Ring.. Ring..
"Ah baru saja aku membicarakan mereka, sudah ada telpon masuk ?" gumamku sembari duduk lagi di sofa setelah mengambil minum.
"Assalamu'alaikum Pa.." kuucapkan salam pembuka.
"Wa'alaikumsalaam Nak.." balas Apa.
"Bagaimana kabar Apa, apakah sehat ? Obat herbal dan alat cek darah mandiri yang kakak kirim apa sudah sampai ?" aku bertanya dengan semangat.
Aku selalu membahasakan diriku kakak jika berbicara dengan Apa, dikarenakan Apa selalu memanggil kami dengan panggilan sapaan. Aku memiliki seorang kakak perempuan yang kami panggil uni, dan aku sendiri kakak beserta satu adik laki - lakiku.
Karena itulah aku kerap kali dipanggil kakak dirumah, berbeda dengan Ama yang lebih suka memanggil langsung namaku.
"Alhamdulillah sehat nak.., Kakak disana sehat ? Bagaimana dengan cucu Apa ?"
tanya Apa dengan suara tegasnya.
"Sudah, sudah datang kirimannya. Sudah Apa gunakan tetapi Ama tetap saja tidak berani. Seperti biasanya, takut darah" tambah Apa dengan nada humornya.
"Kakak sehat Pa, begitu juga dengan triplets. Mereka sangat merindukan Atuk dan Nananya, Apakah Apa dan Ama jadi kesini ?" tanyaku lagi.
"Tentu saja Nak, mumpung ini liburan semester Apa akan meninggalkan pekerjaan pada Didi, juga uni sedang berada dirumah. Tapi Apa hanya bisa sebentar Nak, dua minggu paling lama. Apa tidak bisa meninggalkan jualan dagiang kita, orang-orang membutuhkannya. Kebetulan di bulan ini tidak terlalu banyak pesta sehingga agak luang sedikit." balas Apa padaku.
"Tidak apa Pa, bagaimana dengan sapi-sapi dirumah apakah ada kendala pa ?" tanyaku lagi.
"Alhamdulillah sehat-sehat kak, sejak kakak aturkan nutrisi dan suplementnya semua sapi kita berkembang dan dagingnya pun bagus" balas Apa padaku.
"Bagaimana dengan kakak, apakah sulit disana ? Bagaimana dengan pekerjaan kakak ?" tanya Apa padaku.
Apa adalah sosok yang paling mengerti diriku, apa tahu isi hati dan pikiranku. Selalu saja beliau mampu mengetahui apapun yang telah kusembunyikan.
"Alhamdulillah semua baik Pa, toko kue kakak juga sangat berkembang, sepertinya beberapa bulan lagi kakak bisa membuka cabang baru" ceritaku dengan semangat.
"Sulit tentu saja ada Pa, tapi kakak tahan Pa. Kakak sadar ini keputusan kakak jadi kakak akan bertanggung jawab atas itu Pa." tambahku setengah mati menahan air mata. Walau bagaimanapun aku tetaplah manusia terlebih lagi aku perempuan.
"Bersabar Nak, Insyaallah akan menjadi lapang pahala bagi kakak. Apa dan keluarga kita senantiasa ada untuk kakak, jika kakak kesulitan dan butuh bantuan Apa selalu disini Nak, Apa tidak akan pernah meninggalkan kakak. Apapun itu jangan ditahan sendiri nak., Apa ingin kakak bahagia." balas Apa lirih padaku.
"Tidak Pa, Apa jangan khawatir kakak masih bisa sendiri. Membesarkan mereka sama sekali bukan beban Pa, kakak bahagia sekarang. Kakak bersyukur atas hidup kakak Pa." balasku dengan yakin.
"Baiklah nak, Apa yakin kakak pasti bisa. Apa akan senantiasa mendo'akan kakak. Tetapi satu yang perlu kakak ingat kakak masih anak kecil Apa yang selalu akan menjadi prioritas dan kebanggan Apa. Tetaplah bahagia dan jangan tinggalkan sholat nak" ucap Apa padaku.
"Siap Pa., kakak akan selalu ingat kata-kata Apa dan menjalankan nasehat Apa. Jadi nanti akhir minggu ini apa berangkatnya Pa ? Biar kakak langsung siapkan tiketnya. Kakak beli pulang-pergi saja biar nanti tidak repot lagi." Balsku dengan semangat penuh.
"Biar Apa saja yang beli tiketnya, simpan uang kakak untuk si kembar" balas Apa padaku.
"Iyaa.... kakak tau Apa banyak duit tapi kakak juga sudah kaya Pa, jadi biar kakak saja yang memmeli tiket dan menyiapkan segalanya. Apa, Ama dan Adek tinggal tunggu beres saja" balasku menyombong. Tentu saja ini hanya lelucon. Aku sadar diri bahwa uang Apa lebih banyak dariku tapi sekarang aku ingin membahagiakan mereka. Aku bekerja untuk mereka juga. Oleh karena itu aku memaksa untuk mengurus semuanya dan ya tentu saja aku juga selalu mengirim uang dan barang-barang serta tiket liburan untuk mereka. Tak terkecuali untuk Adik dan Uni, aku hanya ingin berbagi apa yang aku punya dan membuat mereka bahagia meskipun hanya sederhana.
"Baiklah.. suka-suka kakak, yang bisa pergi cuma Apa, Ama dan Adek. Uni sedang ada pekerjaan yang tidak bisa diringgalkan dan lagi suaminya juga tidak libur." balas Apa padaku.
"Oke Pa, semua sudah kakak siapkan ya pa. Tiket pesawat dan angkutan bandara. Semua sudah kakak kirimkan ke email Apa, dan juga nanti saat transit Apa istirahat di lounge saja sembari makan. Tiket yang kakak belikan sudah mencakup itu semua." jelasku panjang lebar.
"Cerewat sekali anak Apa satu ini." balas Apaku singkat.
"Tentu saja Pa, kakak ingin yang terbaik untuk Apa dan semuanya. Apalagi ini perjalanan pertama Apa kesini. Biar betah dan nanti bisa sering main kesini hehe." aku cengengesan tak jelas pada Apa.
"Baiklah. Apa nanti akan bilang Ama dan Adek." balas Apa singkat.
"Ohiya Pa, nanti sampai disini kakak yang jemput ya., nanti kakak juga sewa satu mobil biar lebih lega" ucapku masih dengan semangat tinggi.
"Pakai kendaraan sewa saja kak, apa nanti tidak merepotkan kakak membawa triplets."balas Apa dengan nada khawatir.
"Tenang saja pa, mereka anteng kalau ada kakak, kan kakak pawangnya." balasku ceriwis.
"Enak saja pawang, kakak kira cucu Apa harimau." balas Apa judes padaku.
"Haha.., kurang lebih Pa., Apa tidaj tau saja mereka lebih parah hahahaha.. 😂😂😂" leluconku pada Apa.
"Kalau mereka harimau, kakak induk harimaunya. Apa tidak mau punya anak harimau." ucap Apa padaku.
"Benar juga ya, yasudah mereka anak kakak sana Pa, biar tidak ada harimau diantara kita." balasku kembali melucu.
"Haha.., baiklah. Sampai ketemu minggu depan. Jaga kesehatan kakak, jangan malas makan dan selalu rendah hati ya nak." nasehat Apa padaku.
"Iya Pa, makasi ya Pa. Apa juga jaga kesehatan. Kakak sayang Apa." balasku lembut.
"Apa juga sayang kakak, Assalamu'alaikum." salam Apa diseberang.
"Wa'alaikumsalam Pa." kuakhiri telpon itu.
-------------
Sementara di belahan dunia lain seorang pria usia 28 tahun tengah mempersiapkan perjalannya dalam beberapa minggu penerbangan. Pria yang tinggi dengan tubuh yang tegap berisi. Otot-otot lengan yang menyembul serta garis rahang yang tegas memperjelas keindahan makhluk itu.
Disampingnya berdiri seorang wanita dengan paras cantik dan tubuh semampai. Jelas saja dia adalah seorang pramugari di maskapai yang sama dengan lelaki itu bekerja.
"Babe, biar aku bantu kamu beberes ya.." ucapnya sembari mengambil alih tas.
"Udah deh Vina, kamu pelang saja bereskan barang-barang kamu. Bukannya kamu juga ada penerbangan nanti" balas laki-laki itu.
"Ih babe galak amat sih, sebentar lagi aku jadi istri kamu loh., jangan galak-galak dong" balas perempuan itu centil seraya mencoel manja dagu sang pria.
"Iya suka-suka kamu saja, minggir sana aku mau beres-beres sebentar lagi aku sudah harus berangkat" balas laki-laki tersebut jengah.
Ayyub Ghaliz Kaisar, seorang pilot utama dalam maskapai penerbangannya. Bahkan dalam usianya yang tergolong muda dia sudah menduduki posisi kepala pilot dengan segala prestasi dan dedikasinya pada pekerjaan.
Banyak wanita yang tergila-gila padanya tetapi sikap dinginnya membuat para wanita gigit jari, bahkan lebih memujanya walau tak bisa secara terang-terangan. Mata tajamnya selalu menusuk dibalik kaca mata hitam yang bertengger indah di pangkal hidungnya.
Para pramugari dan rekan pilot-pilot wanita lain tak ada yang berani mendekatinya secara langsung karena disebelahnya selalu ada wanita yang selalu bergelayut manja pada lengannya.
Elvina Sundari Ramis, pramugari senior sekaligus anak sahabat mamanya yang selalu menempel dan menekan hak milik padanya membuat sang pria malas untuk meladeni sikapnya dan hanya membiarkan saja selagi tidak melewati batas.
Bagus juga dia ada selagi menjadi satpam agar wanita-wanita yang ingin mendekatinya mundur teratur. Bagaimanapun dia terlalu memikirkan permasalahan ini, membiarkan saja mengalir apa adanya.
Vina adalah seorang wanita yang selalu menepel padanya. Dulu mereka adalah sahabat dekat. Sikapnya pun dulu tidak selalu posesif begini. Semua berubah semenjak 3 tahun lalu ketika Ayyub memutuskan menikah dengan gadis pilihannya. Semenjak dua setengah tahun belakangan semakin menjadi. Bahkan Vina memaksa Ayyub untuk menjalin hubungan dengannya walau hanya sebatas kekasih.
Berbagai macam carapun dia lakukan, termasuk memaksa orang tua dan saudara Ayyub untuk mendesaknya. Akhirnya dengan berat hati dan kecintaannya pada sang mama Ayyub menyetujui saja dengan syarat tidak mau lebih dari itu karena tidak mau memikirkan pernikahan dan fokus karir.
Jadilah sekarang dia memiliki bodyguard kemanapun dia pergi. Bahkan Vina terkadang berusaha meminta jadwal penerbangannya disesuaikan dengan Ayyub.
Minggu ini mereka akan melakukan penerbangan ke eropa. Mereka akan berhenti di Berlin untuk nanti melanjutkan perjalanan Spanis dan nanti berakhir di Skotlandia, tepatnya di Kota Edinburg.
Ini adalah penerbangan pertamanya ke Edinburg. Entah kenapa ada rasa yang lain dalam hatinya memikirkan untuk pergi kesana, selain karena kotanya indah, nilai sejarahnya masih lekat dan tentu saja dia ingin menjelajahi kota itu untuk beberapa hari liburannya.
Setelah menyelesaikan segala prosedur penerbangan pilot tampan itu masuk kedalam cokpit untuk mengecek pesawat yang nanti akan diterbangkanya. Segera dia menginstal flight plan dalam sistem dan mengecek mesin, bahan bakar dan segala kelengkapannya. Setelah melakukan cross check dibantu co-pilot maka saatnya mentiapkan hati sembari menunggu penumpang, awak kabin dan petugas bandara selesai.
Saatnya pesawat lepas landas, setelah mengabari petugas manara kontrol dan mendapatkan izin maka mulailah pilot itu menerbangkan burung besi raksasanya.
Penerbangan internasional itu sangat lama untung saja tidak ada kendala yang berarti hingga mereka mendarat di Berlin dengan selamat. Berbicara dengan berlin lebih baik aku menghubungi Sadiq sekalian menghindar dari Vina sebentar.
Setelah menghubungi sahabat karibnya itu, dia memutuskan untuk menunggu di bandara dan tidak ikut dalam mobil jemputan maskapai.
"Babe, kamu mau kemana sih, kenapa ga masuk ?" tanya Vina mulai posesif.
"Aku dijemput sahabat aku, kami sudah berjanji bertemu disini." balas Ayyub santai.
"Ih aku juga ikutan deh, teman kamu cowok apa cewek?" ucap Vina ngotot.
"Apaan sih Vina, teman aku cowok sahabat aku yang kerja disini, sudah deh ga usah merecok. Pulang saja ke hotel dengan yang lain." balas Ayyub jengah.
"Yaudah deh Babe, kamu hati-hati ya. Jangan lupa telpon aku. I Love you." balas vina lirih.
"Hmm." balas Ayyub sembari ngacir dari bus mereka.
Sejujurnya Ayyub telah malas untuk mengikuti semua keinginan Vina. Selain karena tidak mencintainya dia juga jengah meladeni sikapnya yang posesif dan selalu merajuk. Belum lagi jika sudah mengadu pada mamanya.
Namun apa ada, rasa cintanya pada sang mama membuatnya mencoba menjalani hubungan ini. Bahkan dorongan dari saudara\-saudaranya juga menyudutkan posisinya. Di satu sisi dia sangat mencintai istrinya ah entahlah sekarang masih bisa disebut istri, sementara di sisi lain dia harus berbakti pada mama yang telah melahirkan dan membesarkannya. Ditambah lagi dengan pernyataan saudara\-saudaranya yang mengatakan bahwa istrinya bukanlah wanita baik yang malas dan bahkan meninggalkannya.
Alasan inilah yang membuat dia menyerah atas kehidupan cintanya, walaupun sampai sekarang hati kecilnya masih tidak mempercayai istrinya adalah wanita yang buruk tetapi pikirannya telah diracuni oleh opini mama dan saudara-saudaranya bahkan Vina sengaja dihadirkan untuk mengusir istrinya. Untuk saat ini dia tidak mau memikirkan apapun membiarkan saja semua berjalan sebagai mestinya. Bukan tanpa alasan, karena kini hatinya telah mati.
"Udah lama Joub ?" sapa seorang pria yang mengusik lamunannya.
"Eh., apa kabar lo Syid, belum lama gue" balas Ayyub sembari merangkul ala cowok.
"Mikir apaan lo, jauh banget kelihatannya." Seru Sadiq yang kerap kali dipanggil Syid oleh sahabatnya itu.
"Ah ga ada gue cuma menikamati udara malam Berlin, yok cabut gue butuh istirahat ntar kita nongkrong. Udah kangen gue sama lo." balasnya langsung berdiri.
"Yaudah deh seroh lo, nginap aja di tempat gue, masih nyaman ini gak kalah sama hotel lo." seru Sadiq pada Ayyub.
"Yaudah, yuk buru" balasnya singkat.
Merekapun berjalan menuju parkiran bandara dan berkendara menuju apartement sahabatnya itu. Di dalam mobil kembali mereka berbincang mengenai masa lalu. Hingga sampailah pada pembahasan inti.
"Ngomong-ngomong soal Neera, lo udah yakin lepasin dia gitu aja ?" tanya Sadiq. Sejenak terdengar helaan napas panjang dari sahabatnya itu.
"Dibilang nyerah gue masih berusaha buat nyari dia, dibilang enggak gue juga udah gak tau lagi mesti gimana ?" balas pria itu pasrah.
"Loe gak usaha tanya ke orang tuanya gitu, atau ke saudaranya ?" seru Sadiq
"Gue terlalu malu untuk datangi rumah orang tuanya, lo tau sendiri dulu gimana gue usaha sama bokapnya buat izinin gue nikahin anaknya, sekarang anaknya malah pergi ga tau kemana" jawaban lirih dari bibirnya yang sendu.
"Sempat gue tanya saudaranya mereka bilang gak tau, dia cuma izin pergi kerja tapi gak tau tepatnya dimana." tambahnya lagi.
"Loe ga coba intai itu keluarganya, mana tau nyokapnya datangin dia, nah loe tau tu dimana dia berada." tutur Sadiq memberikan pendapatnya.
"Udah gue coba, gak ada pergerakan sama sekali. Bahkan gue juga usah nyogok sepupunya buat ngomong, sama aja mereka gak tau apa-apa."lirih Ayyub sembari melihat keluar jendela.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 269 Episodes
Comments
Fhebrie
kenapa bacanya jadi bosan ya selain babnya kepanjangan ceritanya juga masih di tempat saja jadi ga semangat
2023-11-09
0
KomaLia
kaya nya kurang semangat baca nya
2020-07-07
0
Ninik Purnami
sepertinya seru
2020-05-31
1