Setelah berkeliling setengah jam lebih, tiba-tiba ponsel Ben berdering. Ia mendapatkan panggilan mendesak dari atasannya. Lelaki itu disuruh bergegas untuk kembali lagi ke kantor. Ben bekerja di sebuah perusahaan surat kabar swasta di Lousiana.
"Kau bisa turunkan aku di sini jika merasa terdesak!" Becca memberikan saran.
"Tidak! aku akan mengantarkanmu pulang lebih dahulu." Ben bersikeras sembari memutar mobillnya untuk kembali ke rumah Becca.
"Hahh! aku tidak bertanggung jawab ya kalau kau mendapat masalah!" sinis Becca sambil menyilangkan tangan di depan dada.
"Masalah itu, aku bisa mengurusnya sendiri." Ben mengukir senyuman tak berdosa.
"Terserah!" balas Becca.
Setelah memakan waktu lumayan lama, akhirnya Ben dan Becca tiba di tempat tujuan. Tanpa basa basi Becca segera turun dari mobil, agar Ben bisa cepat-cepat kembali ke kantornya.
"Cepat pergi sana!" titah Becca seraya melakukan pose mengusir dengan gerakan tangannya.
"Begitukah caramu mengucapkan terima kasih?" tukas Ben.
"Ya sudah. Terima kasih." Becca memaksakan dirinya untuk tersenyum.
"Oke, sampai jumpa nanti malam!" balas Ben sambil menutup kaca mobilnya, lalu berlalu begitu saja.
'Sekarang lebih baik aku tiduran saja di kamar,' niat Becca dalam hatinya.
Kala itu terdapat mobil yang berhenti secara perlahan tepat di depan sebelah rumah Becca. Alhasil Becca pun reflek menghentikan langkah kakinya.
Ternyata orang yang ada di dalam mobil adalah Charlie, sang pemilik rumah kosong. Dia melebarkan matanya ketika menyaksikan kehadiran Becca di depan mata.
"Becca? apa itu kau?" tanya Charlie, yang sekarang menyipitkan matanya. Dia lelaki yang sudah berumur enam puluh delapan tahun, jadi wajar ketajaman indera penglihatannya mulai memudar. Meskipun begitu dia memiliki tubuh yang terbilang bugar.
"Hai Charlie! kau benar, ini aku Becca!" sapa Becca. Dia berjalan menghampiri Charlie.
"Apa kau baru saja sampai ke sini?" tanya Charlie.
"Iya, beberapa jam lalu. Ngomong-ngomong kau akan mendiami rumah ini lagi?"
Charlie menggeleng tegas. "Tidak, cuman akan ada orang baru yang akan tinggal di sini. Jadi hari ini aku berniat membereskan rumahnya!" tuturnya sambil berjalan berbarengan dengan Becca.
"Kau perlu bantuan?" ujar Becca.
"Aku tidak ingin merepotkanmu, apalagi kau baru selesai melakukan perjalanan yang lumayan jauh," sahut Charlie yang sudah berdiri di depan pintu.
"Aku juga akan mengajak Jonas kalau perlu!" balas Becca seraya memasukkan kedua tangan ke kantong jaket hodienya.
"Sudahlah, jangan mengganggu adikmu!" ujar Charlie. Dia terlihat mencari-cari sesuatu di saku celananya.
"Kau lupa lagi? ayolah Charlie, karena itulah aku berusaha membantumu." Becca menggeleng tak percaya, lalu berlari menuju mobil Charlie. Dia tahu betul lelaki tua tersebut mencari-cari kunci rumahnya.
"Dapat!" Becca tersenyum senang kala menemukan kunci rumah yang dicarinya. Untungnya kuncinya tersimpan rapi di laci dashboard mobil. Gadis itu pun langsung menunjukkan kuncinya kepada Charlie.
"Haha! terima kasih Becca!" ucap Charlie yang sebenarnya merasa malu dengan dirinya sendiri.
"Kau harus menjalankan kehidupan yang lebih sehat dari sekarang, agar tidak mengalami demensia. Kebiasaan lupa-mu semakin parah tuan Brown," imbuh Becca yang sudah menghampiri keberadaan Charlie.
"Aku akan berusaha, terima kasih sudah memperhatikanku," jawab Charlie sembari memasukkan kunci ke lubang pintu. Posisinya membelakangi Becca.
"Aku akan memanggil Jonas dahulu ke rumah!" sebelum mendengar persetujuan Charlie, Becca sudah lebih dahulu berlari memasuki rumahnya.
"Sudah kubila--" Charlie langsung menjeda ucapannya kala melihat Becca sudah berlari memasuki rumah. Dia sekarang hanya bisa menggeleng tak percaya. "Dasar gadis itu, tak pernah berubah!" komentarnya.
Bruk!
Becca membanting pintu kamar Jonas dengan sengaja. Namun dahinya langsung berkerut tatkala tidak menyaksikan kehadiran sang adik.
"Jonas?" sekarang Becca menelusuri kamar adiknya. 'Mungkin saja dia bersembunyi,' pikirnya. Dia mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan.
Becca menghela nafas panjang, karena tidak berhasil menemukan Jonas. Dia akhirnya kembali lagi mendatangi Charlie sendirian.
Charlie terlihat sudah sibuk memainkan mesin penghisap debu di ruang tamu. Dia langsung menghentikan aktifitasnya ketika melihat kemunculan Becca.
"Sudah kubilang kau tidak perlu repot-repot begini!" Charlie menegaskan.
"Biar aku tanya kepadamu tuan Brown, berapa jam kau akan membersihkan semuanya seorang diri?" balas Becca seraya melakukan pose berkacak pinggang.
"Mungkin sekitar tiga jam lebih?" Charlie memiringkan kepalanya karena mencoba mengira-ngira.
"Berarti jika aku membantu, kemungkinan kau akan selesai dalam dua jam. Atau mungkin satu jam pun cukup!" ucap Becca percaya diri. Kemudian segera mengambil alat pembersih untuk dibawa.
"Ya sudah kalau kau memang memaksa, aku tak bisa melarang!" sahut Charlie sembari mengulurkan kedua tangannya.
"Kau belum membersihkan lantai dua kan?" tanya Becca yang tengah mendongakkan kepalanya ke atas.
"Belum, kau bisa mengambil alihnya!"
"Oke Charlie!" Becca segera berjalan menaiki tangga sambil membawa sapu dan alat pel lantai.
Becca membersihkan lantai dan debu dengan cekatan. Dia sebenarnya membersihkan dengan asal-asalan, yang terpenting untuknya adalah terlihat bersih.
Ketika memasuki sebuah kamar, Becca tidak sengaja menyaksikan penampakan sebuah kasur. Dia tak kuasa menahan diri untuk tidak merebahkan tubuhnya. Apalagi kasur di hadapannya terlihat empuk dan nyaman. Tanpa pikir panjang gadis tersebut langsung merebahkan dirinya, lagi pula dia juga sudah menyelesaikan pekerjaannya.
Di sisi lain, Charlie sudah selesai membereskan rumah di bagian lantai pertama. Lelaki itu sekarang tengah keluar untuk membuang beberapa barang tak berguna. Tanpa diduga sebuah mobil cadillac perlahan berhenti di depan rumah yang akan disewakannya.
Lelaki jangkung yang ada di dalam mobil pun keluar. Dia adalah Jack, orang yang akan menyewa rumah Charlie.
"Jack! kenapa kau datang sangat cepat? bukankah besok? atau aku yang lupa?" tanya Charlie sambil bergegas menghampiri.
Jack menatap bingung Charlie. "Tidak tuan Brown, aku memang akan datang hari ini." jelas Jack sembari tersenyum tipis.
"Maafkan aku, sepertinya aku yang lupa," Charlie menunduk kecewa.
Jack tersenyum tipis dan berucap, "Tidak masalah, yang penting kita bertemu sekarang." Dia pun segera mengambil barang-barangnya di bagasi.
"Tapi, aku belum membereskan rumah sepenuhnya!" tutur Charlie.
"Tenang saja Charlie, aku sangat ahli membereskan rumah." Jack mengungkapkan. Alhasil Charlie pun tidak punya pilihan lain selain setuju. Dia segera membantu Jack membawa barang-barang masuk ke dalam rumah.
Di saat sedang sibuk beres-beres, tiba-tiba Charlie mendapatkan panggilan telepon dari putrinya. Setelah mendapatkan panggilan tersebut, Charlie terlihat ingin lekas-lekas pulang.
"Maafkan aku Jack! aku lupa menjemput cucuku, aku janji akan segera kembali!" ungkap Charlie yang sebenarnya merasa tak enak. Namun Jack sama sekali tidak mempermasalahkannya. Charlie pun telah pergi dengan mengendarai mobilnya.
Jack tampak mendengus kasar. Dia sekarang melangkahkan kaki menaiki anak tangga. Namun ketika dia memasuki sebuah kamar, dirinya menemukan seorang gadis sedang tertidur pulas.
...***...
Catatan : Demensia adalah istilah psikologis hilangnya memori jangka panjang yang sering terjadi pada orang tua. Atau lebih sering disebut pikun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Euis Damayanti
dia datang dia datang.....☺️
2021-09-07
2
Hayaku Gaya
Wah si misterius muncul.. uuu
2021-06-15
1