Setelah bejam jam Kevin dan papanya menunggu akhirnya dokter keluar dari ruangan operasi.
"Dok bagaimana keadaan perempuan itu? " tanya Kevin dan Fadly dengan keadaan panik.
"Keadaan pasien masih belum sadar kan diri. Masih keadaan koma, karena keadaannya belum stabil dan untungnya operasinya berjalan lancar dan kepala terluka parah mengakibatkan kehilangan banyak darah dan kebetulan sekali rumah sakit masih ada persediaan darah." ucap dokter menjelaskan.
"Jadi bagaimana dok? apakah dia akan sadar?" tanya Kevin khawatir.
"Kita tunggu saja sampai pasien sadar. Sampai keadaannya benar benar stabil, setelah itu baru akan dipindahkan ke ruang perawatan." jawab Dokter.
"Baik dok. Tolong siapkan ruangan terbaik untuk dia." ucap Fadly kepada dokter dan melirik ke Kevin dan dokter itu pergi meninggalkan mereka.
"Kevin sebaiknya kamu pulang. Kasian mama sendirian di rumah." titah Fadly.
"Tapi pah? bagimana jika mama tanya soal Papa? pasti mama kan sudah nunggu papa dirumah. Sebaiknya papa saja yang pulang, bilang saja kalau aku masih ada urusan pekerjaan." ucap Kevin.
"Papa pulang dulu. Kamu harus jaga kesehatan disini, angan lupa makan." ucap Fadly.
"Okey! siap." ucap Kevin mengacungkan jempol dan berusaha tersenyum dibawah kesedihannya putus dengan pacarnya ditambah lagi khawatir sama keadaan perempuan itu.
"Papa pakai mobilku saja." ucap Kevin memberikan kunci mobilnya.
"Kamu pulangnya bagaimana? kalau mobilnya Papa bawa." tanya Fadly.
"Gampang nanti pah? biar aku suruh Alfian menjemputku kesini." jawab Kevin kepada papanya.
"Baiklah kalau begitu papa pulang dulu ya! ingat pesan papa tadi." ucap Fadly memeluk anaknya dan menepuk pundaknya, ketika hendak pergi Kevin menahannya.
"Pah? jangan kasih tau mama dulu takutnya nanti mama khawatir." pinta Kevin.
"Kamu tenang saja papa tidak akan bicara soal masalah ini." ucap Fadly dan mengusap punggung Kevin.
"Terima kasih pah?" jawab Kevin memeluk kembali papanya.
"Kamu kayak enggak tau papa saja. Papa akan kasih apapun yang kamu mau, termasuk merahasiakan semua ini." ucap Fadly papanya dan pergi meninggalkan Kevin.
Setelah satu jam kemudian asisten Kevin datang membawakan pesanan dan melihat kevin sendirian di kursi rumah sakit menyapanya.
"Hei Bro! sendirian aja kamu. Mau kutemani tidak." sapa Alfian Aldi Fahri dengan senyum tipisnya.
"Emangnya disini kamu lihat selain aku ada siapa? ucap Kevin dengan nada ketus dan melirik ke Alfian.
"Santai kali bro! bercanda." jawab Alfian menunjukkan dua jari kepada Kevin dan cengar cengir sendiri.
"Kamu pikir sekarang waktunya bercanda." ucap Kevin kesal.
"Nggak lucu." ucap Kevin lagi dengan tatapan tajam dan berdiri menjitak kepala Alfian.
"Sorry sorry. Saya cuma mau menghibur kamu, biar pikiranmu tidak terlalu tegang." ucap Alfian dengan nada memelas agar Kevin tidak marah lagi.
"Bagaimana keadaan perempuan itu? Apa dia sudah sadar?" tanya Alfian asistennya.
"Belum." jawab Kevin singkat.
"Ooh?" jawab Alfian tidak kalah singkat dari Kevin.
"Kamu tidak ada kata kata lain. Selain Ooh!" ucap Kevin.
"Tadi saya bilang Bagimana keadaannya?, kamu malah jawabnya singkat banget" jawab Alfian.
"Dia koma. Sampai sekarang belum sadar juga entah kapan dia akan sadar." ucap Kevin.
"Apa? koma." jawab Alfian dengan melotot ke Kevin dan memegang kedua bahu Kevin dengan suara keras sehingga mengagetkannya.
Kevin segera menepis kedua tangan Alfian sahabatnya sekaligus asistennya.
"Bisa tidak. Bicaranya biasanya aja, nggak sopan banget sih kamu sama boss kamu sendiri." ucap Kevin dengan nada menekan tapi menakutkan bagi Alfian.
"Ya ampun Vin? ini kan diluar kantor bukan. Jadi bebas dong!" ucap Alfian tak mau kalah dengan Kevin dan memutar malas kedua matanya.
"Terserah. Kamu mau panggil apa aja. Dasar asisten gak punya ahlak." ketus Kevin.
"Do not care anymore." ucap Alfian mengangkat bahunya acuh tapi ia kembali berucap.
"Saya kan bukan sekedar asisten. Tapi sahabat kamu juga ketika diluar kantor." ucap Alfian lagi.
"Isshh! Kamu bisa diam dulu." ucap Kevin dengan nada kesal dengan sahabatnya baginya dia itu cerewet banget, walaupun begitu dia orang yang setia dan selalu ada disaat dia kesusahan.
"Oh iya Vin? ada apa kamu nyuruhku datang kesini. langsung kan bisa lewat telepon atau pesan." tanya Alfian penasaran kepada Kevin.
"Vin? Kevin. Kamu dengar tidak saya lagi ngomong sama kamu." ucap Alfian kepada Kevin yang sedari tadi bengong baginya sangat menyebalkan karena enggak ada jawaban dari bossnya.
Kevin tersadar dari lamunan nya. "Hemm. Saya ada tugas buat kamu." ucap Kevin serius.
"Tugas apa boss?" tanya Alfian.
"Kamu cari tau soal identitas perempuan itu." titah Kevin.
"Siap boss?" ucap Alfian.
"Intinya aku membutuhkannya sekarang. Saya nggak mau tau." ucap Kevin menekan.
"Masalahnya. Saya aja tidak tau wajah perempuan itu, bagaimana coba?" ucap Alfian sejenak Kevin terdiam.
"*B*enar juga kata Al?, Aku saja belum lihat jelas, ciri ciri perempuan itu dan wajahnya, karena pertama aku lihat mukanya penuh dengan darah" ucap Kevin dalam hatinya.
"Hei Kevin. Saya tanya sama kamu, harusnya di jawab langsung, bukan cuma didalam hati, saya tidak bisa membaca suara hatimu." seru Alfian kesal.
"Ya. Cerewet banget sih!" celetuk Kevin.
"Vin? Apa perempuan itu sudah bisa dijenguk?" tanya Alfian.
"Entahlah. Kita tunggu saja sampai dokter datang." Kevin pun berdiri mengajak Alfian, dan ketika mau berjalan ia tiba tiba melihat Dokter berjalan ke arahnya.
"Itu Dokter. Pasti mau periksa keadaan perempuan itu." ucap Alfian menunjukkan kepada Kevin.
"Dok? apakah pasien boleh dijenguk?" tanya Kevin kepada dokter.
"Sebentar pak? saya mau cek keadaannya. Kalau nanti keadaan sudah membaik kalian bisa langsung jenguk pasien." jawab dokter kepada mereka berdua.
Kevin pun mondar mandir kesana kemari, hingga akhirnya dokter keluar dari ruangan pasien.
"Bagaimana dok keadaan perempuan itu?" tanya Kevin.
"Apa dia sudah bisa dijenguk? Kapan dia akan sadar?" berondong Kevin tanpa jeda membuat dokter bingung harus jawab yang mana dulu.
"Kevin? Kamu bisa nggak tanya sama dokter satu per satu. Seperti kereta api saja." ucap Alfian.
"Enak saja kamu kalau ngomong. Bisa diam tidak atau sepatu ini akan melayang ke wajah kamu." ucap Kevin ketus dan menunjukkan sepatu yang dia pakai dan akan segera dilepas untuk menakutinya dan Alfian menahan dengan tangannya.
"Santai kali boss? bercanda kali. Hidup enggak usah dibuat serius." ucap Alfian dan tersenyum kepada Kevin dan pandangan mereka teralihkan kembali ke Dokter.
"Ini pak keadaan pasien sudah mulai membaik. sekarang bisa dijenguk, akan tetapi hanya satu orang saja." jelas Dokter.
"Baiklah dok? nanti kita akan bergantian menjenguknya." ucap Kevin.
"Kamu masuk dulu sana." ucap Alfian mendorong Kevin masuk.
"Perempuan itu sepertinya aku pernah lihat dimana ya?" ucap Kevin mencoba mengingat ingat siapa perempuan itu sebenarnya.
•
•
•
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Alwani Yunita
mau kasi masukan kak🙏
Usahakan penulisannya jangan berbelit-belit dan penulisan kata jangan banyak pengulangan
2021-12-05
0