Bab 4 - Tiga Sahabat

Ceklek!

Seorang gadis membuka pintu dengan pelan. Perlahan kepalanya muncul untuk memeriksa orang yang ada di rumah. Jonas yang kebetulan melihat lantas segera menyapanya.

"Tara?" dahi Jonas mengerut.

"Halo Jonas!" balas Tara sembari membuka pintu lebih lebar, kemudian melangkahkan kaki untuk masuk. Di belakangnya terlihat Ben tengah sibuk dengan gawai-nya.

"Pasti mencari Becca kan?" tebak Jonas yakin.

"Iya, kami--"

"Wah, lihat! siapa yang datang, ayo makan malam dahulu bersama kami," tawar David yang baru saja muncul dari arah dapur. Lelaki paruh baya tersebut tidak sengaja memotong pembicaraan Tara. Dia terlihat sedang memegangi segelas kopi.

Tak! tak! tak!

Suara langkah kaki terdengar dari tangga. Beberapa saat kemudian muncullah Becca dengan wajah cemberut. Dia segera mengajak Tara dan Ben keluar dari rumah.

"Eh, aku belum selesai bicara dengan ayahmu!" protes Tara, yang merasa tak enak pada David. Namun Becca sama sekali tidak menggubrisnya, dia hanya lekas-lekas keluar dari rumah dan menutup pintu rapat-rapat.

David yang menyaksikan kelakuan putrinya hanya mampu terdiam seribu bahasa. Kepalanya perlahan menunduk. Jonas yang tidak tahan lagi melihat raut wajah sendu ayahnya segera bergegas berjalan menuju kamarnya. Dia sudah lelah menjadi penengah di antara pertikaian yang terjadi pada ayah dan kakaknya.

"Kau kenapa malah mengusir kami?!" Ben ikut melakukan protes seperti Tara.

"Aku bosan terus-terusan berada di rumah. Ayo kita pergi ke cafe Tara saja!" ajak Becca. Kala itu dia dan kedua temannya tidak sengaja menyaksikan kemunculan Jack yang baru saja keluar dari rumahnya.

"Wow, itu siapa?" tanya Tara yang terpaku pada wajah rupawan dari seorang Jack. Matanya menampakkan binar kagum.

"Jack." Becca menjawab singkat.

Plak!

Tara memukul pundak Becca tanpa alasan dan berucap, "Sejak kapan makhluk tampan itu tinggal di sebelah rumahmu?"

"Apa? tampan? dia lebih terlihat seperti penjahat!" Ben menyahut dengan sinis. Pernyataannya itu sontak membuatnya langsung mendapatkan tatapan tajam dari Tara.

"Aku setuju dengan Ben. Lihat saja gayanya, seperti lelaki yang berasal dari tahun 90-an!" komentar Becca, yang sontak membuat Ben tersenyum puas. Keduanya berjalan lebih dahulu menuju mobil.

"Hai Jack!" tanpa diduga Tara melambaikan tangannya ke arah Jack.

"Gila tuh anak!" Becca meringiskan wajah. Jack menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Tara. Dia tersenyum tipis.

"Aku Tara, dan--"

"Bisakah kau hentikan, ayo kita pergi!" Becca menyeret Tara untuk ikut bersamanya, dan berhasil membuat ucapan sahabatnya terpotong.

"Sialan kau Becca! aku belum selesai!" protes Tara, yang terpaksa menggerakkan kakinya karena seretan Becca.

"Becca, kau mau kemana?" Jack mendadak bersuara. Becca dan Tara sontak mengalihkan atensinya kepada Jack.

"Ke pusat kota!" sahut Becca dengan senyum yang dipaksakan.

"Berhati-hatilah!" Jack mengacungkan jempolnya sambil meneruskan jalannya.

"Dia terlihat ramah!" Tara memanyunkan mulutnya.

"Ayo cepat masuk!" desak Ben yang sedari tadi menunggu di depan setir mobilnya.

Pada akhirnya Becca dan Tara pun masuk ke dalam mobil. Tara terlihat memilih duduk di belakang. Hingga menyebabkan Becca tak punya pilihan lain selain duduk di sebelah Ben.

"Si Jack dia memang ramah, tetapi aku merasa ada yang janggal dengannya," celetuk Becca.

"Apa salahnya bersikap ramah? bukankah itu yang harus dilakukan jika kita berada di lingkungan baru. Jack melakukan yang seharusnya!" Tara berpendapat.

"Entahlah! aku hanya berfirasat." Becca menggidikkan bahu.

"Sudahlah, jangan dipikirkan. Yang penting dia tidak melakukan hal buruk kepadamu," ujar Ben tenang.

"Ngomong-ngomong apa kau sudah punya pacar Ben?" tanya Becca tiba-tiba. Hingga membuat Ben reflek menginjak remnya. Kedua teman perempuannya sontak tersentak, untung saja mereka mengenakan sabuk pengaman, sehingga kepalanya tidak menimpuk benda keras.

"Ben!" geram Becca dan Tara. Mereka menyebutkan satu kata secara bersamaan. Keduanya sama-sama melayangkan pelototan tajam ke arah Ben.

"Sorry!" sahut Ben enggan, lalu menjalankan mobilnya lagi.

"Nona Green!" panggil Tara. Dan menyebabkan Becca langsung menoleh ke arahnya.

"Aku tahu alasan Ben sangat terkejut dengan pertanyaanmu tadi!"

"Apa?"

"Dia--"

BIIIIP!

Ben menekan tombol klakson sebelum Tara sempat bicara.

"Ben, dia--"

BIIIIIP!

Lagi-lagi Ben menekan klakson mobilnya. Dia melakukannya karena mengira Tara akan memberitahukan mengenai perasaannya. Sebab Tara tahu kalau Ben sudah lama memendam rasa cinta kepada Becca.

Plak!

Ben mendapatkan geplakan dari Becca di kepala.

"Aaa!" Ben tampak memegangi area kepalanya yang sakit. Tara yang menyaksikan gelagatnya hanya bisa tertawa geli.

"Ya sudah, aku tidak jadi bicara." Tara mengalah.

"Ayolah Tara! aku penasaran, Ben kenapa? apa dia sedang dekat dengan seseorang?" Becca bertanya sambil mengangkat kedua alisnya dua kali.

"Bisakah kau berhenti berbicara mengenai diriku!" tukas Ben seraya melirik ke arah Becca.

"Benar! lagi pula cerita Ben tidak ada yang menarik. Bagaimana kalau cerita tentang Becca saja? kau punya hutang penjelasan, terutama mengenai alasan dikeluarkannya dirimu dari kampus!" ucap Tara yang di akhiri dengan pertanyaan.

"Aku akan cerita di cafemu saja," balas Becca sembari mendengus kasar.

Setelah memakan waktu sekitar lima belas menit. Becca, Ben dan Tara tiba di lokasi tujuan. Cafe Tara yang tadinya tutup, terpaksa dibuka lagi demi sahabat tercintanya. Mereka saling bercerita di sana.

Becca memberitahukan semuanya kepada kedua sahabatnya, mengenai alasan dikeluarkan dirinya dari kampus. Kebenaran tentu membuat Ben dan Tara geram.

"Sialan! aku ingin sekali menjambak rambut Jessy. Katakan dimana alamatnya, biar aku cari dia!" Tara menggertakkan gigi kesal.

"Apa sekarang Jessy di penjara?" tanya Ben.

Becca langsung mengangguk pelan dan mengatakan, "Iya!"

"Lalu kenapa kau dikeluarkan dari kampus? bukankah itu tidak masuk akal?" Tara membulatkan mata tak percaya.

"Kata rektor, aku juga terlibat karena tidak melaporkan Jessy dari dulu," Becca menghela nafasnya.

"Omong kosong! tapi kau kan tidak tahu!" Ben memutar bola mata kesal.

"Aku sudah bilang kepada mereka kalau aku tidak tahu, tetapi keputusan mereka tetap bulat!" ujar Becca dengan nada penuh penekanan. "Biarkan saja, yang berlalu biarkan saja berlalu," tambahnya.

"Benar, positifnya kau bisa bertemu kami sekarang, iyakan Ben?" Tara menyenggol Ben dengan sikunya. Ben pun merespon dengan anggukan kepala dan senyuman.

"Kalian benar!" sahut Becca.

"Kalau kau mau, kau bisa bekerja bersamaku di sini," tawar Tara seraya tersenyum lebar.

"Aku akan memikirkannya. Soalnya aku ingin bersantai-santai dahulu... huaaah!" Becca mendadak merenggangkan badan. Tanpa sengaja pusarnya mengintip dari balik bajunya. Ben yang tidak sengaja melihat lantas mengalihkan pandangannya.

Tara yang berhasil memergoki perilaku Ben hanya bisa tertawa geli. "Ben, kau memang lelaki yang baik ya," bisiknya kepada Ben sembari berusaha menahan tawa.

"Hentikan!" Ben menyalang ke arah Tara. Dia tidak mau Tara menyinggung sedikit pun mengenai perasaannya, terutama saat berada di hadapan Becca.

"Kau kenapa tertawa?" Becca mengernyitkan kening.

"Tidak ada alasan," sahut Tara tanpa menatap ke arah Becca. Dia terlihat memasukkan keripik kentang ke dalam mulutnya.

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

like👌

2021-07-21

0

Mommy Gyo

Mommy Gyo

4 like hadir thor

2021-07-18

0

Hayaku Gaya

Hayaku Gaya

DIA SUKA AMA KAMU REBECA!!! Haha, sampai ke rebeca ngga tuh.. 😆

2021-06-15

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Perkenalan dan Awal Cerita
2 Bab 2 - Kedatangan Jack
3 Bab 3 - Pertemuan Pertama
4 Bab 4 - Tiga Sahabat
5 Bab 5 - Sikap Ramah Jack
6 Bab 6 - Pizza
7 Bab 7 - Makan Bersama
8 Bab 8 - Perasaan Ben Untuk Becca
9 Bab 9 - Berenang Bersama
10 Bab 10 - Berusaha Mengabaikan
11 Bab 11 - Liburan Yang Meresahkan
12 Bab 12 - Sebuah Kebetulan?
13 Bab 13 - Malam Barbeque
14 Bab 14 - Racauan Becca
15 Bab 15 - Bertemu Mantan Pacar
16 Bab 16 - Menjauhlah Dari Becca!
17 Bab 17 - Menghilangnya Jonas
18 Bab 18 - Mencari Jonas
19 Bab 19 - Meneruskan Kebohongan
20 Bab 20 - Kepedulian Tersembunyi
21 Bab 21 - Mencari Tumpangan
22 Bab 22 - Kenangan Dalam Sebuah Foto
23 Bab 23 - Jack Atau Ben?
24 Bab 24 - I Really Like You, But...
25 Bab 25 - Lupakan Richy!
26 Bab 26 - Bertemu Anna
27 Bab 27 - Menemukan Dompet Hitam
28 Bab 28 - Penolakan Jack
29 Bab 29 - Pembicaraan Jack & Richy
30 Bab 30 - Shopping
31 Bab 31 - Bodyguard?
32 Bab 32 - Menuju Prom
33 Bab 33 - Prom Reuni
34 Bab 34 - Melupakan Richy?
35 Bab 35 - High Heels
36 Bab 36 - Pesta Mewah
37 Bab 37 - Second Kiss
38 Bab 38 - Kekacauan Di Pesta
39 Bab 39 - Pergokan David
40 Bab 40 - Perdebatan
41 Bab 41 - Bercurah Hati
42 Bab 42 - Sad Boy
43 Bab 43 - Beautiful Mistake
44 Bab 44 - Pernyataan Cinta Di Kala Hujan
45 Bab 45 - Surat Aneh David
46 Bab 46 - Kabar Tentang Tara
47 Bab 47 - She's Gone
48 Bab 48 - Rumah Duka
49 Bab 49 - Pembicaraan Empat Mata
50 Bab 50 - Ruang Rahasia
51 Bab 51 - Penjelasan
52 Bab 52 - Salju Pertama Bersamamu
53 Bab 53 - Badai Salju
54 Bab 54 - Terjebak Bersama
55 Bab 55 - Menyalakan Perapian
56 Bab 56 - Pelukan Tiba-Tiba
57 Bab 57 - Cerita Mencekam
58 Bab 58 - Kebenaran Tentang Jack
59 Bab 59 - Menghilangnya David
60 Bab 60 - Kepergian Jack
61 Bab 61 - Pencarian
62 Bab 62 - Menemukan David
63 Bab 63 - The Last Part
64 Kesalahan
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Bab 1 - Perkenalan dan Awal Cerita
2
Bab 2 - Kedatangan Jack
3
Bab 3 - Pertemuan Pertama
4
Bab 4 - Tiga Sahabat
5
Bab 5 - Sikap Ramah Jack
6
Bab 6 - Pizza
7
Bab 7 - Makan Bersama
8
Bab 8 - Perasaan Ben Untuk Becca
9
Bab 9 - Berenang Bersama
10
Bab 10 - Berusaha Mengabaikan
11
Bab 11 - Liburan Yang Meresahkan
12
Bab 12 - Sebuah Kebetulan?
13
Bab 13 - Malam Barbeque
14
Bab 14 - Racauan Becca
15
Bab 15 - Bertemu Mantan Pacar
16
Bab 16 - Menjauhlah Dari Becca!
17
Bab 17 - Menghilangnya Jonas
18
Bab 18 - Mencari Jonas
19
Bab 19 - Meneruskan Kebohongan
20
Bab 20 - Kepedulian Tersembunyi
21
Bab 21 - Mencari Tumpangan
22
Bab 22 - Kenangan Dalam Sebuah Foto
23
Bab 23 - Jack Atau Ben?
24
Bab 24 - I Really Like You, But...
25
Bab 25 - Lupakan Richy!
26
Bab 26 - Bertemu Anna
27
Bab 27 - Menemukan Dompet Hitam
28
Bab 28 - Penolakan Jack
29
Bab 29 - Pembicaraan Jack & Richy
30
Bab 30 - Shopping
31
Bab 31 - Bodyguard?
32
Bab 32 - Menuju Prom
33
Bab 33 - Prom Reuni
34
Bab 34 - Melupakan Richy?
35
Bab 35 - High Heels
36
Bab 36 - Pesta Mewah
37
Bab 37 - Second Kiss
38
Bab 38 - Kekacauan Di Pesta
39
Bab 39 - Pergokan David
40
Bab 40 - Perdebatan
41
Bab 41 - Bercurah Hati
42
Bab 42 - Sad Boy
43
Bab 43 - Beautiful Mistake
44
Bab 44 - Pernyataan Cinta Di Kala Hujan
45
Bab 45 - Surat Aneh David
46
Bab 46 - Kabar Tentang Tara
47
Bab 47 - She's Gone
48
Bab 48 - Rumah Duka
49
Bab 49 - Pembicaraan Empat Mata
50
Bab 50 - Ruang Rahasia
51
Bab 51 - Penjelasan
52
Bab 52 - Salju Pertama Bersamamu
53
Bab 53 - Badai Salju
54
Bab 54 - Terjebak Bersama
55
Bab 55 - Menyalakan Perapian
56
Bab 56 - Pelukan Tiba-Tiba
57
Bab 57 - Cerita Mencekam
58
Bab 58 - Kebenaran Tentang Jack
59
Bab 59 - Menghilangnya David
60
Bab 60 - Kepergian Jack
61
Bab 61 - Pencarian
62
Bab 62 - Menemukan David
63
Bab 63 - The Last Part
64
Kesalahan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!