Jangan Pacaran

Sepi adalah satu kata yang bisa Eca deskripsi kan ketika memasuki pekarangan rumahnya, lampu-lampu yang sebelumnya menyala sudah padam.

Bagaimana tidak, sekarang sudah hampir pukul 1 pagi, waktu dimana insan manusia tertidur lelap mengistirahatkan tubuh guna mengisi tenaga yang habis terkuras di siang hari.

Eca mematikan motornya lalu mendorong nya pelan, memarkirkan di samping rumah tempat khusus motor nya itu.

Eca menutup pagar samping lalu berjalan ke arah pintu sambil merogoh tasnya guna mengambil kunci rumah, iya kunci rumah yang biasa di bawa Eca.

Eca membuka pintu se pelan mungkin supaya tak menggangu istirahat orang didalam rumah.

Eca berusaha berjalan se pelan nya supaya tidak menimbulkan suara.

"Baru pulang kak?" suara Bundanya mengalun di telinga Eca.

Eca memandang Bundanya yang terbangun, tidur di depan televisi tepat di depan kamarnya.

Eca tersenyum bahagia, beginilah sifat Bundanya selalu memastikan anak-anaknya pulang dengan selamat, sederhana tapi bermakna.

"Udah Bun, baru aja, kan Eca udah sering bilang, Bunda tidur aja di kamar nggak usah nungguin Eca, kalau gini kan badan bunda bisa sakit-sakit" ujar Eca panjang lebar sembari menghampiri Bundanya.

"Bunda khawatir sayang" jawab Bunda sambil berdiri "makan udah?"

"Udah Bun" jawab Eca sambil membantu Bunda berdiri.

"Ya udah sekarang kakak tidur! besok sekolah kan?" suruh Bunda sambil bertanya.

"Kakak tidur duluan ya Bun" Eca masuk kedalam kamarnya.

Meletakkan tasnya di meja belajar kemudian langsung merebahkan tubuhnya di kasur, jorok jorok lah kagak peduli yang penting tidur.

Tubuh Eca mendarat di kasur dan seketika ia tewas, eh canda tewas, maksudnya tuh langsung tertidur pulas tanpa ada opening opening dulu ataupun kata-kata, intinya ketika tubuhnya menyentuh kasur dia langsung tepar.

Kasur dan Eca adalah satu kesatuan yang cukup susah untuk dipisahkan, buktinya dia sering setor nama sama guru BK karena terlambat dengan alasan yang sama yaitu ketiduran.

......................

Eca sudah rapi dengan seragam sekolahnya, bukan lagi dengan rok yang kepanjangan because rok nya yang biasa sudah bisa dipakai lagi, tapi Hoodie Oversize nya masih setia.

Eca berjalan kearah dapur untuk makan, di meja makan sudah duduk Bunda dan Elin dengan berbagai hidangan di atas meja makan.

"Morning Bun, Elin" sapa Eca ketika sudah mendudukkan dirinya di kursi sebelah Elin.

"Morning kak" jawab Bunda dan Elin bersamaan.

Eca melirik Elin yang sibuk dengan ponselnya, bahkan ketika makan pun masih mengotak atik benda pipih itu.

"Elin jangan pacaran mulu!" ujar Eca ketika Elin tersenyum senyum aneh.

Apaan nih anak bikin jijik aja.

Begitulah kira-kira pemikiran Eca ketika melihat Elin yang tersipu malu pada ponselnya.

"Biarin" Elin menjawab sambil menjulurkan lidahnya mengejek Eca.

"Eh dibilangin juga, ntar kalau putus nangis-nangis, awas ya kalau kamu putus nanti curhat sama kakak!" ingat Eca.

Ya kali nanti Elin yang patah hati dia juga yang jadi korban, kagak mau lah Eca, Ogah.

"Ish kk mah doanya yang jelek-jelek mulu, doain kek adeknya langgeng ini enggak malah doain adeknya putus" jawab Elin cemberut setelah meletakkan ponselnya.

"Ya udah makan dulu gih, ntar kalian telat berangkat sekolah nya!" suruh Bunda ketika tidak melihat adanya tanda-tanda mereka berhenti berdebat.

Eca dan Elin mengangguk patuh lalu makan dengan hidmat.

......................

"Good morning selamat pagi" teriak Eca ketika memasuki ruang kelasnya yang sudah ramai.

"Wdih tumben tumbenan lo kagak telat" balas Riko si ketua kelas, pintar tapi nakal, entah bagaimana ceritanya ia bisa menjabat sebagai ketua kelas, mungkin supaya hukuman untuk pelanggar di kelas itu ringan ibarat kata 'kan ada orang dalam'.

Eca berjalan ke arah Riko lalu menggoyangkan tubuhnya kuat-kuat.

"Mana Riko temen gue telat? kembaliin Riko yang dulu!!" teriak Eca dramatis sambil terus menggoyangkan tubuh Riko.

"Ca udah Ca pusing gue" jawab Riko linglung, seperti ada burung dan bintang-bintang yang berputar-putar di kepalanya.

"Lagian siapa yang nyuruh milih gue?"

"Ya kan biar ada orang dalem jadikan hukuman bisa ringan" jawab Eca sambil mengedipkan matanya.

Riko melotot mendengar jawaban Eca, bisa-bisanya ini anak bilang orang dalam setelah mengorbankan dirinya.

"Tega ya lo Ca, sekarang gue paham kenapa anak-anak milih gue" jawab Riko setelah mengetahui kebenaran kenapa bisa dirinya yang menjadi ketua kelas, pasti tak lain tak bukan adalah karena konspirasi dari si Romeesa.

Eca hanya tersenyum jahil yang seakan-akan mengatakan ' kenapa baru sekarang nyadar nya? selama ini kemana aja lo? ' seperti itulah kira-kira.

Riko mengeram kesal melihat Eca yang melenggang dengan santainya ke arah tempat duduknya.

"Morning beb" sapa Eca pada 3 makhluk bernyawa yang bernama manusia didepannya.

"Lu napa? sakit?" Citra meletakkan punggung tangannya ke dahi Eca lalu meletakkan lagi ke keteknya, upaya mengecek suhu.

"Kagak panas" tambahnya lagi.

"Ish Citra apaan sih? jorok banget!" Putri berteriak sambil menggeplak pangkal lengan Citra.

"Rasain, mamam tuh tangan Putri, enak?" Eca dan Rai terkekeh melihat ulah Putri.

Eca heran seharusnya ia yang marah, tapi kok ganas an si Putri.

Kagak ngapa lah yang penting ada yang mewakilinya menggeplak Citra.

"Put sakittttttt" rengek Citra, bukan nya lebay ya tapi asli, sakitnya bukan main.

"Ya elu sih ada-ada aja, kan pawang gue marah, ya nggak Put?" Eca menaik turunkan alisnya menggoda Citra dan mengode Putri.

"Yoi dong sis" balas Putri sambil mengedipkan matanya juga.

Eca, Putri dan Rai saling lirik dan tertawa lagi, memang begini kalau dapat teman yang se frekuensi ibarat kata nih ya pertemanan mereka itu kayak ngeliat semut aja mereka bisa ketawa gitu.

"Itu yang dibelakang tidak mau ikut belajar?" Suara tegas menggema didalam ruangan itu, because ruangan itu ternyata sudah tenang karena sudah ada pawangnya.

Eca menatap sekelilingnya, bisa-bisanya teman sekelasnya diam saja tanpa memberikan peringatan pada mereka.

"Eh maaf buk" jawab Rai dan Putri cepat sedangkan Eca dan Citra tidak menjawab, mereka lebih memilih mengeluarkan buku pelajaran saja.

Ya yang baru saja menegur mereka tak lain tak bukan adalah ibu Indah guru bahasa Indonesia mereka.

"Baiklah anak-anak, untuk tugas Minggu kemarin silahkan di kumpulkan dan sebentar lagi kalian silahkan menuju aula untuk praktek dengan kelas sebelah tentang materi kita Minggu kemarin yaitu wawancara" jelas bu Indah.

Siswa mulai berjalan ke depan satu persatu untuk mengumpulkan tugas, tapi ada juga nih kaum mageran alias tukang titip, ya orang yang apa-apa selalu minta nitip giliran dititipin balik kagak mau.

"Baik anak-anak, seperti yang sudah ibu sampaikan tadi kalian akan dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok pertama sebagai pewawancara dan kelompok kedua sebagai narasumber, nanti kalian akan berpasangan dengan kelas sebelah, paham?" tanya bu Indah memastikan sekali lagi sebelum memboyong anak didiknya ke aula.

"PAHAM BU" jawab mereka serempak.

Pembagian kelompok bukan berdasarkan absen melainkan acak dengan metode cabut lotre.

Setelah mereka mengetahui di kelompok mana mereka, mereka mulai berangkat ke aula.

Di aula sudah mulai ramai dengan anak-anak kelas sebelah, ada yang dari kelas IPA, IPS dan juga kelas Bahasa.

Mereka mendengar arahan dan mulai mencari teman kelompok mereka, teman kelompok ini berdasarkan angka yang tertera di kertas lotre tadi contohnya, misalkan di kertas tertulis pewawancara 09 berarti pasangan nya harus narasumber 09 juga.

Eca dan tiga manusia lainnya mulai mencari teman kelompok juga setelah sebagian orang yang menemukan teman kelompok masing-masing.

Eca menghela nafasnya, kalau begini kapan ia bisa ketemu teman kelompoknya, seakan-akan ada bohlam yang muncul di sebelahnya, Eca berjalan dengan percaya diri ke arah tempat guru berdiri.

"Ehm, perhatian semuanya bagi yang mendapatkan pewawancara no 23 di harapkan angkat tangan atau kalau tidak cari gue aja!" suara Eca mengalun di antara ramainya suara yang lain.

Seketika semua mata tertuju padanya, kayak iklan aja ' semua mata tertuju padaku ' hehe.

"Eehh" Eca tersenyum kikuk ketika menjadi pusat perhatian.

" Najisun Eca, lu ngapain anjir pakai teriak-teriak segala, malu kan, mamam tuh malu" batin Eca merutuki dirinya.

...****************...

Hai hai readers 👋👋👋👋👋

Menurut kalian gimana sih ' Romeesa Syabani ' ini, kok Menurut author sepi banget ya.

Tinggalin jejak juga dong readers.

Oh iya kalian pernah nggak ngalamin yang kayak si Eca alami, komen di bawah ya☺️☺️☺️

Btw emotnya finger love ada yang tau? soalnya author kagak tau.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!