"Aah! sekarang aku ingat. Dia kan lelaki yang mau mencoba bunuh diri kedalam jurang bawahannya air terjun yang sangat curam sekali, banyak batu batuan besar disana aku sendiri sempat terpeleset, dia malah ngotot mau bunuh diri, untungnya tangannya aku tarik dia, emm! dia bukannya makasih malah balik memarahiku, kesal akhirnya aku tampar deh! Ha...Ha...Ha...!" ucap perempuan itu dan ketawa kecil didalam hati.
"Bagaimana keadaan kamu?" tanya Alfian mencairkan suasana.
Dan dijawab anggukan olehnya. "Baik kak? sebelumnya saya sangat berterima kasih karena kalian sudah mau menolongku." jawab perempuan itu lalu tersenyum kepada mereka.
"Iya sama sama." ucap Alfian lalu membalas dengan senyumnya ia menyenggol tangan Kevin, tapi dia tetap saja tidak mau bicara ataupun sekedar basa basi.
"Kamu sudah baik baik saja kan. Kalau begitu saya permisi." ucap Kevin cuek pergi meninggalkannya begitu saja.
"Maaf ya! dia emang aneh orangnya. Bukannya tanggung jawab malah pergi." ucap Alfian
"Nggak apa apa kak? lagian sekarang saya sudah baik baik saja, don't worry." ucap perempuan itu tersenyum.
"Dia orang aneh yang pernah ku temui di dunia ini. Dingin, seperti es batu yang berada di kutup utara, bahkan melebihinya." ucap perempuan itu dalam hatinya.
"Apa kamu butuh sesuatu? biar saya ambilkan." ucap Alfian menawarkan bantuan.
Perempuan itu hanya menggelengkan kepala
"Emm! ngomong ngomong lelaki tadi siapa?" tanya perempuan itu.
"Maksud kamu dia. Lelaki yang bersamaku tadi." ucap Alfian.
Hmm...! perempuan itu mengangguk.
"Dia itu Kevin. Boss sekaligus sahabatku." ucap Alfian menjelaskan.
"Pantas saja." ucap perempuan itu dengan lirih tapi masih bisa didengar oleh Alfian.
"Kenapa?" ucap Alfian mencoba bertanya.
"Aaah! maksudku pantas saja. Dia itu bicaranya seperti orang berkuasa, ternyata dia itu boss kakak." jawab perempuan itu.
Alfian tersenyum. "Kalau begitu saya permisi. Nanti kalau butuh apa apa kamu tinggal pencet tombol ini." ucap Alfian menunjukkan.
"Iya. Terima kasih." ucap perempuan itu tersenyum.
Karena hari itu sudah siang Kevin melangkahkan kakinya menuju Cafe untuk istirahat sebentar dan menenangkan pikirannya, sementara Alfian mencari bossnya kesana kemari dirumah sakit, kemudian ia mengeluarkan benda pipih didalam saku nya untuk menghubungi bossnya.
Tertulis di layar handphone nya BOSS GILA ia segera memencet tombol untuk menelponnya.
Drett Drett Drettt...
Bunyi suara getar Handphone Kevin karena ia tidak suka bunyi telepon, hanya nada bergetar saja.
~>> Kevin [[ Ada apa kamu menghubungiku?]] tanya Kevin dingin.
~>> Alfian [[ Boss. Kamu dimana sih! saya cari kesana kemari dirumah sakit tidak ada.]]
~>> Kevin [[ Cafe deket rumah sakit.]] ucap Kevin lalu langsung menutup telponnya.
~>> Alfian [[ Hallo? boss.]]
Tutt...tutt...tutt....
Panggilan terputus Alfian menjauhkan dari telinganya.
"What?" ucap Alfian keras sehingga mengagetkan orang yang disekitarnya.
"Pak? Ini rumah sakit bukan dirumah bapak. Jangan terlalu keras bicaranya." ucap dari salah satu orang disampingnya memperingatkan.
"Maaf." jawab Alfian menundukkan kepala kepada mereka, ia mundur pelan pelan menuju lift yang ada di dekatnya.
"Perasaan umurku masih muda. Kenapa di panggil pak. Siapa bialang ini bukan rumah sakit." gerutu Alfian kesal.
"Eeh! tapi boss itu lebih gila. Dia malah enak enakan bersantai di Cafe, dasar boss nggak ada ahlaknya." gurutu Alfian membayangkan wajah boss nya.
Alfian langsung melangkahkan kakinya menuju mobilnya, ia melajukan mobilnya ke cafe dekat rumah sakit.
"Itu kali tempatnya." ucap Alfian melihat kanan kiri ia segera turun, setelah itu langsung masuk kedalam cafe mencari keberadaan bossnya.
"Boss?" panggil Alfian melambaikan tangannya ke Kevin.
"Mau apa kamu kemari?" ucap Kevin menyilangkan kakinya dan melipat kedua tangannya.
"Kamu nggak punya perasaan banget sih! main pergi pergi." jawab Alfian protes dan cemberut.
"Seharusnya kamu temani itu perempuan. Sebagai lelaki tidak ada tanggung jawabnya sama sekali." ucap Alfian kesal.
"Santai aja kali." ucap Kevin dengan wajah santai nya.
"Apa kamu bilang. Sekarang saya harus ke kantor tuh! tugas darimu aja belum selesai." ucap Alfian.
"Kamu saja sana tungguin dia." ucap Kevin cuek.
"Temani dia. Kalau tidak, kamu mau semua orang tau, kalau kamu udah." ucap Alfian tapi mulutnya dibekap oleh Kevin oleh kedua tangannya.
"Kamu bisa jaga bicaramu. Semua orang akan mendengar ucapanmu." ucap Kevin merapatkan giginya dan membulatkan matanya.
Alfian pun langsung melepaskan tangan Kevin dan menghempaskannya.
"Okey. Saya akan tanggung jawab." ucap Kevin langsung pergi meninggalkannya.
"Baguslah." teriak Alfian.
Kevin langsung mengendarai mobilnya menuju kerumah sakit ia berniat akan memindahkan perempuan itu ke rumahnya sendiri.
Sesampainya disana ia langsung menemui dokter untuk bertanya.
"Dok? apa boleh perempuan itu rawat jalan?" tanya Kevin.
"Boleh. Tapi harus tetap ada pengawasan dari dokter." jawab dokter menjelaskan.
"Baiklah kalau begitu. Saya akan menyiapkan semua keperluannya, keluarga saya punya dokter pribadi saya bisa suruh agar dia datang untuk merawatnya." ucap Kevin.
"Baik. Kami akan menyediakan ambulance buat pemindahan pasien." ucap dokter, dijawab oleh anggukan Kevin.
"Terima kasih dok?" ucap Kevin.
"Sama sama. Tuan?" ucap dokter tersenyum.
Kemudian Kevin menuju ke Unit administrasi untuk mengurus semua biaya kepulangannya perempuan itu.
"Tuan. Ini semua bukti pembayarannya." ucap Staf rumah sakit setelah itu Kevin langsung menuju ke kasir untuk pelunasan biayanya.
"Aku bahkan harus pake masker dan kaca mata hitam untuk menyamar." ucap Kevin melangkah memasuki kamar perempuan itu
"Sulit juga jadi idola. Mau kemana mana harus menyamar, setelah ini aku akan berhenti menjadi artis apalagi harus syuting kesana kemari, aku akan focus untuk mengurus perusahaanku." ucap Kevin melirik kesana kemari takut ada orang yang melihatnya.
Sebenarnya Kevin mempunyai perusahaan sendiri tanpa sepengetahuan oleh siapapun termasuk asistennya ia menyuruh orang kepercayaan nya untuk mengurus nya.
Sesampainya didalam Kevin menghampiri perempuan itu yang sedang tertidur, sementara hari sudah mulai petang.
Kevin segera menyiapkan kursi roda untuk perempuan itu, dan langsung memindahkannya karena sebelumnya ia diam diam sudah menyuruh salah satu perawat untuk memberikan obat tidur sementara yang aman buat dia, efeknya hanya beberapa jam saja.
Kevin langsung mendorong kursi rodanya menuju kedepan dengan pelan pelan, karena sebelumnya ia sudah meminta izin kepada pihak rumah sakit agar segera memindahkannya ke rumahnya.
Kevin mengikuti ambulance dibelakang, karena sebelumnya ia sudah mengirimkan alamat yang akan dituju.
Drettt Drettt Drettt....
Suara ponsel Kevin berbunyi, kemudian Kevin segera mengambil benda pipih miliknya, membuka siapa yang telah menghubunginya.
"Mama?" gumam Kevin pelan.
~>> Kevin [[ Hallo Mah? ada apa telpon Kevin.]] tanya Kevin.
~>> Sinta [[ Kamu ini beberapa bulan ini kemana aja. Kenapa jarang pulang ke rumah.]]
~>> Kevin [[ Mah? aku sekarang pulang ke rumah Kevin sendiri biar mandiri" jawab Kevin Kemudian.
~>> Sinta [[ Mandiri atau ingin sendiri.]] ucap mamanya menekankan suaranya.
~>> Sinta [[ Mama nggak mau tau jam delapan kamu harus ada di rumah.]] tegas mamanya lalu mematikan panggilannya.
"Tapi kan mah! Mamah?" panggil Kevin menggantung karena panggilan sudah diakhiri.
"Ishhh! kebiasaan banget sih! entah itu mama entah itu papa selalu aja mematikan telepon." gumam Kevin kesal, setelah itu ia turun dari mobil dan memasuki rumahnya untuk memastikan perempuan itu.
Kemudian Kevin melangkahkan kakinya ke kamar perempuan itu. "Kamu pasti akan terkejut ketika bangun." ucap nya dalam hati.
•
•
•
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Alwani Yunita
Kalau berkenan mampir di novel saya "Zahra's Ark Of Love"
Dan chat story saya "Ku kira kau selingkuh"
2021-12-05
0