BAB 3

Ring.. Ring..

"Ah baru saja aku membicarakan mereka, sudah ada telpon masuk ?" gumamku sembari duduk lagi di sofa setelah mengambil minum.

"Assalamu'alaikum Pa.." kuucapkan salam pembuka.

"Wa'alaikumsalaam Nak.." balas Apa.

"Bagaimana kabar Apa, apakah sehat ? Obat herbal dan alat cek darah mandiri yang kakak kirim apa sudah sampai ?" aku bertanya dengan semangat.

Aku selalu membahasakan diriku kakak jika berbicara dengan Apa, dikarenakan Apa selalu memanggil kami dengan panggilan sapaan. Aku memiliki seorang kakak perempuan yang kami panggil uni, dan aku sendiri kakak beserta satu adik laki - lakiku.

Karena itulah aku kerap kali dipanggil kakak dirumah, berbeda dengan Ama yang lebih suka memanggil langsung namaku.

"Alhamdulillah sehat nak.., Kakak disana sehat ? Bagaimana dengan cucu Apa ?"

tanya Apa dengan suara tegasnya.

"Sudah, sudah datang kirimannya. Sudah Apa gunakan tetapi Ama tetap saja tidak berani. Seperti biasanya, takut darah" tambah Apa dengan nada humornya.

"Kakak sehat Pa, begitu juga dengan triplets. Mereka sangat merindukan Atuk dan Nananya, Apakah Apa dan Ama jadi kesini ?" tanyaku lagi.

"Tentu saja Nak, mumpung ini liburan semester Apa akan meninggalkan pekerjaan pada Didi, juga uni sedang berada dirumah. Tapi Apa hanya bisa sebentar Nak, dua minggu paling lama. Apa tidak bisa meninggalkan jualan dagiang kita, orang-orang membutuhkannya. Kebetulan di bulan ini tidak terlalu banyak pesta sehingga agak luang sedikit." balas Apa padaku.

"Tidak apa Pa, bagaimana dengan sapi-sapi dirumah apakah ada kendala pa ?" tanyaku lagi.

"Alhamdulillah sehat-sehat kak, sejak kakak aturkan nutrisi dan suplementnya semua sapi kita berkembang dan dagingnya pun bagus" balas Apa padaku.

"Bagaimana dengan kakak, apakah sulit disana ? Bagaimana dengan pekerjaan kakak ?" tanya Apa padaku.

Apa adalah sosok yang paling mengerti diriku, apa tahu isi hati dan pikiranku. Selalu saja beliau mampu mengetahui apapun yang telah kusembunyikan.

"Alhamdulillah semua baik Pa, toko kue kakak juga sangat berkembang, sepertinya beberapa bulan lagi kakak bisa membuka cabang baru" ceritaku dengan semangat.

"Sulit tentu saja ada Pa, tapi kakak tahan Pa. Kakak sadar ini keputusan kakak jadi kakak akan bertanggung jawab atas itu Pa." tambahku setengah mati menahan air mata. Walau bagaimanapun aku tetaplah manusia terlebih lagi aku perempuan.

"Bersabar Nak, Insyaallah akan menjadi lapang pahala bagi kakak. Apa dan keluarga kita senantiasa ada untuk kakak, jika kakak kesulitan dan butuh bantuan Apa selalu disini Nak, Apa tidak akan pernah meninggalkan kakak. Apapun itu jangan ditahan sendiri nak., Apa ingin kakak bahagia." balas Apa lirih padaku.

"Tidak Pa, Apa jangan khawatir kakak masih bisa sendiri. Membesarkan mereka sama sekali bukan beban Pa, kakak bahagia sekarang. Kakak bersyukur atas hidup kakak Pa." balasku dengan yakin.

"Baiklah nak, Apa yakin kakak pasti bisa. Apa akan senantiasa mendo'akan kakak. Tetapi satu yang perlu kakak ingat kakak masih anak kecil Apa yang selalu akan menjadi prioritas dan kebanggan Apa. Tetaplah bahagia dan jangan tinggalkan sholat nak" ucap Apa padaku.

"Siap Pa., kakak akan selalu ingat kata-kata Apa dan menjalankan nasehat Apa. Jadi nanti akhir minggu ini apa berangkatnya Pa ? Biar kakak langsung siapkan tiketnya. Kakak beli pulang-pergi saja biar nanti tidak repot lagi." Balsku dengan semangat penuh.

"Biar Apa saja yang beli tiketnya, simpan uang kakak untuk si kembar" balas Apa padaku.

"Iyaa.... kakak tau Apa banyak duit tapi kakak juga sudah kaya Pa, jadi biar kakak saja yang memmeli tiket dan menyiapkan segalanya. Apa, Ama dan Adek tinggal tunggu beres saja" balasku menyombong. Tentu saja ini hanya lelucon. Aku sadar diri bahwa uang Apa lebih banyak dariku tapi sekarang aku ingin membahagiakan mereka. Aku bekerja untuk mereka juga. Oleh karena itu aku memaksa untuk mengurus semuanya dan ya tentu saja aku juga selalu mengirim uang dan barang-barang serta tiket liburan untuk mereka. Tak terkecuali untuk Adik dan Uni, aku hanya ingin berbagi apa yang aku punya dan membuat mereka bahagia meskipun hanya sederhana.

"Baiklah.. suka-suka kakak, yang bisa pergi cuma Apa, Ama dan Adek. Uni sedang ada pekerjaan yang tidak bisa diringgalkan dan lagi suaminya juga tidak libur." balas Apa padaku.

"Oke Pa, semua sudah kakak siapkan ya pa. Tiket pesawat dan angkutan bandara. Semua sudah kakak kirimkan ke email Apa, dan juga nanti saat transit Apa istirahat di lounge saja sembari makan. Tiket yang kakak belikan sudah mencakup itu semua." jelasku panjang lebar.

"Cerewat sekali anak Apa satu ini." balas Apaku singkat.

"Tentu saja Pa, kakak ingin yang terbaik untuk Apa dan semuanya. Apalagi ini perjalanan pertama Apa kesini. Biar betah dan nanti bisa sering main kesini hehe." aku cengengesan tak jelas pada Apa.

"Baiklah. Apa nanti akan bilang Ama dan Adek." balas Apa singkat.

"Ohiya Pa, nanti sampai disini kakak yang jemput ya., nanti kakak juga sewa satu mobil biar lebih lega" ucapku masih dengan semangat tinggi.

"Pakai kendaraan sewa saja kak, apa nanti tidak merepotkan kakak membawa triplets."balas Apa dengan nada khawatir.

"Tenang saja pa, mereka anteng kalau ada kakak, kan kakak pawangnya." balasku ceriwis.

"Enak saja pawang, kakak kira cucu Apa harimau." balas Apa judes padaku.

"Haha.., kurang lebih Pa., Apa tidaj tau saja mereka lebih parah hahahaha.. 😂😂😂" leluconku pada Apa.

"Kalau mereka harimau, kakak induk harimaunya. Apa tidak mau punya anak harimau." ucap Apa padaku.

"Benar juga ya, yasudah mereka anak kakak sana Pa, biar tidak ada harimau diantara kita." balasku kembali melucu.

"Haha.., baiklah. Sampai ketemu minggu depan. Jaga kesehatan kakak, jangan malas makan dan selalu rendah hati ya nak." nasehat Apa padaku.

"Iya Pa, makasi ya Pa. Apa juga jaga kesehatan. Kakak sayang Apa." balasku lembut.

"Apa juga sayang kakak, Assalamu'alaikum." salam Apa diseberang.

"Wa'alaikumsalam Pa." kuakhiri telpon itu.

-------------

Sementara di belahan dunia lain seorang pria usia 28 tahun tengah mempersiapkan perjalannya dalam beberapa minggu penerbangan. Pria yang tinggi dengan tubuh yang tegap berisi. Otot-otot lengan yang menyembul serta garis rahang yang tegas memperjelas keindahan makhluk itu.

Disampingnya berdiri seorang wanita dengan paras cantik dan tubuh semampai. Jelas saja dia adalah seorang pramugari di maskapai yang sama dengan lelaki itu bekerja.

"Babe, biar aku bantu kamu beberes ya.." ucapnya sembari mengambil alih tas.

"Udah deh Vina, kamu pelang saja bereskan barang-barang kamu. Bukannya kamu juga ada penerbangan nanti" balas laki-laki itu.

"Ih babe galak amat sih, sebentar lagi aku jadi istri kamu loh., jangan galak-galak dong" balas perempuan itu centil seraya mencoel manja dagu sang pria.

"Iya suka-suka kamu saja, minggir sana aku mau beres-beres sebentar lagi aku sudah harus berangkat" balas laki-laki tersebut jengah.

Ayyub Ghaliz Kaisar, seorang pilot utama dalam maskapai penerbangannya. Bahkan dalam usianya yang tergolong muda dia sudah menduduki posisi kepala pilot dengan segala prestasi dan dedikasinya pada pekerjaan.

Banyak wanita yang tergila-gila padanya tetapi sikap dinginnya membuat para wanita gigit jari, bahkan lebih memujanya walau tak bisa secara terang-terangan. Mata tajamnya selalu menusuk dibalik kaca mata hitam yang bertengger indah di pangkal hidungnya.

Para pramugari dan rekan pilot-pilot wanita lain tak ada yang berani mendekatinya secara langsung karena disebelahnya selalu ada wanita yang selalu bergelayut manja pada lengannya.

Elvina Sundari Ramis, pramugari senior sekaligus anak sahabat mamanya yang selalu menempel dan menekan hak milik padanya membuat sang pria malas untuk meladeni sikapnya dan hanya membiarkan saja selagi tidak melewati batas.

Bagus juga dia ada selagi menjadi satpam agar wanita-wanita yang ingin mendekatinya mundur teratur. Bagaimanapun dia terlalu memikirkan permasalahan ini, membiarkan saja mengalir apa adanya.

Vina adalah seorang wanita yang selalu menepel padanya. Dulu mereka adalah sahabat dekat. Sikapnya pun dulu tidak selalu posesif begini. Semua berubah semenjak 3 tahun lalu ketika Ayyub memutuskan menikah dengan gadis pilihannya. Semenjak dua setengah tahun belakangan semakin menjadi. Bahkan Vina memaksa Ayyub untuk menjalin hubungan dengannya walau hanya sebatas kekasih.

Berbagai macam carapun dia lakukan, termasuk memaksa orang tua dan saudara Ayyub untuk mendesaknya. Akhirnya dengan berat hati dan kecintaannya pada sang mama Ayyub menyetujui saja dengan syarat tidak mau lebih dari itu karena tidak mau memikirkan pernikahan dan fokus karir.

Jadilah sekarang dia memiliki bodyguard kemanapun dia pergi. Bahkan Vina terkadang berusaha meminta jadwal penerbangannya disesuaikan dengan Ayyub.

Minggu ini mereka akan melakukan penerbangan ke eropa. Mereka akan berhenti di Berlin untuk nanti melanjutkan perjalanan Spanis dan nanti berakhir di Skotlandia, tepatnya di Kota Edinburg.

Ini adalah penerbangan pertamanya ke Edinburg. Entah kenapa ada rasa yang lain dalam hatinya memikirkan untuk pergi kesana, selain karena kotanya indah, nilai sejarahnya masih lekat dan tentu saja dia ingin menjelajahi kota itu untuk beberapa hari liburannya.

Setelah menyelesaikan segala prosedur penerbangan pilot tampan itu masuk kedalam cokpit untuk mengecek pesawat yang nanti akan diterbangkanya. Segera dia menginstal flight plan dalam sistem dan mengecek mesin, bahan bakar dan segala kelengkapannya. Setelah melakukan cross check dibantu co-pilot maka saatnya mentiapkan hati sembari menunggu penumpang, awak kabin dan petugas bandara selesai.

Saatnya pesawat lepas landas, setelah mengabari petugas manara kontrol dan mendapatkan izin maka mulailah pilot itu menerbangkan burung besi raksasanya.

Penerbangan internasional itu sangat lama untung saja tidak ada kendala yang berarti hingga mereka mendarat di Berlin dengan selamat. Berbicara dengan berlin lebih baik aku menghubungi Sadiq sekalian menghindar dari Vina sebentar.

Setelah menghubungi sahabat karibnya itu, dia memutuskan untuk menunggu di bandara dan tidak ikut dalam mobil jemputan maskapai.

"Babe, kamu mau kemana sih, kenapa ga masuk ?" tanya Vina mulai posesif.

"Aku dijemput sahabat aku, kami sudah berjanji bertemu disini." balas Ayyub santai.

"Ih aku juga ikutan deh, teman kamu cowok apa cewek?" ucap Vina ngotot.

"Apaan sih Vina, teman aku cowok sahabat aku yang kerja disini, sudah deh ga usah merecok. Pulang saja ke hotel dengan yang lain." balas Ayyub jengah.

"Yaudah deh Babe, kamu hati-hati ya. Jangan lupa telpon aku. I Love you." balas vina lirih.

"Hmm." balas Ayyub sembari ngacir dari bus mereka.

 

Sejujurnya Ayyub telah malas untuk mengikuti semua keinginan Vina. Selain karena tidak mencintainya dia juga jengah meladeni sikapnya yang posesif dan selalu merajuk. Belum lagi jika sudah mengadu pada mamanya.

Namun apa ada, rasa cintanya pada sang mama membuatnya mencoba menjalani hubungan ini. Bahkan dorongan dari saudara\-saudaranya juga menyudutkan posisinya. Di satu sisi dia sangat mencintai istrinya ah entahlah sekarang masih bisa disebut istri, sementara di sisi lain dia harus berbakti pada mama yang telah melahirkan dan membesarkannya. Ditambah lagi dengan pernyataan saudara\-saudaranya yang mengatakan bahwa istrinya bukanlah wanita baik yang malas dan bahkan meninggalkannya.

 

Alasan inilah yang membuat dia menyerah atas kehidupan cintanya, walaupun sampai sekarang hati kecilnya masih tidak mempercayai istrinya adalah wanita yang buruk tetapi pikirannya telah diracuni oleh opini mama dan saudara-saudaranya bahkan Vina sengaja dihadirkan untuk mengusir istrinya. Untuk saat ini dia tidak mau memikirkan apapun membiarkan saja semua berjalan sebagai mestinya. Bukan tanpa alasan, karena kini hatinya telah mati.

"Udah lama Joub ?" sapa seorang pria yang mengusik lamunannya.

"Eh., apa kabar lo Syid, belum lama gue" balas Ayyub sembari merangkul ala cowok.

"Mikir apaan lo, jauh banget kelihatannya." Seru Sadiq yang kerap kali dipanggil Syid oleh sahabatnya itu.

"Ah ga ada gue cuma menikamati udara malam Berlin, yok cabut gue butuh istirahat ntar kita nongkrong. Udah kangen gue sama lo." balasnya langsung berdiri.

"Yaudah deh seroh lo, nginap aja di tempat gue, masih nyaman ini gak kalah sama hotel lo." seru Sadiq pada Ayyub.

"Yaudah, yuk buru" balasnya singkat.

 

Merekapun berjalan menuju parkiran bandara dan berkendara menuju apartement sahabatnya itu. Di dalam mobil kembali mereka berbincang mengenai masa lalu. Hingga sampailah pada pembahasan inti.

 

"Ngomong-ngomong soal Neera, lo udah yakin lepasin dia gitu aja ?" tanya Sadiq. Sejenak terdengar helaan napas panjang dari sahabatnya itu.

"Dibilang nyerah gue masih berusaha buat nyari dia, dibilang enggak gue juga udah gak tau lagi mesti gimana ?" balas pria itu pasrah.

"Loe gak usaha tanya ke orang tuanya gitu, atau ke saudaranya ?" seru Sadiq

"Gue terlalu malu untuk datangi rumah orang tuanya, lo tau sendiri dulu gimana gue usaha sama bokapnya buat izinin gue nikahin anaknya, sekarang anaknya malah pergi ga tau kemana" jawaban lirih dari bibirnya yang sendu.

"Sempat gue tanya saudaranya mereka bilang gak tau, dia cuma izin pergi kerja tapi gak tau tepatnya dimana." tambahnya lagi.

"Loe ga coba intai itu keluarganya, mana tau nyokapnya datangin dia, nah loe tau tu dimana dia berada." tutur Sadiq memberikan pendapatnya.

"Udah gue coba, gak ada pergerakan sama sekali. Bahkan gue juga usah nyogok sepupunya buat ngomong, sama aja mereka gak tau apa-apa."lirih Ayyub sembari melihat keluar jendela.

Terpopuler

Comments

Fhebrie

Fhebrie

kenapa bacanya jadi bosan ya selain babnya kepanjangan ceritanya juga masih di tempat saja jadi ga semangat

2023-11-09

0

KomaLia

KomaLia

kaya nya kurang semangat baca nya

2020-07-07

0

Ninik Purnami

Ninik Purnami

sepertinya seru

2020-05-31

1

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 BAB 1
3 BAB 2
4 BAB 3
5 BAB 4
6 BAB 5
7 BAB 6
8 BAB 7
9 BAB 8
10 BAB 9
11 BAB 10
12 BAB 11
13 BAB 12
14 BAB 13
15 BAB 14
16 BAB 15
17 BAB 16
18 BAB 17
19 BAB 18
20 BAB 19
21 BAB 20
22 BAB 21
23 BAB 22
24 BAB 23
25 BAB 24
26 BAB 25
27 BAB 26
28 BAB 27
29 BAB 28
30 BAB 29
31 BAB 30
32 BAB 31
33 BAB 32
34 BAB 33
35 BAB 34
36 BAB 35
37 BAB 36
38 BAB 37
39 BAB 38
40 BAB 39
41 BAB 40
42 BAB 41
43 BAB 42
44 BAB 43
45 BAB 44
46 BAB 45
47 BAB 46
48 BAB 47
49 BAB 48
50 BAB 49
51 BAB 50
52 BAB 51
53 BAB 52
54 BAB 53
55 BAB 54
56 BAB 55
57 BAB 56
58 BAB 57
59 BAB 58
60 BAB 59
61 BAB 60
62 BAB 61
63 BAB 62
64 BAB 63
65 BAB 64
66 BAB 65
67 BAB 66
68 BAB 67
69 BAB 68
70 BAB 69
71 BAB 70
72 BAB 71
73 BAB 72
74 BAB 73
75 BAB 74
76 BAB 75
77 BAB 76
78 BAB 77
79 BAB 78
80 BAB 79
81 BAB 80
82 BAB 81
83 BAB 82
84 BAB 83
85 BAB 84
86 BAB 85
87 BAB 86
88 BAB 87
89 BAB 88
90 BAB 89
91 BAB 90
92 BAB 91
93 BAB 92
94 BAB 93
95 BAB 94
96 BAB 95
97 BAB 96
98 BAB 97
99 BAB 98
100 BAB 99
101 BAB 100
102 BAB 101
103 BAB 102
104 BAB 103
105 BAB 104
106 BAB 105
107 BAB 106
108 BAB 107
109 BAB 108
110 BAB 109
111 BAB 110
112 BAB 111
113 BAB 112
114 BAB 113
115 BAB 114
116 BAB 115
117 BAB 116
118 BAB 117
119 BAB 118
120 BAB 119
121 BAB 120
122 BAB 121
123 BAB 122
124 BAB 123
125 BAB 124
126 BAB 125
127 BAB 126
128 BAB 127
129 BAB 128
130 BAB 129
131 BAB 130
132 BAB 131
133 BAB 132
134 BAB 133
135 BAB 134
136 BAB 135
137 BAB 136
138 BAB 137
139 BAB 138
140 BAB 139
141 BAB 140
142 BAB 141
143 BAB 142
144 BAB 143
145 BAB 144
146 BAB 145
147 BAB 146
148 BAB 147
149 BAB 148
150 BAB 149
151 BAB 150
152 BAB 151
153 BAB 152
154 BAB 153
155 BAB 154
156 BAB 155
157 BAB 156
158 BAB 157
159 BAB 158
160 BAB 159
161 BAB 160
162 BAB 161
163 BAB 162
164 BAB 163
165 BAB 164
166 BAB 165
167 BAB 166
168 BAB 167
169 BAB 168
170 BAB 169
171 BAB 170
172 BAB 171
173 BAB 172
174 BAB 173
175 BAB 174
176 BAB 175
177 BAB 176
178 BAB 177
179 BAB 178
180 BAB 179
181 BAB 180
182 BAB 181
183 BAB 182
184 BAB 183
185 BAB 184
186 BAB 185
187 BAB 186
188 BAB 187
189 BAB 188
190 BAB 189
191 BAB 190
192 BAB 191
193 BAB 192
194 BAB 193
195 BAB 194
196 BAB 195
197 BAB 196
198 BAB 197
199 BAB 198
200 BAB 199
201 BAB 200
202 BAB 201
203 BAB 202
204 BAB 203
205 BAB 204
206 BAB 205
207 BAB 206
208 BAB 207
209 BAB 208
210 BAB 209
211 BAB 210
212 BAB 211
213 BAB 212
214 BAB 213
215 BAB 214
216 BAB 215
217 BAB 216
218 BAB 217
219 BAB 218
220 BAB 219
221 BAB 220
222 BAB 221
223 BAB 222
224 BAB 223
225 BAB 224
226 BAB 225
227 BAB 226
228 BAB 227
229 BAB 228
230 BAB 229
231 BAB 230
232 BAB 231
233 BAB 232
234 BAB 233
235 BAB 234
236 BAB 235
237 BAB 236
238 BAB 237
239 BAB 238
240 BAB 239
241 BAB 240
242 BAB 241
243 BAB 242
244 BAB 243
245 BAB 244
246 BAB 245
247 BAB 246
248 BAB 247
249 BAB 248
250 BAB 249
251 BAB 250
252 BAB 251
253 BAB 252
254 BAB 253
255 BAB 254
256 BAB 255
257 BAB 256
258 BAB 257
259 BAB 258
260 BAB 259
261 BAB 260
262 BAB 261
263 BAB 262
264 BAB 263
265 BAB 264
266 BAB 265
267 BAB 266
268 BAB 267
269 BAB 268
Episodes

Updated 269 Episodes

1
PROLOG
2
BAB 1
3
BAB 2
4
BAB 3
5
BAB 4
6
BAB 5
7
BAB 6
8
BAB 7
9
BAB 8
10
BAB 9
11
BAB 10
12
BAB 11
13
BAB 12
14
BAB 13
15
BAB 14
16
BAB 15
17
BAB 16
18
BAB 17
19
BAB 18
20
BAB 19
21
BAB 20
22
BAB 21
23
BAB 22
24
BAB 23
25
BAB 24
26
BAB 25
27
BAB 26
28
BAB 27
29
BAB 28
30
BAB 29
31
BAB 30
32
BAB 31
33
BAB 32
34
BAB 33
35
BAB 34
36
BAB 35
37
BAB 36
38
BAB 37
39
BAB 38
40
BAB 39
41
BAB 40
42
BAB 41
43
BAB 42
44
BAB 43
45
BAB 44
46
BAB 45
47
BAB 46
48
BAB 47
49
BAB 48
50
BAB 49
51
BAB 50
52
BAB 51
53
BAB 52
54
BAB 53
55
BAB 54
56
BAB 55
57
BAB 56
58
BAB 57
59
BAB 58
60
BAB 59
61
BAB 60
62
BAB 61
63
BAB 62
64
BAB 63
65
BAB 64
66
BAB 65
67
BAB 66
68
BAB 67
69
BAB 68
70
BAB 69
71
BAB 70
72
BAB 71
73
BAB 72
74
BAB 73
75
BAB 74
76
BAB 75
77
BAB 76
78
BAB 77
79
BAB 78
80
BAB 79
81
BAB 80
82
BAB 81
83
BAB 82
84
BAB 83
85
BAB 84
86
BAB 85
87
BAB 86
88
BAB 87
89
BAB 88
90
BAB 89
91
BAB 90
92
BAB 91
93
BAB 92
94
BAB 93
95
BAB 94
96
BAB 95
97
BAB 96
98
BAB 97
99
BAB 98
100
BAB 99
101
BAB 100
102
BAB 101
103
BAB 102
104
BAB 103
105
BAB 104
106
BAB 105
107
BAB 106
108
BAB 107
109
BAB 108
110
BAB 109
111
BAB 110
112
BAB 111
113
BAB 112
114
BAB 113
115
BAB 114
116
BAB 115
117
BAB 116
118
BAB 117
119
BAB 118
120
BAB 119
121
BAB 120
122
BAB 121
123
BAB 122
124
BAB 123
125
BAB 124
126
BAB 125
127
BAB 126
128
BAB 127
129
BAB 128
130
BAB 129
131
BAB 130
132
BAB 131
133
BAB 132
134
BAB 133
135
BAB 134
136
BAB 135
137
BAB 136
138
BAB 137
139
BAB 138
140
BAB 139
141
BAB 140
142
BAB 141
143
BAB 142
144
BAB 143
145
BAB 144
146
BAB 145
147
BAB 146
148
BAB 147
149
BAB 148
150
BAB 149
151
BAB 150
152
BAB 151
153
BAB 152
154
BAB 153
155
BAB 154
156
BAB 155
157
BAB 156
158
BAB 157
159
BAB 158
160
BAB 159
161
BAB 160
162
BAB 161
163
BAB 162
164
BAB 163
165
BAB 164
166
BAB 165
167
BAB 166
168
BAB 167
169
BAB 168
170
BAB 169
171
BAB 170
172
BAB 171
173
BAB 172
174
BAB 173
175
BAB 174
176
BAB 175
177
BAB 176
178
BAB 177
179
BAB 178
180
BAB 179
181
BAB 180
182
BAB 181
183
BAB 182
184
BAB 183
185
BAB 184
186
BAB 185
187
BAB 186
188
BAB 187
189
BAB 188
190
BAB 189
191
BAB 190
192
BAB 191
193
BAB 192
194
BAB 193
195
BAB 194
196
BAB 195
197
BAB 196
198
BAB 197
199
BAB 198
200
BAB 199
201
BAB 200
202
BAB 201
203
BAB 202
204
BAB 203
205
BAB 204
206
BAB 205
207
BAB 206
208
BAB 207
209
BAB 208
210
BAB 209
211
BAB 210
212
BAB 211
213
BAB 212
214
BAB 213
215
BAB 214
216
BAB 215
217
BAB 216
218
BAB 217
219
BAB 218
220
BAB 219
221
BAB 220
222
BAB 221
223
BAB 222
224
BAB 223
225
BAB 224
226
BAB 225
227
BAB 226
228
BAB 227
229
BAB 228
230
BAB 229
231
BAB 230
232
BAB 231
233
BAB 232
234
BAB 233
235
BAB 234
236
BAB 235
237
BAB 236
238
BAB 237
239
BAB 238
240
BAB 239
241
BAB 240
242
BAB 241
243
BAB 242
244
BAB 243
245
BAB 244
246
BAB 245
247
BAB 246
248
BAB 247
249
BAB 248
250
BAB 249
251
BAB 250
252
BAB 251
253
BAB 252
254
BAB 253
255
BAB 254
256
BAB 255
257
BAB 256
258
BAB 257
259
BAB 258
260
BAB 259
261
BAB 260
262
BAB 261
263
BAB 262
264
BAB 263
265
BAB 264
266
BAB 265
267
BAB 266
268
BAB 267
269
BAB 268

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!