Brak!
"sakit Ron!" rintih seorang gadis yang sedang di cekik dan di hantam tubuhnya kearah tembok.
Cowok bernama Aron menulikan telinganya, saat mendengar erangan gadis yang dia cekik, gadis itu adalah Dinar.
cowok itu marah ketika mendapatkan pesan sebuah foto Dinar bersama Alvaro tengah bergoncengan. "Lo mau main-main sama gue sekarang!" ujar Aron.
Dinar tidak berani menjawab ia terlalu takut pada cowok itu, mendengar suara dinginnya saja sudah mampu membuat bulunya merinding.
"JAWAB!!" bentaknya tepat di wajah Dinar.
gadis itu menggeleng tanpa membuka matanya. "Lo mau berpaling dari gue dan melupakan utang lo!"
Aron melepas cekikannya namun kini cowok itu mencengkram kedua pipi Dinar. "Dengar. gue nggak akan lepasin lo. meskipun lo udah nggak ada urusan lagi sama gue! karena apa? karena lo cuma milik gue!" Dinar membuka mata memberanikan diri menatap balik mata tajam cowok jangkung itu.
entah keberanian dari mana Dinar mendorong Aron hingga cowok itu mundur beberapa langkah. "Apa tadi lo bilang! gue cuma milik lo?" tanya Dinar lalu tersenyum miring. "kalau gue milik lo. kenapa lo nggak pernah baik sama gue! kenapa lo selalu siksa gue. dan kenapa lo seenaknya pergi sama cewek lain. sementara gue pacar lo!" bentak Dinar panjang dengan napas memburu.
Dinar meluapkan emosinya selama ini yang ia pendam. namun cowok itu masih tenang tidak ada gurat penyesalan dan rasa bersalah. Aron berkecak pinggang tersenyum remeh pada Dinar.
"terus lo maunya apa? gue cinta sama lo. baik sama lo kayak pacar pada umumnya? Hah! iya!" Aron maju satu langkah. membungkukkan badannya lalu berbisik. "jangan mimpi! karena lo cuma mainan gue!" setelah mengatakan itu Aron pergi meninggalkan Dinar yang sakit hati akan kelakuan dan ucapan Aron.
Ingin melawan tapi tidak bisa, nyawa sang adik juga ada di cowok itu. jika dirinya meminta putus, putus juga harapan adiknya untuk sembuh.
Semenjak malam itu, Dinar benar-benar menjauhi Alvaro. Setiap bertemu di koridor Sekolah Dinar lebih memilih membuang muka kearah lain. Dari pada harus menatap wajah Al yang menatapnya sendu.
Dinar sebenarnya tidak se marah itu pada Alvaro. Ia hanya tidak ingin cowok itu memiliki masalah dengan dirinya. Apa lagi harus berurusan dengan Aron yang sangat berbahaya. Dinar sendiri sebenernya sangat tidak ingin berurusan dengan Aron, tapi alasan adiknya ia terpaksa pinjam uang kepada cowok itu untuk biaya rumah sakit.
Adik Dinar memiliki riwayat penyakit Jantung, butuh biaya banyak jika ingin adiknya sembuh di tambah saat ini adiknya juga belum mendapatkan donor jantung. Dinar sangat menyayangi adiknya, Karena hanya adik satu-satunya yang ia miliki di dunia ini. Ibunya sudah meninggal sementara Ayahnya entah pergi kemana.
Jika adiknya juga pergi lalu ia hidup dengan siapa, maka dari itu saat ini Dinar tengah berjuang untuk bisa mengumpulkan uang, agar bisa membiayai operasi adik tersayangnya itu, dan juga membayar hutang Aron.
"Din?" panggil Selly sahabat Dinar.
"Ehmm." jawab Dinar tanpa mengalihkan pandangan dari buku tulis.
"Gue perhatiin nih ya.. Lo kayanya ngejauhin Al?" mendengar itu Dinar menghentikan aktifitas menulis cacatan di bukunya.
menghela napas sejenak. "Ngejauhin gimana? Gue kan emang biasa aja sama dia, dekat aja nggak." sangkal Dinar.
Kini giliran Selly yang menghela napas. "Din. Lo bego apa Emang nggak peka sih!."greget Selly. "Beberapa hari ini dia itu merhatiin lo terus. Lo tau nggak. Raut wajahnya itu, kaya merasa bersalah, sedih..." jeda sekian detik.
"Tapi gue lihat tadi pagi Al cuek sama lo, bahkan pas di kantin pun dia nggak perhatiin lo lagi." Dinar hanya diam mendengarkan ucapan Selly.
Dinar bukan tidak tau Al seperti itu, justru ia sangat tau, dan ia merasa senang jika Alvaro benar-benar mulai menjauhinya. Alvaro cowok baik ia tidak mau, dan tidak boleh masuk di kehidupan Dinar yang menyedihkan seperti ini.
"Tapi ya Din!!" heboh Selly, membuat Dinar terperanjat dari lamunannya. "Harusnya lo jangan jauhin Al!
"Al itu mau nolongin lo. Bukan cuma mau nolongin. Tapi Al kayanya suka sama lo!!. Masa lo nggak tau sih.. Emangnya lo nggak mau terbebas dari cowok brengsek kaya Aron?." Dinar menghela napas menatap sahabatnya tajam.
"Sell. Gue ngelakuin ini supaya Al jauhin gue. Lagian lo tau dari mana kalau Al suka sama gue. Gue nggak mau Al punya masalah sama Aron.! Ini hidup gue. Jadi biar gue yang selesain masalah gue sendiri!." Dinar membereskan buku-bukunya dan pergi meninggalkan Selly yang terdiam karena ucapan Dinar.
"Sampai kapan lo terus-terusan keras kepala!" gumam Selly menatap punggung sahabatnya yang kian menjauh.
Di lain tempat tiga cowok-cowok sedang nongkrong di sebuah warung. mereka duduk santai sambil menikmati rokok yang mereka hisap. Sebuah senyum seringai muncul di bibir cowok yang sedang melihat foto di ponselnya. "Gue cukup sabar selama ini. Tapi nggak untuk sekarang!. Lihat aja setelah gue dapetin apa yang gue mau. Lo gue buang seperti sampah!" seringai semakin muncul di bibir cowok itu. Membuat teman-temannya melihatnya bergidik ngeri dan aneh.
***
"Al?" seru Niko memanggil Alvaro.
"Ehm." yang di panggil pun menjawab ogah-ogahan.
"Lo katanya mau nolongin Dinar. Lo udah punya rencana? terus rencana lo apa? kok gue lihat lo santai banget," Bastian, Heru dan Niko saling pandang kala Al hanya diam tidak berniat menjawab.
"Al! lo dengar gue ngomong kan?" Al memandang malas kearah Niko, cowok itu menghela napas menaikkan bahunya.
"Kalau Dinar Nggak mau gue harus apa?" ucap lirih dengan tidak bersemangat.
"Usaha lah.." timpal Heru.
"Jangan-jangan lo cuma mau mainin perasaan Dinar doang" Al menatap tajam kearah Niko.
"Gue nggak ada niat untuk mempermainkan perasaan dia. Gue tulus suka sama Dinar." ucap tegas Alvaro.
"Lah, Terus kenapa lo stack di sini doang, masa baru gini lo nyerah!" cibir Heru lagi. Al meraup wajahnya frustasi.
Alvaro sengaja menjauhi gadis itu seperti apa yang Dinar inginkan, meskipun sebenarnya Al tidak benar-benar menjauhinya. Alvaro sengaja ingin mencari cara agar bisa membantu gadis itu dari Aron.
"Entahlah gue pusing!!" seru Al dan beranjak dari duduknya dan meninggalkan sahabatnya.
Al diam-diam menyuruh seseorang untuk mengikuti kemana pun Dinar pergi, Ia ingin tau kemana saja gadis itu pergi.
Seperti malam ini, Alvaro melihat Dinar bersama Aron dan juga gengnya di sebuah tempat yang cukup sepi namun kumuh. Di sana hanya ada laki-laki dan Dinar satu-satunya perempuan yang ada di tempat itu.
Alvaro mendapatkan informasi bahwa malam ini mereka akan mengadakan balapan liar.
Cowok berjaket kulit berwarna hitam tampak geram ketika Dinar terlihat tidak nyaman saat Aron merangkulnya, bahkan cowok itu menyuruh Dinar untuk ikut minum Alkohol, beruntung Dinar bisa menghindar dan terus menolak.
Al menatap sendu kearah wajah Dinar, sangat jelas jika Dinar tersiksa, ia tidak ingin di situasi seperti ini.
Al dapat melihat dengan sangat jelas geng Aron sedang berkumpul. Ia juga bisa melihat Dinar yang di rangkul oleh Aron.
mata hitam Alvaro membulat ketika beberapa cowok berusaha menggoda dan sampai mencolek pipi gadis itu.
saat Alvaro masih betah memperhatikan Dinar, ia mencuri dengar dari salah satu peserta yang akan ikut balap liar."Gila Aron. Masa ceweknya jadi bahan taruhan."
"gue aja nggak nyangka. Tapi kita tau lah.. Gimana gilanya Aron. Demi uang dia lakuin apa aja. Termasuk ngejual ceweknya" tawa dari dua orang itu setelah mengatakan informasi yang semakin membuat Alvaro naik darah.
tanpa pikir panjang Al pun bergegas memakai helmnya dan menyalakan mesin motor sportnya, Al harus segera bertindak untuk menyelamatkan Dinar.
Suara deru motor Al mengalihkan perhatian orang-orang di markas itu, Alvaro berhenti tepat di samping motor Aron. tanpa melepas helmnya ia menatap satu-persatu orang-orang yang ada di hadapannya.
"Siapa lo?" tanya Aron memperhatikan Alvaro dari atas sampai bawah hingga motor milik Al.
"Lo nggak perlu tau siapa gue. Gue kesini cuma mau ikut balapan sama lo." Aron mengangguk-angguk lalu berdiri menghampiri Al.
Aron menepuk-nepuk jaket kulit milik Al. "Boleh. Tapi apa hadiah yang mau lo minta." Al menatap tajam dengan senyum seringai di balik helm hitamnya.
"Gue mau cewek lo buat gue." Dinar yang mendengar itu pun terbelalak.
Aron tertawa. "Kalau gue yang menang?"
"Terserah lo mau apa dari gue?" Aron pun tersenyum bahagia.
"Gue mau duit 50 juta, di tambah motor lo buat gue." sekian detik Al cukup terkejut. Namun sebisa mungkin ia tenang.
Tidak apa-apa kehilangan uang dan motor, yang terpenting Dinar baik-baik saja.
"Oke."
"Aron! Lo apa-apaan sih.. Gue cewek lo. kenapa gue jadi bahan taruhan" teriak Dinar marah.
Aron tertawa keras lalu menghampiri Dinar. Aron mencengkram dagu Dinar dan menatapnya tajam. "Lo emang pacar gue.. Tapi gue nggak pernah nganggep lo pacar!. karena lo. cuma cewek yang manfaatin, dan hari ini. gue mau lo dapetin uang buat gue dan hutang lo!" teriak Aron tempat di depan wajah Dinar.
Dinar sudah menangis, ia memohon kepada Aron untuk tidak menjadikannya bahan taruhan. Aron mengabaikan tangisan Dinar yang terus memohon kepadanya.
Alvaro memalingkan wajah, ia tidak sanggup melihat Dinar yang bersimpuh seperti itu.
Dirinya mendongak menatap langit malam, berharap, tuhan mengabulkan doanya agar malam ini dia menang.
Alvaro dan Aron sudah duduk di motor masing-masing. Al menatap tajam Aron, begitu pun sebaliknya. Mengabaikan Dinar di sampingnya yang masih mencegah Aron.
Aron yang geram dengan Dinar pun menyuruh temannya untuk menyingkirkan gadis itu, temannya yang paham segera menarik lengan Dinar agar menjauh dari Aron.
Mereka berdua menarik-narik gas motor membuat suara bising semakin terdengar. Seorang cewek seksi membawa bendera putih berdiri di tengah-tengah area. Pertanda jika balapan tersebut akan di mulai.
Alvaro memejamkan matanya sejenak mengucapkan bismillah. Sebenarnya Al tidak pernah yang namanya balapan tapi demi Dinar ia rela melakukannya. Jika Ayahnya tau pasti sudah sangat marah dan kecewa padanya. Karena Ayahnya pernah mengatakan.
"Ayah akan membelikanmu motor, tapi Ayah minta jangan sesekali kamu ikut atau bergabung dengan geng balapan liar, Ayah akan sangat kecewa jika sampai tau kamu ikut balapan liar seperti itu. Ingat! jangan buat Ayah kecewa." ucap Ayah Angga tegas waktu itu.
Alvaro membuka matanya dan bergumam membuang napas secara kasar.. "Al janji Yah. Ini yang pertama dan yang terakhir kalinya Al ikut balapan." ucap Al dalam hati, Setelah itu balapan pun di mulai
***
Persaingan antara Alvaro dan Aron semakin ketat, Aron tidak mau kalah ia terus berusaha mengejar Al yang cukup jauh di depannya. Alvaro yang merasa senang tiba-tiba di kejutan dengan kedatangan Aron yang sudah ada di sampingnya. Al pun menambahkan gas motornya.
Begitu pun dengan Aron. Ia juga menarik gas motornya semakin dalam. Dan kenaasan pun terjadi, dengan sengaja Aron memepet dan menyenggol Alvaro, yang membuat cowok itu kehilangan keseimbangan dan akhirnya terjatuh.
Aron yang melihat Al jatuh dan sedang kesakitan tertimpa motor besarnya, hanya menyeringai. Ia senang rencananya berhasil.
Tanpa Alvaro ketahui ternyata Aron sudah tau jika cowok yang mengajaknya balapan itu adalah Alvaro. Cowok yang sudah membuatnya malu di kantin sekolah waktu itu.
Kenapa Aron bisa mengetahui jika cowok itu adalah Alvaro. Karena Aron hafal motor yang di gunakan oleh Al ketika ke sekolah, memanfaatkan keadaan Aron pun ingin membalas dendam pada Al tanpa seorang pun tau termasuk Dinar.
puas melihat Al tidak berdaya di pinggir jalan Ia pun bergegas pergi sebelum ada orang yang melihatnya.
Sementara Al menahan sakit pada kakinya yang tertindih motor besarnya. Tidak lama segerombolan orang-orang pun datang untuk menolongnya dan segera membawanya ke rumah sakit.
***
Di sebuah rumah sakit terdapat pasangan suami istri yang sedang menunggu dengan gelisah di depan ruang gawat darurat. Sang istri menangis dalam pelukan suaminya. "Sst.. Sayang, aku yakin Al nggak apa-apa, kita terus berdoa ya. jangan nangis," sang istri hanya mengangguk dan mengeratkan pelukannya.
Cukup lama menunggu akhirnya dokter keluar dari ruangan itu. Ayah dan Bunda Al segera menghampiri dokter tersebut.
"Bagaimana keadaan anak kami dok?" tanya Bunda tidak sabar.
"Alhamdulillah putra Bapak dan Ibu tidak terlalu parah, hanya luka pada kakinya yang terjepit motornya. Mengakibatkan retak dan sedikit memar. Tapi tidak usah khawatir inshallah putra bapak dan ibu baik-baik saja," Ayah dan Bunda Alvaro mengucap syukur lalu tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada dokter itu sebelum pamit untuk memeriksa pasien lainnya.
Setelah Al di pindah ke ruangan rawat inap. Ayah dan Bundanya segera menemui anaknya. Ketika masuk mereka melihat Al yang terdiam di atas tempat tidur. Sang Bunda menghampiri anaknya dan mencium kening sang putra. "Gimana sayang. Ada yang sakit?" tanya Bunda begitu lembut.
Alvaro melirik pada Ayahnya, ia merasa bersalah dan Al dapat melihat jika ayahnya sedang menatapnya kecewa. "Al nggak apa-apa Bun. Cuma kaki Al sakit."
"Kenapa kamu bisa ikut balapan?" tanya Ayahnya tiba-tiba.
Al hanya diam, tidak mungkin kan. Jika ia berkata sejujurnya.
"Udah dong Yah.. Biarin Al istirahat dulu. Jangan di marahin." bela sang Bunda.
"Ayah nggak marah Bun. Ayah cuma heran sama dia. Kenapa dia bisa ikut balapan. Padahal dia sudah janji nggak bakalan ikut-ikutan kaya gitu."
"Maaf Yah.." jawabnya lirih Al tidak berani menatap Ayahnya.
Ayah Angga menghela napas memijit pangkal hidungnya. "Ayah keluar sebentar, ngurus administrasi dulu" pamitnya dan bergegas keluar.
Al menatap punggung sang ayah yang telah hilang di balik pintu dengan sendu. Ia tau Ayahnya tengah marah dan kecewa padanya. Tapi mau bagaimana lagi. Ini demi Dinar, gadis yang telah mencuri hatinya.
Alvaro tersentak dari lamunannya ketika usapan lembut dari Bundanya. "Pasti Ayah marah sama Al Bun?" tanyanya.
"Nggak sayang, Ayah cuma lagi capek," hibur Bunda.
"kalau boleh Bunda tau, kenapa kamu bisa ikut balapan kaya gitu. Kamu kan sudah janji sama Ayah." cowok itu menghela napas, sepertinya ia memang harus menceritakan semua biar orang tuanya tidak salah paham.
"Sebenernya Al nggak mau ikutan Bun, Al cuma ingin menolong seseorang, dan seseorang itu adalah..." Al menceritakan semua tentang Dinar, mulai dari kehidupannya, yang terakhir tentang kenapa ia bisa ikut balapan dan berakhir di rumah sakit.
Bundanya hanya diam mendengarkan sambil mengusap puncak kepala putranya.
Bunda tersenyum setelah mendengar cerita anaknya. ia merasa bangga memiliki putra baik hati seperti Alvaro, ia tau dari mana sifat itu. jika bukan dari Ayahnya yang selalu baik kepada orang lain.
Bunda Alya keluar untuk mencari suaminya yang tak kunjung kembali, ia mengedarkan pandangan dan ketika sudah menemukan keberadaan suaminya Bunda segera menghampirinya.
Bunda Alya segera duduk di samping suaminya yang membuat Ayah Angga sedikit terkejut. Ayah Angga tersenyum saat melihat sang istri duduk di sampingnya.
"Hubby.. Jangan marahin Al terus ya.. Kasihan dia, Al cuma mau bantu seseorang, Niat putra kita baik." Ayah Angga mengangguk sambil tersenyum lalu meraih tangan Bunda Alya dan di genggamnya.
"Aku sudah tau sayang.."
"Kamu sudah tau?" Ayah Angga mengangguk lagi.
"Iya, tadi ada yang kasih laporan sama aku. Makanya aku bisa tau kenapa anak kita bisa seperti ini." Bunda mengangguk mengerti.
"Tapi tetap aja Al salah, harusnya dia nggak boleh ngelakuin ini sendirian." ucap Ayah Angga kesal.
Bunda Alya mendengus. "Namanya juga cinta, apapun juga di lakuin." mendengar itu Ayah Angga tampak senyum-senyum.
"Kaya Ayah ya? Yang ngelakuin apa aja demi Bunda.." godanya yang langsung mendapatkan cubitan dari istrinya.
***
Di sekolah tampak seorang gadis merenung memikirkan kejadian tadi malam, ia berpikir siapa cowok yang ikut balapan dengan Aron, bahkan cowok itu meminta dirinya sebagai taruhannya. tapi Dinar senang karena tadi malam cowok yang balapan dengan Aron terjatuh, yang membuat cowok itu kalah dan tidak jadi mendapatkan dirinya.
Dinar sempat bertanya pada Aron siapa cowok itu, tapi bukannya mendapatkan jawaban, Dinar justru mendapat bentakkan dari Cowok itu. membuat nyalinya menciut.
Dinar menghela napas dan mulai mengeluarkan buku-bukunya dari dalam tas karena sebentar lagi jam pelajaran akan di mulai.
Brak!
"Dinar gue punya kabar penting buat lo!" heboh sahabat Dinar menggebrak meja yang membuat Dinar terkejut.
"Lo apa-apa sih sell. Bikin kaget aja! Kalau gue jantungan gimana!" omel Dinar, yang di omelin hanya nyengir.
"Habisnya gue dapat kabar penting buat lo.." ujar Selly tidak sabar ingin memberitahu berita yang dia dapat.
"Kabar apaan?" tanya Dinar sewot.
"Kabar tentang Alvaro.. Lo tau nggak? Kalau dia sekarang lagi ada di__"
"Stop!! gue nggak mau dengar kabar tentang cowok itu!" potong Dinar ketika Selly belum selesai bicara.
"Tapi Din.. Ini penting!"
"Buat gue ini nggak penting! Gue nggak mau tau dan nggak pingin tau tentang cowok itu!" Selly menatap Dinar tidak percaya sahabatnya seperti itu.
"Lo bakal nyesel Din!" ucap Selly lalu berbalik membelakangi Dinar.
Dinar menaikkan bahunya acuh, dan fokus menulis catatan yang belum selesai ia kerjakan
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments