Setelah puas berbincang bersama, Becca dan kedua sahabatnya kembali pulang. Sekarang mereka sedang berada di dalam mobil. Malam semakin larut, jalanan pun terlihat sepi. Gelap dan dinginnya malam sedikit membuat badan Becca sedikit merinding.
Ben tampak menyetir dengan tenang, sedangkan Tara sudah asyik menjelajahi alam mimpinya. Sepertinya gadis bertubuh berisi itu memang sudah kelelahan sedari tadi. Becca yang sempat melihatnya ke belakang tersenyum tipis.
"Kau kenapa?" tanya Ben, memecah kesunyian yang terjadi selang beberapa saat.
"Aku hanya senang bisa berkumpul dengan kalian lagi," tutur Becca sembari memfokuskan sorot matanya ke depan.
"Sama." Ben menyahut singkat.
"Kau masih sama seperti dahulu, tetap agak pendiam dan menutup diri. Aku bahkan tidak tahu apakah kau baik-baik saja." Becca menatap serius ke arah Ben.
"Aku memang baik-baik saja." Ben memaksakan dirinya tersenyum. Padahal sebenarnya keluarganya sedang diterpa masalah keuangan. Makanya Ben sedang bekerja keras untuk mendapatkan lebih banyak uang.
Becca yang mendengar menghela nafas panjangnya dan berucap, "Aku harap begit--"
Bruk! Syuuut!
Tiba-tiba seorang gadis menyeberang tanpa aba-aba. Ben hampir saja menabraknya. Namun untung saja kaki lelaki itu reflek menginjak rem, sehingga kejadian buruk tidak terjadi. Tara yang tadinya tertidur pulas, langsung bangun dengan gelagapan.
"I'm so sorry!" ujar gadis misterius yang masih berdiri di depan mobil. Rambutnya berwarna cokelat sama seperti warna iris matanya. Dari wajah dan tinggi badannya, sepertinya ia seumuran dengan Jonas.
Gadis tersebut terlihat buru-buru. Setelah tidak sengaja hampir tertabrak, ia segera berlari menuju perumahan yang ada di bagian kanan. Penampakannya menghilang dalam sekejap.
"Apa-apaan dia!" geram Tara yang merasa terganggu dengan kemunculan gadis misterius itu.
"Sepertinya dia sedang lari dari sesuatu!" tebak Ben seraya kembali menjalankan mobilnya pelan.
"Aku rasa begitu. Tetapi tidak ada yang mengejarnya kok!" Becca menyahut.
"Sudah! jangan dipikirkan, memusingkan kepala saja!" ujar Tara sembari kembali menyenderkan tubuhnya.
Setelah melewati beberapa menit, Becca tiba di rumahnya. Dia berniat ingin membersihkan badan sebelum benar-benar beristirahat. Kala itu, Becca sedang menatap keluar jendela, yang mana posisinya sekarang tepat menghadap rumah Jack. Tanpa sengaja gadis tersebut menyaksikan Jack sedang menyeret sesuatu. Dia bisa melihatnya, karena Jack belum menutup tirai jendela.
Deg!
Pikiran Becca mulai kemana-mana, dia terpaku menatap apa yang sedang Jack lakukan. Namun tanpa diduga, Jack mendadak menoleh ke arahnya. Becca sontak dibuat begitu kaget. Gadis tersebut lekas-lekas menutup tirai jendelanya yang juga kebetulan belum ditutup.
"Sial!" Becca menepuk jidatnya sendiri. Dia tertangkap basah oleh Jack.
'Kira-kira apa yang sedang diseret Jack di lantai. Mungkinkah... jangan-jangan...' batin Becca yang merasa curiga. Jantungnya berdetak tidak beraturan akibat kena pergokan Jack tadi.
"Ugh! sudahlah Becca, jangan berpikir berlebihan. Lebih baik mandi dan segera beristirahat!" gumam Becca yang berusaha berpikir positif. Dia tidak ingin terlalu cepat mengambil keputusan.
Keesokan harinya, tepatnya ketika David tengah bersiap-siap pergi untuk bekerja. Jack mengetuk pintu rumah dan datang menyapa. David yang selalu ramah, menyambutnya dengan baik. Jack membawakan sekantong plastik buah-buahan untuk keluarga Green.
"Apa ini? kau tidak perlu repot-repot Jack!" ucap David seraya mempersilahkan Jack duduk. Lalu menyambut buah tangan pemberian Jack.
"Aku sedang menyapa beberapa tetangga di sini. Aku harap bisa diterima dengan baik di lingkungan ini." Jack bertutur kata lembut. Dia berhasil membuat David kagum akan keramah tamahannya.
"Tentu saja kau akan diterima. Apalagi wajah tampanmu itu sudah berhasil menarik perhatian para istri teman-temanku yang tinggal di sekitar sini, haha!" David bermaksud bercanda. Ada terselip pujian dalam sela-sela kalimatnya.
Jack menggeleng malu sambil ikut tertawa bersama David. "Jangan bicara seperti itu Tuan Green, kau terlalu berlebihan," responnya.
Jonas terlihat baru saja turun dari tangga. Dia sudah siap hendak pergi ke sekolah. Sebelum itu, dia menyabet roti dan selai yang sudah tersedia di meja makan.
"Kenalkan dia Jonas, anakku yang kedua!" ujar David memperkenalkan.
"Hai Jonas!" sapa Jack sambil mengangkat sebelah tangannya.
"Hai Jack!" balas Jonas.
"Kau tahu namaku?" Jack mengernyitkan kening.
"Aku tadi mendengar ayah memanggilmu Jack," terang Jonas.
"Oh iya, kau benar!"
"Ayo Ayah kita berangkat, aku sudah terlambat!" desak Jonas kepada David, seraya menyumpal mulutnya dengan roti.
"Kau sepertinya anak teladan Jonas!" puji Jack, yang sontak membuat Jonas tersenyum lebar.
Becca mendadak muncul sambil menuruni anak tangga. Dia berjalan dengan sempoyongan. Matanya masih sangat mengantuk, rambut dan bajunya tampak acak-acakan. Dia masih mengenakan singlet putih dan celana pendek berwarna hitam.
"Becca, kau baru saja bangun?" David menatap penuh harap ke arah Becca. Namun anak sulungnya tersebut terlihat tak acuh. Dia hanya berjalan menuju lemari es karena berniat ingin meminum susu.
Jack menatap serius ke arah Becca, wajahnya hampir meringis. Sebab ia merasa heran dengan penampilan Becca yang terbilang tidak sesuai dengan kesan perempuan pada umumnya.
"Kenalkan, dia Becca, anakku yang pertama." David kembali memperkenalkan, tetapi kali ini semburat diwajahnya tampak memaksakan diri untuk tersenyum. Dia merasa sangat malu dengan penampilan berantakan yang tengah ditunjukkan putrinya.
Sebenarnya Becca hanya masih belum sepenuhnya sadar. Perutnya yang belum di isi sejak kemarin melakukan protes. Sehingga insting Becca pun terhipnotis untuk berjalan menuju gudang makanan. Tepatnya menuju ke arah dapur, tempat kulkasnya diletakkan. Suara teguran David terdengar samar-samar melintasi kedua telinganya.
Glek! glek! glek!
Becca sekarang menenggak susu langsung dari kotaknya. Sebelah tangannya reflek menggaruk pantatnya yang gatal. Jujur saja, dia belum mengetahui ada tiga orang lelaki sedang terheran-heran memperhatikan kelakuannya.
"Becca, penampilanmu seperti orang yang baru keluar dari rumah sakit jiwa!" kritik Jonas yang merasa jijik melihat kelakuan sang kakak.
"Cuh!" Becca yang kesal dengan ejekan Jonas, sengaja menyemburkan susu yang ada dalam mulutnya ke arah sang adik. Namun bukannya mengenai Jonas, semburannya malah mengenai wajah Jack yang sedari tadi duduk dengan tenang.
"Pfffft!" Jonas tak kuasa menahan tawa, dia segera berlari keluar rumah untuk kabur dari ledakan amarah Becca. "Ayah cepat! aku menunggu di luar!" ucapnya seraya berlari menuju pintu keluar.
Becca sekarang melihat keberadaan Jack di hadapannya. Matanya sontak terbelalak akibat merasakan malu yang teramat sangat.
"Becca! apa yang kau lakukan!" geram David sambil mengambilkan kain lap untuk Jack.
"Maaf, aku tidak sengaja Jack. Aku pikir seranganku mengenai Jonas!" Becca meminta maaf dengan gelagapan akibat kebingungan harus bertindak bagaimana. Dia merasa sangat malu dan bersalah.
"Tidak apa-apa Becca!" sahut Jack tersenyum sembari mengambil kain lap yang disodorkan David. Kemudian mengelap wajahnya dengan bersih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Hayaku Gaya
Hayoloh apa yang di bawa Jack.. eh eh dont negatif Thinking ..😌
2021-06-15
1