Bantu vote, komen dan rating hadiah ya gaes.....
Inggit mengembuskan napas lelah. Ia sedang berada di kamar di kediaman sang direktur. Setelah melakukan sesi percintaan mereka di kantor selama hampir 2 jam, Revano menyuruh sopir pribadi lelaki itu menjemput Inggit dan langsung mengantarkan Inggit ke rumah megah itu.
"Aduh! Kenapa aku ceroboh banget, sih!"
Inggit mengacak rambutnya kesal. Merutuki dirinya sendiri yang gampang sekali termakan rayuan Revano itu.
"Ka--kalau aku ketahuan sama istrinya Pak Revano gimana?" rutuk Inggit kesal pada diri sendiri.
"Inggit, kenapa ceroboh banget sih...."
"Kamu mulai kurang?"
Suara bass itu membuat Inggit menghentikan tingkah konyolnya. Di ambang pintu Revano berdiri dengan tangan bersedekap. Lelaki itu sudah meninggalkan jasnya.
"A--anu...."
Inggit tergagap bingung. Mau bilang apa coba?
"Siapkan saya makan malam!"
Inggit melongo bingung. Apalagi ketika lelaki itu masuk ke kamar dan nyelonong membuka lemari. Membuat wanita itu tambah kaget akan tingkah sang direktur yang membuka pakaian di hadapannya.
"Pa--pak!" ucap Inggit membalikkan tubuhnya.
"Kenapa? Kamu sudah melihat semuanya, kan?" ucap Revano datar.
Inggit ingin sekali mengetok kepala lelaki itu, tapi ia tak berani. Kenapa orang kaya seenaknya begini sih pada dirinya yang hanyalah rakyat jelata ini.
"Sana keluar! Tunggu saya di meja makan!"
Inggit ingin membuka suara, tapi urung karena lelaki itu sudah masuk ke kamar mandi.
"Huh!" dengusnya kesal.
Melangkah dengan malas, Inggit keluar dari kamar untuk menjalankan titah sang tuan. Ketika ia sudah di dapur, Inggit menemukan seorang ART yang sedang menyiapkan makan malam di atas meja makan.
'Kalau sudah ada ART kenapa masih nyuruh aku, sih?'
"Eh, Non! Mau makan?" ucap wanita paruh baya yang sibuk menata makanan di atas meja.
Inggit tersenyum dan menjawab dengan anggukan. Duduk di salah satu kursi, Inggit memperhatikan menu makan malam yang hampir memenuhi meja makan panjang itu.
"Siapa saja yang makan, Bi? Kok banyak banget," ucap Inggit pada sang ART.
"Pak Revano sama Non Inggit saja," jawab Bi Nuri sebelum berlalu.
'Orang kaya makanan kok dibuang-buang. Banyak banget gini emang habis apa kalau yang makan cuma dua orang....'
Sepuluh menit kemudian, Revano memasuki ruang makan. Lelaki itu duduk di kursi ujung meja.
"Ambilkan saya nasi dan lauknya!"
Inggit membuka mulutnya dengan kelakuan Revano yang menyodorkan piring ke hadapannya. Ingin membantah, tapi ia tidak punya hak. Dengan terpaksa wanita itu mengabil piring yang disodorkan lelaki itu dan mengisi nasi dan lauknya.
"Bagus!" gumam lelaki itu setelah menerima piring dari Inggit.
"Orang kaya bebas!" lirih Inggit kesal.
"Apa?" ucap Revano mendelik.
Inggit menggeleng, dan segera menyantap makanannya. Hanya denting sendok beradu dengan piring mengisi acara makan kedua orang itu.
"Bapak tidak pulang ke rumah?"
Inggit ingin menarik kembali pertanyaan lancangnya itu, tapi sudah terlanjur.
Revano yang baru selesai minum, menatap tajam wanita yang duduk di kursi samping kanannya.
"Ini rumah saya kalau kamu lupa," ucap lelaki itu dingin.
"Ma--maaf, Pak," ujar Inggit menunduk.
"Satu lagi. Jika di rumah, kamu tidak perlu memanggil saya dengan embel-embel 'Pak'!"
Revano berlalu setelah itu. Tinggallah Inggit yang menggerutu seorang di kursinya.
"Ini mulut kenapa suka banget ngoceh sih!" rutuknya.
_____
Inggit bangun pagi ini dengan badan pegal-pegal. Oh jangan tanya dia kenapa badannya pegal-pegal. Tentu saja karena sang tuan besar yang memporak-porandakannya selama hampir 3 jam semalam. Inggit baru bisa tertidur ketika jarum jam menunjukkan angka jam 12 malam. Ia tidak tahu apa Revano yang kelebihan hormon atau hasrat lelaki itu yang kelewatan?
Oh satu lagi. Jangan harap ia bisa menemukan keberadaan lelaki itu yang terbaring di ranjang sampingnya. Karena setelah sesi percintaan mereka selesai, lelaki itu langsung berlalu keluar dari kamar dengan memasang kembali pakaiannya. Sedangkan, Inggit ditinggal sendiri dengan tubuh polos berbalut selimut. Ah, memang apa yang ia harapkan sebagai seorang simpanan?
.....
"Ya ampun, Inggit! Di rumahmu memang gak ada jam sehingga kamu baru datang di jam begini!"
Inggit hanya bisa menunduk mendengar cercaan dari seniornya. Mbak Lala sang senior yang mengkepalai semua tim kebersihan memang mempunyai mulut pedas dan suara melengking yang khas membuat orang sakit telinga. Ya, Inggit kesal bukan main karena ia harus terlambat hari ini karena kelakuan sang direktur perusahaan ini. Ia baru sampai di kantor jam 9 padahal jam masuk kantor itu jam 8.
"Maaf, Mbak! Saya begadang semalam," ujar Inggit jujur. Dia memang begadang, kan?
"Oh, dan itu bukan urusanku Inggit, sayang! Pokoknya sebagai hukuman, kamu yang bersihin sendiri ruang meeting hari ini. Karena kita sudah mengambil alih tugas kamu," ucap Mbak Lala panjang lebar.
"Sendiri, Mbak?" tanya Inggit memelas.
"Ya sendirilah. Untung keterlambatan kamu ini gak aku kasih tahu sama HRD," ucap Mbak Lala sebum berlalu pergi.
Inggit menghela napasnya. Mengulas sedikit senyum, ia menyemangati dirinya sendiri untuk bekerja. Ah, jangan kira setelah menjadi simpanan lelaki itu Inggit berhenti kerja. No! Dia masih butuh pekerjaan jika dalam dua bulan ke depan ia didepak oleh lelaki itu.
.....
Revano memilih untuk datang ke ruang meeting lebih dulu sambil tidur dalam posisi duduk. Ia pusing menghadapi celotehan Mamanya dan Mauren semalam. Dia baru saja hendak menyelami mimpinya ketika suara kursi digeser membangunkannya.
"Eh, maaf, Pak...."
Inggit menciut menerima tatapan tajam lelaki itu. Ia selalu takut akan orang-orang yang menatapnya mengintimidasi seperti lelaki itu.
"Lanjutkan pekerjaanmu!"
Inggit mengangguk. Melanjutkan tugas mengepelnya. Revano tidak bisa lagi memejamkan matanya. Lelaki itu memilih untuk memperhatikan pergerakkan Inggit dengan mata tajamnya.
Inggit tahu jika Revano memperhatikannya. Dia hanya pura-pura tidak tahu demi kenyamanan jantungnya yang berpacu cepat.
Revano merutuk dalam hati. Oh, ayolah kenapa wanita itu mengepel dengan cara begitu? Posisi membungkuk Inggit yang membelakangi posisi Revano membuat lelaki itu menegang. Revano menahan dirinya untuk tidak menerjang Inggit di sini, tapi naluri kelelakiannya menolak. Dengan langkah dan gerakan cepatnya lelaki itu sudah menarik Inggit dan mengurungnya di antara meja panjang ruang meeting.
"Pak!" pekik Inggit kaget.
Oh, siapa yabg tidak kaget jika diperlakukan sepertinya.
"Kamu kerja atau menggoda saya," ucap Revano serak. Mata tajamnya memperhatikan wajah polos tanpa polesan bedak wanita di depannya.
"Pak, lepaskan! Nanti ada orang masuk," ucap Inggit gusar. Dia tidak mau tertangkap basah oleh orang lain dengan posisi mereka yang sangat intim seperti ini.
"Tidak ada yang akan masuk...."
Inggit menahan suaranya ketika lelaki itu meniup telinganya. Bukan hanya itu, sentuhan penuh hasrat lelaki itu pada dirinya membuat Inggit hampir menjerit.
"Pak, hentikan!" ucap Inggit dengan napas menderu ketika Revano melepaskan bibirnya dari serangan lelaki itu. Ia mencoba mendorong Revano, tapi tenaganya kalah kuat dengan lelaki itu.
"Tunggu saya di ruangan!" bisik Revano sebelum melepaskan kungkungannya.
Inggit segera menjauh memberi jarak. Memungut pel dan embernya, wanita itu bergegas keluar dari ruang meeting sebelum lelaki itu kembali menyerangnya.
To Be Continue....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Jasmine
wah tak kenal lelah utk terus bercintaa..sptnya kalainan sekss
2022-12-14
0
Jasmine
500jt udh bisa menghidupi dirimu seumur hidup..buka usaha kecil2an sambil tempat tinggal biar tidk sia2 pembelian t4 usaha
2022-12-14
0
Agus Agus
seru ceritax aku suka
2021-12-02
1