Menjadi Simpanan

Menjadi Simpanan

Menyerahkan Diri

Inggit menatap takut-takut pria tampan berwajah blasteran di hadapannya. Pakaian office girlnya yang kumal tak sepadan dengan pakaian mahal lelaki di depannya. Entah keberanian darimana ia mampu berhadapan langsung dengan seorang direktur  Company Smart.

"Seratus juta kuberikan padamu jika kamu bersedia menjadi simpananku...."

"Se--seratus juta?" tanya Inggit tidak percaya. Ia tadi mengutarakan hanya butuh 45 juta, tapi lelaki ini menawarkan lebih.

"Ya, malam ini juga seratus juta bisa kamu pegang, tapi malam ini juga kamu harus melakukan tugas pertamamu," ujar lelaki itu datar.

"Ta--tapi Bapak sudah menikah. Sa--ya tidak mau merusak rumah tangga orang lain," ucap Inggit terbata.

"Ya, atau tidak sama sekali. Saya tidak punya waktu untuk orang yang suka mengurusi urusan orang lain," ucap lelaki itu dingin.

"Ya!" jawab Inggit cepat. Ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Biarlah itu nanti menjadi urusan belakangan.

"Bagus. Saya tunggu kamu nanti malam di sini!" Lelaki itu menyodorkan kertas kecil berisikan sebuah alamat.

Inggit tahu jika keputusannya ini benar-benar akan merobohkan kehidupannya, tapi ia tidak punya cara lain. Ia membutuhkan uang itu untuk membayar hutang-hutang ibunya pada rentenir tua bangka itu. Daripada menjadi gundik tua bangka Dirman itu, Inggit kira ini lebih baik.

Inggit menatap rumah megah di depannya dan kertas kecil di tangannya. Gadis itu mencocokkan alamat  di tangannya dengan rumah mewah yang ada di hadapannya. Ia tahu jika Revano Smith Adrian orang kaya, tapi ia tidak mengira jika sekaya ini direktur perusahaan tempatnya bekerja.

"Permisi, Pak! Benar ini rumah Bapak Revano?" Inggit bertanya pada satpam yang membuka pintu gerbang.

"Mbak Inggit, ya? Pak Revano sudah menunggu di dalam," ujar satpam berumur kisaran 40an itu.

Inggit dituntun oleh satpam masuk ke dalam rumah megah itu. Inggit terus berdecak kagum akan kemewahan dan interior rumah yang berkelas, dia tak sadar jika tingkahnya itu diawasi oleh mata tajam setajam mata elang milik seorang lelaki.

"Sudah puas?"

Suara bass itu membuat Inggit tersadar. Ia cepat-cepat menunduk ketika tahu posisinya saat ini berdiri di hadapan Revano yang duduk di sofa dengan kaki berpangku.

"Kamu mau jadi pembantu atau melayani saya," ucap Revano dingin. Menyoroti penampilan Inggit yang hanya mengenakan cardigan dan rok kain sepanjang mata kaki.

"Sa--saya tidak punya baju terbaik yang lain, Pak," jawab Inggit takut.

"Ck, meneyebalkan! Kamu bahkan sudah membuang waktu saya 10 menit hanya untuk menunggumu."

Inggit menggigiti bibir bawahnya gelisah. Ia memang telat, karena tadi ia harus berjalan kaki untuk masuk ke konplek perumahan ini. Ojek online yang mengantarnya tadi tidak dibolehkan masuk oleh satpam penjaga, dan akhirnya ia harus berjalan kaki sambil mencocokkan alamat rumah.

"Maaf, Pak," ucap Inggit pelan.

Revano mendengus. Bangkit dari tempat duduknya, lelaki itu berdiri di hadapan Inggit yang tampak kecil. Ya, bayangkan saja Revano yang blasteran Inggris--Indonesia ini tingginya seberapa, dan tinggi Inggit hanya sebatas bahu lelaki itu.

"Ikut saya!"

Inggit mengikuti langkah lebar Revano. Kendati keringat dingin mengucur di pelipisnya, Inggit mencoba untuk baik-baik saja.

"Lima ratus juta aku berikan jika kamu bisa menjadi simpananku selama 2 bulan," ucap Revano ketika mereka sudah berada di kamar.

Inggit yang dari tadi menunduk, kini mengangkat kepalanya menatap Revano tak percaya.

"Li--lima ratus juta?"

Dibayangan Inggit, jika uang lima ratus juta itu ada di tangannya, ia bisa kuliah, membeli rumah kecil untuknya, dan akan ia tabung nanti sisanya.

"Ya. Kamu bersedia?"

Inggit menimbang-nimbang keputusannya. Memantapkan hati, ia mengangguk pada Revano yang menyorotnya tajam.

"Tugas pertamamu, melayaniku malam ini...."

Inggit tahu hidupnya tak akan sama lagi ketika ia menyerahkan mahkotanya pada lelaki itu. Meski begitu, Inggit merasa ini lebih baik daripada menjadi gundik si tua bangka. Jika saja ibunya tidak meninggalkan hutang sebanyak itu, Inggit mungkin tak akan merelakan kehidupannya seperti ini, tapi apa boleh buat, semuanya sudah terjadi.

____

Perempuan itu membuka kelopak matanya perlahan. Menoleh ke sisi kirinya, ia mendapati lelaki itu masih terlelap dalam tidurnya. Bangkit dari posisi berbaringnya, Inggit menyambar handphonenya yang ada di nakas untuk melihat jam.

Meringis tertahan ketika rasa perih menjalar di bagian intinya, Inggit memunguti pakaiannya yang berserakan. Memasang kembali pakaiannya, perempuan itu berlalu keluar dari kamar itu.

....

Revano melangkah lebar keluar dari kamarnya dengan hanya mengenakan celana piyama yang ia kenakan semalam. Lelaki itu marah karena tidak menemukan Inggit di ranjangnya.

"Leo!"

Teriakan lelaki itu membahana di rumah megah itu. Lelaki bernama Leo yang dipanggil oleh tuan rumah itu segera menghadap Revano.

"Kenapa kamu membiarkan dia pergi?"

"Dia bilang harus bekerja hari ini, Pak. Saya sudah melarangnya tadi, tapi perempuan itu bersikeras," jawab Leo menunduk.

"Tidak becus!" umpat Revano sebelum berlalu kembali ke kamar.

.....

"Pergi kemana kamu semalam, Rev?"

Perempuan cantik dengan rambut sebahu itu mengejar langkah Revano yang memasuki rumah.

"Bukan urusanmu!"

"Urusanku. Karena aku istrimu, dan kamu tidak menghubungiku kalau kamu tidak akan pulang," ucap perempuan itu menarik tangan Revano menghentikan langkah lelaki itu.

"Jangan melampaui batasmu, Mauren!" geram lelaki itu melepaskan tangannya dari genggaman perempuan itu.

Mauren mengumpat kesal akan tingkah Revano. Nyatanya menjadi istri lelaki itu bukannya membuat Revano luluh, tapi yang ada kebencian lelaki itu.

"Kalau aku tidak bisa mendapatkan hatimu, setidaknya aku harus mendapatkan sedikit hartamu," gumamnya tersenyum sinis.

.....

Inggit takut-takut mengetuk pintu bertuliskan direktur di atas pintu itu. Ia sedang membersihkan ruang arsip saat sekretaris Revano memanggilnya untuk menemui sang direktur.

Inggit masuk ke ruang itu kembali untuk yang kedua kalinya. Menundukkan kepala, perempuan itu menunggu suara Revano.

"Kamu harus tinggal di rumahku selama menjadi simpananku untuk 2 bulan ke depan!"

Inggit mendongak, "a--ak... Tapi saya--"

"Tidak ada penolakan!" ucap Revano memotong.

"Kamu bisa pulang lebih awal agar bisa berbenah, orangku akan menjemputmu," lanjut lelaki itu menyorot tajam perempuan yang berdiri di depan meja kerjanya.

Inggit ingin menolak, tapi tatapan tajam lelaki itu membuatnya menciut. Dengan terpaksa ia mengangguk pada Revano.

"Kalau begitu saya permisi, Pak...."

Inggit berbalik untuk keluar. Saat ia hendak membuka handel pintu, gerakan cepat Revano tak ia sadari ketika lelaki itu menarik tangannya kasar hingga ia berada dalam pelukan lelaki itu.

"Pa--Pak...."

Inggit menahan dada Revano dengan kedua tangannya. Ia ingin melepaskan diri, tapi tangan kekar lelaki itu melilit pinggangnya erat.

"Kenapa kamu begitu menggoda!" bisik Revano serak.

Inggit tak ingin ingat lagi apa yang terjadi setelahnya ketika Revano mengunci pintu dan menariknya jatuh di atas sofa ruangan kerja lelaki itu. Ia hanya pasrah ketika kembali lelaki itu menyatukan diri dengan dirinya.

To Be Continue....

Terpopuler

Comments

Ibelmizzel

Ibelmizzel

klu ada adengan 🔥ny lebih seru kali Thor😁😁😁

2024-08-23

0

Rose Winn

Rose Winn

haaa g da adegan hot2nya yg bikin traveling otak nich huuuu

2024-01-20

1

Sweet Girl

Sweet Girl

langsungan ya Tor...

2023-09-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!