere ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments