Bab 4. Rahasia Dinar

Alvaro." Al menoleh tersenyum lalu menghampiri gadis itu.

"Hai.." sapa Al.

"Kok lo ada di sini? mau ngapain? Alvaro hanya diam sambil terus berjalan kearah gadis itu.

"Gue nungguin lo." Jawab Al setelah cowok itu sampai tepat di hadapan Dinar.

Dinar terkejut, ia tertunduk memainkan jari-jarinya.

"Ke..kenapa lo nungguin gue.." tanya Dinar yang mulai gugup. Al mengernyit sesaat setelah itu tiba-tiba Al menarik tangan Dinar untuk masuk medalam mobil.

"Gue sengaja nungguin lo. Karena gue mau anterin lo pulang." perkataan cowok itu membuat Dinar menarik tangan yang di genggam Alvaro lalu mundur satu langkah.

"Ngg__ nggak usah, gue sudah biasa pulang sendiri kok." tolak Dinar halus.

"Sudah biasa?" kata Al mengulang perkataan Dinar.

Dinar mengangguk sambil terus menunduk.

Alvaro menghela napas, menaruh kedua tangannya di pinggang. "Din. lo tau nggak ini udah malam. Dan lo itu seorang cewek!. Lo juga pasti nggak tau kan. Kalau misalnya ada yang berniat jahat sama lo! Lagian gue heran sama cowok lo. Nggak ada perhatian-perhatiannya sama sekali, tega banget biarin ceweknya pulang sendiri tengah malam kayak gini! cowok macam apa itu!" cerca Al.

Dinar masih setia menunduk namun Al bisa melihat dengan jelas jika pipi gadis itu basah oleh air mata.

Melihat itu Alvaro meraup wajahnya dengan kasar, harusnya ia tidak emosi. Alvaro paling tidak bisa jika melihat seorang wanita menangis, apa lagi itu karena dirinya, Pasti akan merasa bersalah.

"Maafin gue, Gue nggak bermaksud buat lo nangis." Dinar mengusap air matanya lalu mendongak menatap wajah Al yang terlihat sekali rasa bersalahnya.

"Bukan lo yang bikin gue nangis, ada sesuatu hal yang buat gue nangis." Al memandang mata hazel milik gadis yang sedang menatapnya dengan sendu.

"Boleh gue tau. Masalah apa itu?" Dinar tersenyum simpul mengalihkan pandangannya dari cowok yang sudah membuat jantungnya sedari tadi berdetak sangat cepat.

"Untuk apa." jawab Dinar. Menatap kembali kearah Alvaro. "Kita baru aja kenal. Bahkan kita belum bisa di katakan saling kenal. Kita ketemu juga karena lo nolongin gue dari Aron." Alvaro menghembuskan napas, ia memberanikan diri memegang pundak gadis yang terlihat sangat rapuh ini.

"Oke kalau lo nggak mau cerita sekarang nggak masalah. Gue nggak akan maksa. Yang terpenting sekarang lo mau gue antar pulang." Dinar diam menegang ketika Al memegang pundaknya.

tangan cowok itu masih betah bertengger di pundaknya.

Membuat Dinar akhirnya mengangguk karena ingin terbebas dari detak jantungnya yang semakin menggila.

Cowok itu terlihat sangat tersenyum bahagia setelah Dinar mengangguk. Alvaro mengusap beberapa kali puncak kepala Dinar. gadis itu melotot dan diam seperti patung. Alvaro yang melihat itu justru terkekeh, dan menarik dengan lembut tangan Dinar agar cepat masuk ke dalam mobil.

Di perjalanan menuju rumah Dinar, tidak ada yang saling bicara, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Sebenernya Alvaro ingin sekali bertanya, ada banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan kepada Dinar, tapi ia tidak yakin jika gadis itu akan mau menjawab pertanyaan, biarlah dia akan cari tau sendiri secara pelan-pelan yang terpenting sekarang Dinar sudah mau di antar pulang dengannya.

Sekitar lima belas menit mobil Alvaro berhenti di depan gang kecil, tempatnya sepi dan sedikit gelap, Al mengerutkan kening dan bertanya pada Dinar.

"Rumah lo di sini?"

Dinar menoleh kearah Al dan mengangguk. "Iya rumah gue masuk gang kecil itu, nggak jauh dari sini kok." jawab Dinar, Alvaro mengangguk lalu ikut turun.

Mereka berdiri tepat di depan gang itu. "Itu rumah gue yang cat warna biru." tunjuk Dinar pada sebuah rumah kecil yang tidak jauh dari gang itu.

Alvaro mengikuti arah tunjuk Dinar, mata cowok sedikit terbuka, melihat kondisi rumah Dinar yang sangat kecil dan sedikit kumuh. tidak menyangka Dinar tinggal di rumah seperti itu, jauh sekali dengan rumahnya yang sangat besar, tanpa sadar Al mengucap syukur karena diberi tempat tinggal yang layak olah tuhan.

"Al." panggil Dinar, Alvaro segera menoleh kearah Dinar tersadar dari lamunanya.

"Makasih ya, sudah mau antar gue pulang." ucap Dinar tersenyum kepada Al. membuat cowok itu terpana dengan senyuman gadis itu.

"Alvaro." panggil Dinar lagi sambil melambaikan tangannya di depan wajah cowok itu.

Al berdehem menggaruk tengkuknya yang tak gatal, malu karena ketahuan memperhatikan gadis itu.

"Hehehe.. Iya sama-sama. Kalau gitu gue pamit dulu ya," Dinar tersenyum lagi lalu mengangguk, memperhatikan Al yang masuk kedalam mobil sampai cowok itu pergi meninggalkan ia seorang diri.

Ada rasa bahagia dan juga takut yang Dinar rasakan, ia takut jika sampai Aron tau dia pulang bersama Alvaro pasti akan bahaya, Dinar bukan takut tentang dirinya, tapi ia takut terjadi sesuatu dengan Alvaro.

Di sisi lain Dinar bahagia ternyata masih ada cowok sebaik Alvaro yang mau perhatian dengannya. ia meraba dadanya dan menghembuskan napas panjang, semoga tidak akan terjadi sesuatu setelahnya.

***

"Lo mau kemana?" tanya cowok yang kini sedang duduk bersama seorang gadis di taman belakang.

"Mau masuk kelas. Bentar lagi bel." gadis itu adalah Dinar dan cowok yang bersamanya adalah Aron.

Dinar sudah ingin beranjak dari duduknya, tapi tidak jadi setelah Aron berkata sesuatu. "Berani lo ninggalin gue. Lo tau akibatnya!" ucap Aron dingin dan datar dengan menatap Dinar tajam.

"Ta__ tapi ntar gue di hukum. Ada PR juga yang harus gue kumpulin." Dinar menunduk tidak berani melihat wajah Aron yang begitu menakutkan.

"Gue nggak peduli!! Sekarang lo pijitin kaki gue." Dinar hanya diam sambil terus menunduk. "Ayo pijitin! SEKARANG!!" bentaknya. Dinar gelagapan dan langsung mulai memijit kaki yang sudah di luruskan oleh cowok itu.

Aron meluruskan kakinya di hadapan Dinar yang duduk di bawah sementara Aron duduk di kursi bersandar di sandaran kursi sambil bersiul-siul menikmati rokok dan pijatan Dinar.

"Ron, Gue boleh tanya. sampai kapan lo kayak gini ke gue?" Aron mengernyit menatap sinis pada gadis yang duduk di bawahnya.

"ngapain lo tanya-tanya! sampai kapan itu urusan gue. lagian lo punya hutang sama gue. ingat itu!!"

"Sekarang tinggal pilih, lo mau jadi pacar gue sampai gue puas. atau lo lebih milih sesuatu yang lo bilang sangat berharga itu pergi ninggalin lo!!" ancam cowok itu.

Dinar diam tidak berani menjawab ataupun bertanya lagi, pilihan yang sangat sulit, Dinar tidak bisa memilih. mungkin sudah nasib dirinya yang harus menjadi pacar Aron.

Tanpa mereka ketahui ada seseorang yang melihat kelakuan Aron dengan geram. matanya menatap tajam, Tangannya terkepal. siapa lagi kalau bukan Alvaro, ia benar-benar tidak suka Dinar di perlakukan seperti itu.

Alvaro memutar badan, pergi meninggalkan dua orang itu. dalam hati dirinya harus segera mencari tau alasan Dinar mau di perlakukan tidak baik dan di tindas.

Benar saja Dinar mendapatkan hukuman dari gurunya karena tidak masuk kelas dan tidak mengumpulkan PRnya, Dinar di hukum mengumpulkan sampah yang ada di pinggir lapangan. dan juga setelah mengumpulkan sampah ia harus membersihkan toilet, sebenarnya membersihkan toilet itu hukuman untuk Aron, Karena cowok itu juga tidak masuk di jam pelajaran pertama, namun Aron justru menyuruh Dinar untuk menggantikan tugas dari guru.

Al yang baru keluar dari kelas dan hendak pulang, harus menghentikan langkahnya, ia melihat seorang gadis di pinggir lapangan sedang mengumpulkan sampah yang di masukkan kedalam kresek besar.

Al pun menyuruh para sahabatnya untuk pulang duluan. Setelah kepergian para sahabatnya Alvaro putar balik menuju ke lapangan.

Ia mulai memungut sampah yang ada di tengah lapangan. Dinar menoleh karena merasa ada seseorang, dan matanya membulat ketika melihat Alvaro tengah mengambil sampah yang berserakan.

"Alvaro. Lo ngapain?" Dinar Buru-buru menghampiri Al dan mencoba menghentikan apa yang cowok itu lakukan.

"Udah Al. Biar gue aja, kan ini gue yang di hukum." Dinar masih berusaha menghentikan Alvaro yang masih saja memungut sampah-sampah itu.

"Nggak apa-apa, biar cepat selesai, lo harus kerja kan?" Dinar mengangguk sebagai jawaban.

"Iya udah ayo. Biar cepat." Al mulai mengambil sampah itu lagi.

"Tapi habis ini gue masih ada hukuman lagi." Alvaro terdiam lalu berbalik menatap Dinar.

"Ada lagi? Hukuman apa?"

"Bersihin toilet." Alvaro sempat terkejut tapi sedetik berikutnya ia tersenyum.

"Oke.. gue bantu." Dinar buru-buru menggeleng.

"Nggak usah Al. Biar gue aja." tolak Dinar.

"nggak ada penolakan, pokoknya gue bantuin lo." Dinar menghela napas menghadapi keras kepala dari anak baru itu.

Alvaro terkekeh geli, melihat wajah bad mood dari Dinar, entah kenapa Al suka melihat wajah cemberut dari Dinar karena dirinya.

Hukuman pertama selesai, kini di lanjut ke toilet anak kelas tiga, Al yang terlebih dahulu mengerjakannya mulai menyiram dan menyikat WC yang terlihat kotor.

Jujur ini adalah pertama kalinya seorang Alvaro membersihkan kamar mandi, Di sekolah lamanya dia tidak pernah mendapatkan hukuman sampai harus membersihkan toilet seperti ini.

Satu jam sudah mereka membersihkan toilet, dan akhirnya selesai, Alvaro mengusap keringat yang sudah membasahi tubuhnya, baju seragamnya pun kini basah oleh keringat.

Dinar yang melihat itu merasa bersalah, harusnya cowok itu tidak perlu melakukannya.

"Al maafin gue ya." mendengar itu Al mengerutkan kening.

"Kenapa lo minta maaf?"

"Karena gue. Lo pasti cape, baju seragam lo juga basah." Alvaro justru terkekeh, lalu menghampiri Dinar.

"Kenapa lo minta maaf, kan gue yang mau bantu lo." ucapnya dengan tersenyum manis, yang di balas senyum tipis, gadis itu benar-benar tidak enak pada Alvaro.

"Ayo kita pulang, gue anter. Jam segini udah nggak ada kendaraan umum." Dinar mengangguk setuju, karena memang jam sudah mulai sore, kendaraan umum sudah sulit di temukan.

Alvaro dan Dinar jalan ber iringan di koridor sekolah menuju parkiran, hanya ada mereka, para murid-murid lain sudah pada pulang. Dinar berjalan sambil menunduk merasakan detak jantung yang selalu berdetak sangat cepat jika bersama Alvaro. Sebenarnya bukan hanya Dinar, Al pun juga merasa jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Tapi Al selalu berusaha menutupi rasa itu dengan santai dan sesekali menghembuskan napasnya.

Diam-diam Alvaro tersenyum bahagia, lagi-lagi ia bisa semakin dekat dengan Dinar, dirinya pun juga sudah yakin jika ia memang menyukai sosok gadis yang sekarang ada di sampingnya.

Alvaro mulai meninggalkan area sekolah dengan Dinar di boncengannya.

tapi sayang mereka tidak tau, jika ada seseorang tidak jauh dari mereka telah memotret kedekatan Alvaro dan juga Dinar.

***

Hal yang paling membahagiakan di dunia ini adalah ketika kita bisa berkumpul bersama keluarga tercinta, entah itu hanya mengobrol, bermain, atau bercanda gurau. Seperti cowok tampan Alvaro yang kini tengah melangkah dari lantai dua menuju ruang tengah di rumahnya, tempat keluarganya menghabiskan waktu bersama.

Seperti biasa dengan jail Al sengaja duduk di tengah-tengah adik kembarnya, Alvaro memang paling hobi menjaili adiknya itu. "Ihhh... Kakak!. Kebiasaan deh! Tempat duduk kan banyak kenapa harus duduk di sini!" Omel Rani sambil mendorong-dorong tubuh Abangnya.

"Suka-suka gue lah.." jawab santai Al lalu merebut toples berisi kripik kentang yang sedang di makan Qilla adiknya.

"Kak!... Kok di ambil semua sih..!" protesnya meraih toples itu.

Alvaro hanya menjulurkan lidahnya membuat sang adik merengut kesal.

Di sofa lain orang tua mereka tengah menatap anak-anaknya hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan mereka yang selalu ribut.

Al melirik kearah orang tuannya yang sedang menonton televisi. Posisi sang Bunda tengah bersandar di dada pada Ayahnya, Ayahnya mengusap dan mengecup pucak kepala sang Bunda, sesekali mereka saling pandang tersenyum. Al yang melihat itu ikut tersenyum, ia sangat bahagia, mempunyai keluarga yang begitu saling mencintai, Alvaro ingin suatu saat akan seperti itu juga, Dan dalam hati ia ingin Dinar lah wanita itu.

ketika asyik menonton televisi, notif ponsel Alvaro berbunyi, ia melihat dan terdapat pesan dari Bastian. Ia beranjak dari duduknya menjauh dari keluarganya, lalu menelpon sahabatnya itu.

"Halo.."

"Halo Al?"

"Gimana?" tanya Al.

"Gue sudah dapet informasinya." Al tampak tersenyum merekah.

"Lo serius?"

"Iya lah.. Masa gue bohong! Kalau lo mau tau susul gue di cafe sekarang." jawab Bastian dan menyuruh Al segera menyusulnya.

"Oke__ Oke__ gue ke sana sekarang, lo kirim aja lokasi cafenya" Alvaro segera menutup teleponnya dan pergi ke kamar untuk mengambil jaket dan kunci motor.

cowok itu menghampiri orang tuannya untuk berpamitan. "Ayah, Bunda. Al keluar sebentar ya." pamitnyq sambil menyalami tangan orang tuannya.

"Kamu mau kemana?" tanya Bundanya bingung, karena putranya terlihat buru-buru.

"ada urusan bentar Bun." jawab Al sambil melangkah keluar rumah tidak lupa mengucapkan salam sebelum pergi.

Al segera melajukan motornya ketika pesan dari Bastian sudah masuk memberi tau alamat pertemuan mereka.

Tidak butuh waktu lama Al pun sudah sampai, matanya mengedarkan pandangannya mencari keberadaan sahabatnya itu.

Bastian melambaikan tangannya kearah Alvaro, Al tersenyum dan bergegas menghampiri Bastian.

"Ehh.. Ada lo juga ternyata?" ucap Al ketika baru sampai dan melihat dua sahabatnya yang lain.

"Iya lah.. Kalian tega banget sih.. Ada misi yang seru tapi nggak ngajak-ngajak kita." protes sahabat Al yang tak lain adalah Niko.

Bastian telah menceritakan semuanya kepada dua sahabatnya itu, karena menurut Bastian. Mereka juga berhak tau, siapa tau mereka bisa membantu.

"Bukan nggak mau ngajak. Tapi gue nggak mau kalau kalian bakal bocorin ini ke orang-orang." jujur Al kepada mereka, Niko tampak pura-pura mencibir sedangkan Heru mendengus kesal.

"Lo pikir kita lambe turah, yang nyebarin gosip!" Al terkekeh lalu meminta maaf pada mereka.

Mata Al langsung tertuju pada Bastian yang juga sedang menatapnya. "Jadi?" tanya Al menaikan alisnya.

"Ternyata Dinar mau jadi pacar Aron karena sebuah janji." Al diam mengerutkan keningnya.

"Jadi, Dinar punya hutang karena dia terpaksa meminjam uang sama Aron, untuk biaya berobat adiknya yang terkena penyakit, tapi gue nggak tau adiknya sakit apa. Aron mau meminjamkan uang itu asal Dinar mau jadi pacar dia. Dengan terpaksa Dinar mau demi adiknya. makanya kenapa Dinar sekarang bekerja. Untuk membayar hutang agar ia bisa terbebas dari cowok brengsek seperti Aron itu." Al diam namun ia sangat terkejut.

"Orang tuanya?" sedari tadi itu pertanyaan yang ingin Al tanyakan, kenapa Dinar harus bekerja keras seorang diri.

Bastian menghembuskan napas berat, menyeruput Cappucinonya terlebih dahulu dan melanjutkan ceritanya. "Nyokapnya sudah gue kurang tau kapa. Sementara bokapnya ninggalin mereka begitu aja, nggak ada yang tau kemana perginya." Al memejamkan matanya, ternyata kehidupan Dinar begitu memprihatinkan.

Rasanya dirinya harus segera membatu gadis itu agar terbebas dari cowok seperti Aron.

"Thank bro.. Lo udah mau bantuin gue,," Bastian tersenyum lalu menepuk pundak Al.

"Sama-sama Al.. Gue dari pertama kali kenal lo, langsung percaya kalau lo bisa bantuin Dinar. Jujur dari dulu gue kasihan sama dia, ketika gue lihat dia sama Aron, ada rasa ingin nolongin tapi gue nggak tau caranya."

"Tapi lo nggak ada rasa kan sama Dinar?" tanya Al menyelidik. Bastian tertawa dan menepuk-nepuk lagi pundak Al.

"Hahaha... Lo tenang aja. Gue udah punya sendiri kok. Gue tulus mau bantuin lo dan Dinar." tanpa sadar Al bernapas lega. Bastian yang melihatnya hanya terkekeh.

"Jadi selanjutnya lo mau apa?." tanya tiba-tiba Niko yang sedari tadi hanya diam.

"Gue akan cari tau, sebesar apa hutang Dinar sama Aron. Sebisa mungkin gue akan bantu." mereka mengangguk mengerti. Sementara Al terdiam sejenak memikirkan caranya.

Alvaro melirik jam yang ada di pergelangan tangannya, masih ada waktu. Batin Al, lalu ia segera beranjak dari duduknya.

"Mau kemana lo?" tanya Heru.

"Ketempat kerja Dinar." jawab Al lalu mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya.

"Ini buat kalian. Semua gue traktir, makan sepuas lo" ucapnya, menaruh uang itu di atas meja. Kedua sahabatnya bersorak gembira, Bastian menggelengkan kepalanya melihat kelakuan dua sahabat gilanya itu.

***

Al setia menunggu Dinar, ia sengaja menunggu di luar, dari sini saja ia bisa melihat gadis itu bekerja dengan semangat, walaupun sesekali Dinar menyeka keringat yang ada di keningnya. Tapi hal itu tidak melunturkan semangatnya. Alvaro sangat kagum dengan Dinar, di usianya yang masih muda Dinar mau bekerja keras, dan tidak mengabaikan tentang sekolahnya, ia masih bisa menjadi murid dengan nilai terbaik dan menjadi murid teladan, tapi karena Aron, Dinar menjadi sering kena hukum oleh guru BK padahal Dinar tidak melakukan kesalahan apa-apa.

Senyum Al semakin merekah ketika Dinar mulai berjalan keluar, Dinar terus berjalan ia belum menyadari jika di depannya ada cowok yang beberapa hari ini selalu ada untuk dirinya.

"Dinar." sapa Al, mendengar namanya di panggil sontak membuat Dinar menghentikan langkahnya, ia mendongak dan terkejut melihat siapa yang ada di hadapannya.

"Al? Ngapain lo di sini lagi?" Dinar bingung sendiri kenapa Al mau repot-repot datang terus ke tempat kerjanya.

"Jemput lo lah.. Mau apa lagi." jawab Al yang tidak melunturkan senyumnya.

Dinar menghembuskan napas lalu menggaruk keningnya yang tak gatal. "Bukan itu maksud gue Al. Maksud gue lo kenapa jemput gue terus, gue kan nggak minta." Dinar menatap Al dengan kesal, ketika ia sedang kesal cowok itu terlihat biasa-biasa saja. Justru tersenyum semakin manis.

"Gue mau ngomong sesuatu sama lo." raut wajah Al berubah lebih serius Dinar menaikan alisnya, menunggu cowok itu melanjutkan bicaranya. "Sebelumnya gue minta maaf. Tapi gue ngelakuin ini karena gue perduli sama lo." Dinar semakin bingung, omongan cowok ini terlalu berbelit-belit.

"Langsung intinya aja Al, gue bingung." Al menarik napas dan membuangnya secara kasar, di tatapnya Dinar sungguh-sungguh lalu berkata.

"Gue diam-diam cari tau tentang kehidupan lo. dan gue tau kenapa lo mau pacaran sama Aron. Itu karena lo punya hutang sama dia kan?" Dinar membulatkan matanya.

"Makanya lo selalu nurut apa yang Aron perintahkan." kini Dinar memandang tajam kearah Al.

"Maksud lo apa cari tau tentang gue!." nada bicara Dinar sedikit meninggi, Al paham pasti Dinar marah padanya.

"Gue nggak bermaksud apa-apa sama lo Din. Gue tulus mau nolongin lo."

"Nolongin gue? Untuk apa? Gue nggak butuh belas kasihan dari lo! Gue masih bisa nyelesain masalah gue sendiri!." mendengar hal itu Al langsung menggeleng kepalanya.

"Bukan gitu Din. Gue niat batuin lo karena gue memang tulus mau bantu lo. Dan gue ngelakuin itu karena..." Al terdiam sejenak ia ragu untuk melanjutkannya.

"Karena apa." Al masih diam menatap mata Dinar yang terus menatapnya dengan tajam.

"Udah lah Al.. Gue mohon sama lo. jangan ikut campur urusan pribadi gue lagi. Kita bukan siapa-siapa, oke gue terima kasih sama niat baik lo. Tapi sekali lagi. gue nggak butuh bantuan dari lo." lanjut Dinar dengan tegas.

"Dan gue harap ini terakhir. lo datang ke sini untuk jemput gue. Karena gue nggak mau berurusan lagi sama lo!" pinta Dinar dan langsung melangkah pergi meninggalkan Alvaro yang berdiri terpaku di tempatnya.

ia menatap punggung Dinar yang melangkah semakin menjauh dengan sendu, salahkah dia jika ingin menolong orang yang di cintainya. Jika salah. Katakan harus bagaimana ia harus berbuat agar gadis itu tidak pergi menjauh darinya.

Terpopuler

Comments

Baby Mochie

Baby Mochie

aku mampir ni thor, mampir juga yuk di novel ku

2022-01-13

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Sekolah Baru
2 Bab 2. Awal Bertemu
3 Bab 3. Hujan
4 Bab 4. Rahasia Dinar
5 Bab 5. Demi Dinar
6 Bab 6. Dinar Cemburu
7 Bab 7. Menolong Adik Dinar
8 Bab 8. Kebahagiaan Jingga
9 Bab 9. Awal Yang Indah
10 Bab 10. Kerumah Alvaro
11 Bab 11. Dinar dalam bahaya
12 Bab 12. Jadian
13 Bab 13. Kumpul Keluarga
14 Bab 14. Hari pertama jadian
15 Bab 15. Dinar Marah
16 Bab 16. Masa kecil Alvaro
17 Bab 17. Jalan-Jalan Sore
18 Bab 18. Mencelakai Dinar
19 Bab 19. Membantu Seorang Gadis
20 Bab 20. Tak Ingin Mengaku
21 Bab 21. Kejutan Ulang Tahun
22 Bab 22. Kecewa
23 Bab 23. Tidak Bisa Melihatmu Bersedih
24 Bab 24. Orang Misterius
25 Bab 25. Aku Sayang Kamu
26 Bab 26. Ingin Meninggalkannya
27 Bab 27. Sadar
28 Bab 28. Takut Salah Sangka
29 Bab 29. Selalu Percaya Padamu
30 Bab 30. Kertas Ancaman
31 Bab 31. Menikah
32 Bab 32. Pengantin Baru, Kehidupan Baru
33 Bab 33. Kencan setelah menikah
34 Bab 34. Masuk Sekolah
35 Bab 35. Keputusan yang benar
36 Bab 36. Indahnya Sunset
37 Bab 37. Cerita Tentang Ibu
38 Bab 38. Guru dadakan
39 Bab 39. Tukang Sayur
40 Bab 40. Menghargai Diri Sendiri
41 Bab 41. Masalah Dalam Rumah Tangga
42 Bab 42. Menolak Tawaran Bu Ningsih
43 Bab 43. Menyerah lah
44 Bab 44. Mie Ayam
45 Bab 45. Cara Menunjukkan Kasih Sayang
46 Bab 46. Berangkat Berkemah
47 Bab 47. Ancaman
48 Bab 48. Kemah Day I
49 Bab 49. Kemah Day II
50 Bab 50. Camping Yang Kacau
51 Bab 51. Menginap di Villa
52 Bab 52. Penganggu
53 Bab 53. Sebuah Panggilan
54 Bab 54. Was-Was
55 Bab 55. Malam Pertama Yang Gagal
56 Bab 56. Perhatian
57 Bab 57. Bersalah
58 Bab 58. Pasar Malam
59 Bab 59. Apakah Dia Kembali
60 Bab 60. Menyesal
61 Bab 61. Akhirnya
62 Bab 62. Pertunangan
63 Bab 63. Siapa Dia.
64 Bab 64. Penasaran
65 Bab 65. Sahabat kecil Alvaro
66 Bab 66. Kecewa kepadanya
67 Bab 67. Sakit
68 Bab 68. Maafkan aku
69 Bab 69. Salah Paham
70 Bab 70. Masih berharap
71 Bab 71. Penghasut
72 Bab 72. Makan malam
73 Bab 73. Ungkap
74 Bab 74. Menenangkan Hati
75 Bab 75. Memperbaiki Hubungan
76 Bab 76. Kena Marah.
77 Bab 77. Memaafkan
78 Bab 78. Ternyata!
79 Bab 79. Ingin Pindah
80 Bab 80. Mengalah
81 Bab 81. Kumpul Keluarga
82 Bab 82. Kumpul Keluarga II
83 Bab 83. Meminta izin
84 Bab 84. Jalan jalan Ke Mall
85 Bab 85. Pingsan
86 Bab 86. Hamil
87 Bab 87. Periksa
88 Bab 88. Berbaikan
89 Bab 89. Masalah Baru
90 Bab 90. Belum terungkap
91 Bab 91. Meminta Maaf
92 Bab 92. Kotak Misterius
93 Bab 93. Siapa?
94 Bab 94. Ketakutan!
95 Bab 95. Pernah Melihat
96 Bab 96. Tertabrak
97 Bab 97. Masuk rumah sakit
98 Bab 98. Mulai Ngidam
99 Bab 99. Tebak tebak buah manggis
100 Bab 100. Mulai Manja
101 Bab 101. Terus mencari pelaku
102 Bab 102. Terkuak.
103 Bab 103. Fakta Yang Merumitkan.
104 Bab 104. Akibat Ngidam
105 Bab 105. Kehilangan Jejak
106 Bab 106. Rencana
107 Bab 107. Menjebak
108 Bab 108. Tertangkap
109 Bab 109. Dendam
110 Bab 110. Belum berani bertemu
111 Bab 111. Semakin Rumit
112 Bab 112. Terlalu kecewa
113 Bab 113. Pergi.
114 Bab 114. Mencari kebenaran
115 Bab 115. Ingin Meminta Maaf
116 Bab 116. Klepon
117 Bab 117. Makan Malam
118 Bab 118. Kembali Pulang
119 Bab 119. Ingin bertemu.
120 Bab 120. Joging
121 Bab 121. Pergi Bertemu Ayah
122 Bab 122. Selalu Tersakiti
123 Bab 123. Ingin melihat mereka berdamai
124 Bab 124. Nambah Adik
125 Bab 125. Meminta Tolong
126 Bab 126. Acara Empat bulanan
127 Bab 127. Cemburu Bumil
128 Bab 128. Canggung
129 Bab 129. Berbaikan dengan masa lalu
130 Bab 130. Meniti kehidupan yang baru
131 Bab 131. Don't Cry
132 Bab 132. Akhirnya bisa memaafkan
133 Bab 133. Napsu makan bumil
134 Bab 134. Ask for help
135 Bab 135. Mulai bekerja
136 Bab 136. Izin
137 Bab 137. Meet Dad
138 Bab 138. Berkumpul
139 Bab 139. Menuruti keinginan
140 Bab 140. Gardening
141 Bab 141. Ingin kencan bersama
142 Bab 142. True Friend
Episodes

Updated 142 Episodes

1
Bab 1. Sekolah Baru
2
Bab 2. Awal Bertemu
3
Bab 3. Hujan
4
Bab 4. Rahasia Dinar
5
Bab 5. Demi Dinar
6
Bab 6. Dinar Cemburu
7
Bab 7. Menolong Adik Dinar
8
Bab 8. Kebahagiaan Jingga
9
Bab 9. Awal Yang Indah
10
Bab 10. Kerumah Alvaro
11
Bab 11. Dinar dalam bahaya
12
Bab 12. Jadian
13
Bab 13. Kumpul Keluarga
14
Bab 14. Hari pertama jadian
15
Bab 15. Dinar Marah
16
Bab 16. Masa kecil Alvaro
17
Bab 17. Jalan-Jalan Sore
18
Bab 18. Mencelakai Dinar
19
Bab 19. Membantu Seorang Gadis
20
Bab 20. Tak Ingin Mengaku
21
Bab 21. Kejutan Ulang Tahun
22
Bab 22. Kecewa
23
Bab 23. Tidak Bisa Melihatmu Bersedih
24
Bab 24. Orang Misterius
25
Bab 25. Aku Sayang Kamu
26
Bab 26. Ingin Meninggalkannya
27
Bab 27. Sadar
28
Bab 28. Takut Salah Sangka
29
Bab 29. Selalu Percaya Padamu
30
Bab 30. Kertas Ancaman
31
Bab 31. Menikah
32
Bab 32. Pengantin Baru, Kehidupan Baru
33
Bab 33. Kencan setelah menikah
34
Bab 34. Masuk Sekolah
35
Bab 35. Keputusan yang benar
36
Bab 36. Indahnya Sunset
37
Bab 37. Cerita Tentang Ibu
38
Bab 38. Guru dadakan
39
Bab 39. Tukang Sayur
40
Bab 40. Menghargai Diri Sendiri
41
Bab 41. Masalah Dalam Rumah Tangga
42
Bab 42. Menolak Tawaran Bu Ningsih
43
Bab 43. Menyerah lah
44
Bab 44. Mie Ayam
45
Bab 45. Cara Menunjukkan Kasih Sayang
46
Bab 46. Berangkat Berkemah
47
Bab 47. Ancaman
48
Bab 48. Kemah Day I
49
Bab 49. Kemah Day II
50
Bab 50. Camping Yang Kacau
51
Bab 51. Menginap di Villa
52
Bab 52. Penganggu
53
Bab 53. Sebuah Panggilan
54
Bab 54. Was-Was
55
Bab 55. Malam Pertama Yang Gagal
56
Bab 56. Perhatian
57
Bab 57. Bersalah
58
Bab 58. Pasar Malam
59
Bab 59. Apakah Dia Kembali
60
Bab 60. Menyesal
61
Bab 61. Akhirnya
62
Bab 62. Pertunangan
63
Bab 63. Siapa Dia.
64
Bab 64. Penasaran
65
Bab 65. Sahabat kecil Alvaro
66
Bab 66. Kecewa kepadanya
67
Bab 67. Sakit
68
Bab 68. Maafkan aku
69
Bab 69. Salah Paham
70
Bab 70. Masih berharap
71
Bab 71. Penghasut
72
Bab 72. Makan malam
73
Bab 73. Ungkap
74
Bab 74. Menenangkan Hati
75
Bab 75. Memperbaiki Hubungan
76
Bab 76. Kena Marah.
77
Bab 77. Memaafkan
78
Bab 78. Ternyata!
79
Bab 79. Ingin Pindah
80
Bab 80. Mengalah
81
Bab 81. Kumpul Keluarga
82
Bab 82. Kumpul Keluarga II
83
Bab 83. Meminta izin
84
Bab 84. Jalan jalan Ke Mall
85
Bab 85. Pingsan
86
Bab 86. Hamil
87
Bab 87. Periksa
88
Bab 88. Berbaikan
89
Bab 89. Masalah Baru
90
Bab 90. Belum terungkap
91
Bab 91. Meminta Maaf
92
Bab 92. Kotak Misterius
93
Bab 93. Siapa?
94
Bab 94. Ketakutan!
95
Bab 95. Pernah Melihat
96
Bab 96. Tertabrak
97
Bab 97. Masuk rumah sakit
98
Bab 98. Mulai Ngidam
99
Bab 99. Tebak tebak buah manggis
100
Bab 100. Mulai Manja
101
Bab 101. Terus mencari pelaku
102
Bab 102. Terkuak.
103
Bab 103. Fakta Yang Merumitkan.
104
Bab 104. Akibat Ngidam
105
Bab 105. Kehilangan Jejak
106
Bab 106. Rencana
107
Bab 107. Menjebak
108
Bab 108. Tertangkap
109
Bab 109. Dendam
110
Bab 110. Belum berani bertemu
111
Bab 111. Semakin Rumit
112
Bab 112. Terlalu kecewa
113
Bab 113. Pergi.
114
Bab 114. Mencari kebenaran
115
Bab 115. Ingin Meminta Maaf
116
Bab 116. Klepon
117
Bab 117. Makan Malam
118
Bab 118. Kembali Pulang
119
Bab 119. Ingin bertemu.
120
Bab 120. Joging
121
Bab 121. Pergi Bertemu Ayah
122
Bab 122. Selalu Tersakiti
123
Bab 123. Ingin melihat mereka berdamai
124
Bab 124. Nambah Adik
125
Bab 125. Meminta Tolong
126
Bab 126. Acara Empat bulanan
127
Bab 127. Cemburu Bumil
128
Bab 128. Canggung
129
Bab 129. Berbaikan dengan masa lalu
130
Bab 130. Meniti kehidupan yang baru
131
Bab 131. Don't Cry
132
Bab 132. Akhirnya bisa memaafkan
133
Bab 133. Napsu makan bumil
134
Bab 134. Ask for help
135
Bab 135. Mulai bekerja
136
Bab 136. Izin
137
Bab 137. Meet Dad
138
Bab 138. Berkumpul
139
Bab 139. Menuruti keinginan
140
Bab 140. Gardening
141
Bab 141. Ingin kencan bersama
142
Bab 142. True Friend

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!