Ceklek!
Seorang gadis membuka pintu dengan pelan. Perlahan kepalanya muncul untuk memeriksa orang yang ada di rumah. Jonas yang kebetulan melihat lantas segera menyapanya.
"Tara?" dahi Jonas mengerut.
"Halo Jonas!" balas Tara sembari membuka pintu lebih lebar, kemudian melangkahkan kaki untuk masuk. Di belakangnya terlihat Ben tengah sibuk dengan gawai-nya.
"Pasti mencari Becca kan?" tebak Jonas yakin.
"Iya, kami--"
"Wah, lihat! siapa yang datang, ayo makan malam dahulu bersama kami," tawar David yang baru saja muncul dari arah dapur. Lelaki paruh baya tersebut tidak sengaja memotong pembicaraan Tara. Dia terlihat sedang memegangi segelas kopi.
Tak! tak! tak!
Suara langkah kaki terdengar dari tangga. Beberapa saat kemudian muncullah Becca dengan wajah cemberut. Dia segera mengajak Tara dan Ben keluar dari rumah.
"Eh, aku belum selesai bicara dengan ayahmu!" protes Tara, yang merasa tak enak pada David. Namun Becca sama sekali tidak menggubrisnya, dia hanya lekas-lekas keluar dari rumah dan menutup pintu rapat-rapat.
David yang menyaksikan kelakuan putrinya hanya mampu terdiam seribu bahasa. Kepalanya perlahan menunduk. Jonas yang tidak tahan lagi melihat raut wajah sendu ayahnya segera bergegas berjalan menuju kamarnya. Dia sudah lelah menjadi penengah di antara pertikaian yang terjadi pada ayah dan kakaknya.
"Kau kenapa malah mengusir kami?!" Ben ikut melakukan protes seperti Tara.
"Aku bosan terus-terusan berada di rumah. Ayo kita pergi ke cafe Tara saja!" ajak Becca. Kala itu dia dan kedua temannya tidak sengaja menyaksikan kemunculan Jack yang baru saja keluar dari rumahnya.
"Wow, itu siapa?" tanya Tara yang terpaku pada wajah rupawan dari seorang Jack. Matanya menampakkan binar kagum.
"Jack." Becca menjawab singkat.
Plak!
Tara memukul pundak Becca tanpa alasan dan berucap, "Sejak kapan makhluk tampan itu tinggal di sebelah rumahmu?"
"Apa? tampan? dia lebih terlihat seperti penjahat!" Ben menyahut dengan sinis. Pernyataannya itu sontak membuatnya langsung mendapatkan tatapan tajam dari Tara.
"Aku setuju dengan Ben. Lihat saja gayanya, seperti lelaki yang berasal dari tahun 90-an!" komentar Becca, yang sontak membuat Ben tersenyum puas. Keduanya berjalan lebih dahulu menuju mobil.
"Hai Jack!" tanpa diduga Tara melambaikan tangannya ke arah Jack.
"Gila tuh anak!" Becca meringiskan wajah. Jack menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Tara. Dia tersenyum tipis.
"Aku Tara, dan--"
"Bisakah kau hentikan, ayo kita pergi!" Becca menyeret Tara untuk ikut bersamanya, dan berhasil membuat ucapan sahabatnya terpotong.
"Sialan kau Becca! aku belum selesai!" protes Tara, yang terpaksa menggerakkan kakinya karena seretan Becca.
"Becca, kau mau kemana?" Jack mendadak bersuara. Becca dan Tara sontak mengalihkan atensinya kepada Jack.
"Ke pusat kota!" sahut Becca dengan senyum yang dipaksakan.
"Berhati-hatilah!" Jack mengacungkan jempolnya sambil meneruskan jalannya.
"Dia terlihat ramah!" Tara memanyunkan mulutnya.
"Ayo cepat masuk!" desak Ben yang sedari tadi menunggu di depan setir mobilnya.
Pada akhirnya Becca dan Tara pun masuk ke dalam mobil. Tara terlihat memilih duduk di belakang. Hingga menyebabkan Becca tak punya pilihan lain selain duduk di sebelah Ben.
"Si Jack dia memang ramah, tetapi aku merasa ada yang janggal dengannya," celetuk Becca.
"Apa salahnya bersikap ramah? bukankah itu yang harus dilakukan jika kita berada di lingkungan baru. Jack melakukan yang seharusnya!" Tara berpendapat.
"Entahlah! aku hanya berfirasat." Becca menggidikkan bahu.
"Sudahlah, jangan dipikirkan. Yang penting dia tidak melakukan hal buruk kepadamu," ujar Ben tenang.
"Ngomong-ngomong apa kau sudah punya pacar Ben?" tanya Becca tiba-tiba. Hingga membuat Ben reflek menginjak remnya. Kedua teman perempuannya sontak tersentak, untung saja mereka mengenakan sabuk pengaman, sehingga kepalanya tidak menimpuk benda keras.
"Ben!" geram Becca dan Tara. Mereka menyebutkan satu kata secara bersamaan. Keduanya sama-sama melayangkan pelototan tajam ke arah Ben.
"Sorry!" sahut Ben enggan, lalu menjalankan mobilnya lagi.
"Nona Green!" panggil Tara. Dan menyebabkan Becca langsung menoleh ke arahnya.
"Aku tahu alasan Ben sangat terkejut dengan pertanyaanmu tadi!"
"Apa?"
"Dia--"
BIIIIP!
Ben menekan tombol klakson sebelum Tara sempat bicara.
"Ben, dia--"
BIIIIIP!
Lagi-lagi Ben menekan klakson mobilnya. Dia melakukannya karena mengira Tara akan memberitahukan mengenai perasaannya. Sebab Tara tahu kalau Ben sudah lama memendam rasa cinta kepada Becca.
Plak!
Ben mendapatkan geplakan dari Becca di kepala.
"Aaa!" Ben tampak memegangi area kepalanya yang sakit. Tara yang menyaksikan gelagatnya hanya bisa tertawa geli.
"Ya sudah, aku tidak jadi bicara." Tara mengalah.
"Ayolah Tara! aku penasaran, Ben kenapa? apa dia sedang dekat dengan seseorang?" Becca bertanya sambil mengangkat kedua alisnya dua kali.
"Bisakah kau berhenti berbicara mengenai diriku!" tukas Ben seraya melirik ke arah Becca.
"Benar! lagi pula cerita Ben tidak ada yang menarik. Bagaimana kalau cerita tentang Becca saja? kau punya hutang penjelasan, terutama mengenai alasan dikeluarkannya dirimu dari kampus!" ucap Tara yang di akhiri dengan pertanyaan.
"Aku akan cerita di cafemu saja," balas Becca sembari mendengus kasar.
Setelah memakan waktu sekitar lima belas menit. Becca, Ben dan Tara tiba di lokasi tujuan. Cafe Tara yang tadinya tutup, terpaksa dibuka lagi demi sahabat tercintanya. Mereka saling bercerita di sana.
Becca memberitahukan semuanya kepada kedua sahabatnya, mengenai alasan dikeluarkan dirinya dari kampus. Kebenaran tentu membuat Ben dan Tara geram.
"Sialan! aku ingin sekali menjambak rambut Jessy. Katakan dimana alamatnya, biar aku cari dia!" Tara menggertakkan gigi kesal.
"Apa sekarang Jessy di penjara?" tanya Ben.
Becca langsung mengangguk pelan dan mengatakan, "Iya!"
"Lalu kenapa kau dikeluarkan dari kampus? bukankah itu tidak masuk akal?" Tara membulatkan mata tak percaya.
"Kata rektor, aku juga terlibat karena tidak melaporkan Jessy dari dulu," Becca menghela nafasnya.
"Omong kosong! tapi kau kan tidak tahu!" Ben memutar bola mata kesal.
"Aku sudah bilang kepada mereka kalau aku tidak tahu, tetapi keputusan mereka tetap bulat!" ujar Becca dengan nada penuh penekanan. "Biarkan saja, yang berlalu biarkan saja berlalu," tambahnya.
"Benar, positifnya kau bisa bertemu kami sekarang, iyakan Ben?" Tara menyenggol Ben dengan sikunya. Ben pun merespon dengan anggukan kepala dan senyuman.
"Kalian benar!" sahut Becca.
"Kalau kau mau, kau bisa bekerja bersamaku di sini," tawar Tara seraya tersenyum lebar.
"Aku akan memikirkannya. Soalnya aku ingin bersantai-santai dahulu... huaaah!" Becca mendadak merenggangkan badan. Tanpa sengaja pusarnya mengintip dari balik bajunya. Ben yang tidak sengaja melihat lantas mengalihkan pandangannya.
Tara yang berhasil memergoki perilaku Ben hanya bisa tertawa geli. "Ben, kau memang lelaki yang baik ya," bisiknya kepada Ben sembari berusaha menahan tawa.
"Hentikan!" Ben menyalang ke arah Tara. Dia tidak mau Tara menyinggung sedikit pun mengenai perasaannya, terutama saat berada di hadapan Becca.
"Kau kenapa tertawa?" Becca mengernyitkan kening.
"Tidak ada alasan," sahut Tara tanpa menatap ke arah Becca. Dia terlihat memasukkan keripik kentang ke dalam mulutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
anggita
like👌
2021-07-21
0
Mommy Gyo
4 like hadir thor
2021-07-18
0
Hayaku Gaya
DIA SUKA AMA KAMU REBECA!!! Haha, sampai ke rebeca ngga tuh.. 😆
2021-06-15
1