"Cantik, semalam papamu mukul kamu lagi ya?" tanya Jevan pada Rere yang memiliki luka sobekan kecil di sudut bibirnya.
"Sakit nggak?" tanya Jevan lagi.
"Biasa, nggak usah khawatir. Kaya baru pertama kali aja," jawab Rere.
"Pulang nanti mampir ke rumah yuk. Biar diobati mama," tawar Jevan.
"Nggak ah...,"
"Sebentar aja, nanti aku anter ke lapangan," desak Jevan pada Rere yang terlihat akan menolak.
Kalau Jevan sudah bilang begini sih dia mana bisa menolak. Walau sehari-harinya selalu memasang wajah dingin, tapi kalau Jevan sudah marah wajah menakutkannya bisa berlipat kali lebih menakutkan. Rere pernah melihat Jevan beradu mulut dengan Papanya dan bagi Rere marahnya Jevan lebih menakutkan dari marahnya Papa.
Jevan memang sengaja mengenalkan Rere pada orang tuanya, agar Rere setidaknya merasakan sedikit kasih sayang orang tua walau bukan orang tua kandungnya. Ya hitung-hitung sambil menyelam minum air dicampur kopi sama gula lah. Jevan nyicil ceritanya biar kedua orang tuanya kenal dengan calon menantu mereka, Aamiin doakan saja.
Jevan dan Rere sudah merencanakan pertunangan sebenarnya, tapi kalau di pikir-pikir lagi terlalu cepat juga tidak baik. Rere juga takut kalau dia tiba-tiba muncul di publik sebagai tunangan dari salah satu putra Kusuma Family dengan kondisinya yang seperti sekarang maka akan banyak yang mengkritiknya. Jevan pernah bilang kalau dia paling benci jadi buah bibir orang lain, makanya demi memantaskan diri Rere akhirnya minta Jevan untuk menunda pertunangan mereka, lagi pula Papanya Rere belum kasih restu juga.
Beda kalau untuk kasus saudara kembarnya, Jovan dan kekasihnya Monika. Monik adalah anak tunggal dari salah seorang pejabat daerah. Dia dari keluarga bermartabat dan memiliki tingkat sosial yang tinggi, makanya mereka tidak ragu mau bertunangan. Namanya kembar pun bisa jadi bertolak belakang. Jovan terima-terima saja dibicarakan, katanya sih mending digibahin ketimbang dianggap nggak ada. Ya begitulah perbedaan Jovan dan Jevan bisa begitu besar.
"Jev, aku duluan ya. Kelasku dimulai 10 menit lagi," kata Rere yang pergi lebih dulu dari Jevan.
"Jam 1 aku tunggu kamu di parkiran ya, jangan telat."
"Beres."
Setelah berpisah dari Jevan, Rere akan berubah. Dia bukan sok cool seperti Jevan, tapi dia lebih ke arah menutup diri. Akibat kedekatannya dengan Kusuma bersaudara dia sering jadi bahan ghibah oleh kaum-kaum penikmat kabar burung berperisa cabai yang banyak mengandung MSG. Tidak jarang juga ada teman-temannya yang mendadak baik padanya entah dengan niat apa. Ini sih mending sudah kuliah orangnya lo-lo gue-gue, kalau waktu SMA dulu belum sampai Rere tahu siapa Jevando sebenarnya saja dia sudah jadi bahan omongan satu angkatan. Makanya sejak itu Rere jadi agak menutup diri dan lebih diam dari biasanya.
Jadi dari Rere yang begitu cerewet dan banyak tanya dia sumbangkan sedikit pada Jevan yang selalu diam menutup mulut serapat mungkin. Sejak mereka berdua saling kenal, mulai dekat dan pacaran, Rere jadi manusia yang normal pada umumnya. Cerewetnya berkurang cukup banyak, hebringnya juga. Begitu pun Jevan berubah dari manusia kulkas 35 pintu jadi pribadi yang sedikit lebih hangat walau masih cuek parah.
"Reva, tunggu."
Baru Rere keluar dari cafetaria menuju kelasnya, sudah ada yang memanggilnya. Gadis ini Rere kenal bernama Viona. Dia katanya temenan sama Jevan jauh sebelum Rere bertemu dengan Jevan. Awalnya sih Rere iya-iya saja dengan keberadaan Viona di sekitar Jevan. Apalagi setelah dia menjelaskan siapa Viona sebenarnya, tapi Rere lama-lama merasa risih juga dengan gadis ini. Satu hal yang paling membuat dia terbeban adalah gaya hidup. Rere yang terbiasa belanja 35an dan angkringan mana sanggup mengikuti Viona yang harus Balenciaga dan Solaria. Padahal gadis ini terbilang sering mengajaknya hangout.
"Ada apa?"
"Re, ayo temani aku belanja."
"Duh, nggak bisa maaf. Aku ada kelas," tolak Rere sehalus mungkin.
"Yah, gimana dong. Aku butuh banget bantuanmu. Kamu kan dari jurusan Fashion design. Kamu pasti bisa bantu aku, aku butuh baju yang pas buat ke pesta makan malam nanti."
"Rere mau kelas jangan dipaksa," kata Jevan yang menyusulnya dari belakang.
"Kalau gitu Jevan aja temenin aku ya," kata Viona lalu merangkul lengan kiri Jevan.
Jevan langsung berusaha melepaskan diri ketika dia melihat Rere membuang pandangannya. Jevan tahu kalau Rere itu nggak pede dengan hubungan mereka. Padahal Jevan sering bilang kalau ketakutan Rere itu tidak ada artinya tapi tetap saja gadis yang dia tembak di hadapan mas Reno ketika hari kelulusan SMA ini masih suka kehilangan kepercayaan dirinya, apalagi kalau sudah ada Viona. Gadis yang Rere bilang begitu sempurna untuk bersanding dengan Jevan. Bacot Rere, Jevan maunya cuma kamu.
"Vi, besok-besok jangan kaya gini lagi. Aku tuh udah punya pacar, jangan terlalu deket dong," protes Jevan pada Viona sedetik setelah dia melihat Rere berjalan menjauh.
"Ya tapi temenin aku dong, kali ini aja. Aku butuh bantuan Jev, ya? Ayolah...," kata Viona dengan nada manja.
Lemahnya Jevan, dia tidak bisa menolak permintaan gadis ini. Viona, sejak kecil sudah menjadi temannya. Gadis ini dulu tidak berbeda jauh dari Rere. Gadis ini juga anak dari keluarga broken home. Ayahnya adalah tukang selingkuh sedangkan ibunya suka sekali menghambur-hamburkan uang hanya untuk belanja dan hal-hal tidak penting lainnya. Intinya dia sejak kecil juga kurang kasih sayang dan Jevan adalah sosok yang memberikan kasih sayang besar padanya.
Sayangnya satu, Viona ini berbanding terbalik dengan Rere. Ketika cantiknya bisa tumbuh jadi wanita yang dewasa dan bersahaja, Viona malah berubah menjadi anak yang sangat manja. Hal ini dikarenakan sejak kecil dulu dia suka mengancam orang tuanya kalau permintaannya tidak dipenuhi. Tapi gini-gini Jevan tetap peduli, dia sayang pada Viona seperti pada adiknya sendiri. Yah model tresno jalaran saka kulina (sayang karena terbiasa).
Gini nih ujungnya sudah ketahuan. Jam sudah menunjukkan pukul 2 lebih tapi Viona seperti tidak ada niat menyudahi acara belanjanya. Beberapa menit lalu Rere mengiriminya pesan, gadis itu akhirnya pulang di jemput Haikal karena dia terlalu lama menunggu Jevan.
"Jev, ini bagus nggak?"
"Vi, kamu mau berapa lama lagi disini? Rak ini aja udah kamu lihat lebih dari 4 kali loh," protes Jevan.
"Namanya juga lagi pilih-pilih. Harus cari yang pas dong, atau kamu mau kubeliin baju juga? Biar kita couple-an gitu kaya couple-couple hitz kampus."
"Vi, kita bukan couple. Aku udah punya pacar. Harus berapa kali lagi aku ngomong sama kamu?"
"Siapa sih pacar kamu itu? Reva? Apa sih yang bisa kamu banggain dari kutu buku kaya dia? Diajak dinner date aja nggak bisa. Lagian kamu tuh kenapa sih, kamu berubah tau nggak. Sejak kenal tuh cewek kamu jadi berubah Jev, kamu udah nggak sama kaya Jevan yang aku kenal dulu," kata Viona yang mulai berteriak membuat mereka jadi pusat perhatian.
"Enough Vi. Aku udah muak sama sikapmu, aku pergi."
Persetan Jevan jadi pusat perhatian dan banyak kamera mengarah padanya. Dia sudah tidak sanggup lagi. Rasanya ingin segera pergi dari mall itu dan menjauh sejauh yang dia bisa. Pikiran Jevan hanya Rere. Apakah cantiknya akan marah padanya, atau dia akan pura-pura baik dengan topeng senyum andalannya? Entahlah intinya apapun nanti yang dia terima dia harus siapkan mental dari sekarang.
Jovan, Jevan, Monik, dan Viona adalah teman sejak kecil. Dulu mereka bertemu pertama kali di taman kanak-kanak. Maklum anak orang kaya, jadi sekolah pun tidak di tempat main-main. Keempat anak itu sering terlihat bersama hingga ketika SMA mereka berpisah. Monik masuk ke Boarding School, Viona pindah ke Jakarta, sedangkan Jovan dan Jevan berada di sekolah negeri yang biasa. Barulah mereka bersama lagi setelah tidak sengaja kuliah di universitas yang sama walau berbeda jurusan dan fakultas.
Awal mula Viona tahu Jevan jadian dengan Rere sudah membuatnya seperti kebakaran Jenggot. Dia menyukai sahabat kecilnya itu, dia akui. Padahal selama ini Jevan selalu baik padanya jadi wajar kalau dia mulai berharap lebih. Sayangnya dia hanya menerima perhatian Jevan tanpa mendengarkan alasannya. Jevan sejak awal sudah menegaskan kalau Jevan menganggapnya hanya seorang adik tapi Viona tidak mau tahu, makanya kenapa dia senang sekali mengganggu Rere.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments