Bab 3. Lemas

Adzan Subuh berkumandang, Membuat si empu nya terbangun. Inara membuka matanya jadi teringat kejadian semalam sakit hatinya tak bisa hilang. Tak pikir panjang Inara bangun untuk mandi dan salat subuh sudah kewajiban seorang muslim. Meski Air nya dingin namun juga menyehatkan badan.

Inara yang semalam berada di luar lalu pulang beberapa saat setelah tangisan nya lega. setelah solat subuh Inara merasa tubuhnya kurang enak kemudian merebahkan tubuh kecil nya pada kasur dan menyelimuti. Hingga beberapa saat inara sudah masuk ke alam mimpi nya.

"Inara, bangun Nak Sekolah" ucap ibu Inara membangunkan sang anak.

Inara yang semula memejamkan mata langsung membuka matanya meski tubuhnya kurang Vit lebih baik sekolah dari pada di rumah.

"Iya mah," jawab Inara dengan senyum lalu turun dari kasur membenarkan hijab nya. Ibunya pergi setelah memberitahukan untuk makan. Inara sudah memakai pakaian sekolah setelah mandi. Inara mengambil tas nya dan melangkah kakinya ke ruang makan lalu makan bersama.

"Sayang, Muka kamu pucet banget kayaknya kamu sakit, Jangan berangkat dulu yah nak" ucap ibu Inara lalu mendekati anak nya menempelkan punggung tangan si kening Inara.

"Asstaghfirolloh Nak kamu panas sekali, " ucap ibu inara setelah memeriksanya. Ayah Inara juga ikut khawatir.

"Ngga Usah Mah, Inara cuma demam biasa kok, udah ya mah Inara berangkat dulu, Assalamuaikum"pamit Inara lalu mencium punggung ibunya dan juga ayahnya setelah diberikan uang jajan.

Inara buru-buru pergi tak ingin orang tauany mengkhawatirkan nya. Meski badan Inara sangat lemas.

Setelah mengendarai motor dan sampai di sekolah Inara Memakirkan motornya di halaman sekolah. Inara melihat sudah banyak siswa yang berangkat. Inara melangkah dengan lemas menuju kelas.

Hingga sampai di kelas Sahabat Inara sudah berangkat duluan dan duduk. Inara ikut duduk di samping Nana dengan senyuman. Nana melihat sekilas Inara .

"Na aku ingin cerita, ini tentang aldi " ucap Inara berharap Nana menjawabnya.

"Ceritalah" jawab Nana yang sepertinya penasaran lalu melihat Nana.

"Aku dan Aldi Putus, Aldi Selingkuh Na" ucapku dengan lirih. Nana tersenyum sinis. Lalu tak menjawab. Aku bingung dengan sikap Nana akhir-akhir ini lalu menghadap ke papan tulis.

Jam kosong, Guru sedang rapat para siswa Ramai ribut dengan masing-masing.

"Huek.." entah kenapa kepala Inara pusing ingin muntah, inara memegangi perutnya. Nana dan teman-teman Inara langsung menjauhi Inara. Inara bingung dengan teman-teman nya yang menjauhinya.

"Huek..", inara menutup mulutnya. perut Inara sangat enek namjn tidak bisa muntah.

"Hiihhhhh" teriak siswa siswi yang melihat inara.

Nana tersenyum menjauhi Inara, Nana yang menjauhi Inara kemudian mendekatinya.

"Kamu tahu Inara? Kamu itu orang yang menyusahkan, kamu itu cuma aku manfaatin aku aja untuk minta jawaban setelah itu aku pergi. aku sudah muak denganmu sudah jelek, menyusahkan, heran nya kamu punya pacar sampai berpacaran 1 tahu. gue cuma minta jawaban kamu biar mendapat nilai tinggi, kalau sekarang kamu bego ngga pernah peringkat 3 besar, kita udah bukan sahabat lagi.",

"gue udah muak berpura-puta sok baik, Dan sekarang gue udah puas kamu di khianatin oleh Aldi," teriak Nana dengan kencang tertawa terbahak-bahak.

"Kamu bukan sahabat aku lagi, kami itu bisanya nyusahin Inara" ucap Nana kemudian pergi keluar kelas.

Hati Inara seperti di tusuk beberapa kali.

Inara yang sudah lemas hanya diam. Perutnya sangat eneg mungkin karena angin malam. Inara menaruh kepalanya yang terasa berat ke meja.

Tidak ada yang membantu Inara yang sudah lemas di kursinya mereka memandang Inara dengan tatapan jijik.

di saat seperti ini Inara berharap ada seseorang yang menolongnya.

Inara Berharap ada sahabatnya memijat tengkuk lehernya atau membantunya Tapi sahabatnya malah meninggalkan dan memutuskan untuk bersahabat.

Hingga seorang pemuda berseragam sekolah yang sama masuk terburu-buru melihat Inara setengah berbaring duduk kemudian menggendongnya keluar kelas.

Para siswa heboh dengan pemuda tampan yang masuk dan menggendong inara.

Pemuda tampan itu merebahkan badan inara ke UKS. Inara yang semula memejamkan mata perlahan membuka matanya melihat siapa yang menggendongnya.

" Kak Danish" ucap Inara dengan lirih tersenyum dengan bibirnya yang pucat.

Pemuda itu Ahza Danish, Teman kelas Inara.

Anak orang kaya, sifatnya pendiam, irit bicara kata orang, Pintar, Sifatnya dingin pada semua orang tapi tidak dengan Inara.

Danish tersenyum.

"Huek.." Inara langsung duduk.

"Muntahlah itu jauh lebih baik" ujar Danish memijat tengkuk leher Inara yang tertutupi Hijab. Pijatan Danish membuat Inara langsung ingin muntah. Inara langsung berlari ke kamar mandi memuntahkan semua isi perutnya.

Setelah selesai Inara kembali menemui Danish kemudian kembali berbaring memejamkan matanya. Hati Danish terasa sakit melihat kondisi Inara seperti ini.

Tak berapa lama dokter masuk memeriksa Inara.

"Kau yang membawa dokter kemari kak?" Tanya inara memastikan. Danish mengangguk tak henti-hentinya tersenyum.

Dokter memeriksa keadaan Inara setelah itu mengatakan.

" Hanya Masuk angin, Jangan Keluar Malam itu Tidak baik untuk kesehatan. " ujar Sang dokter lalu pergi setelah memberikan banyak obat pada Danish.

Inara diam mencerna ucapan dokter lalu menatap Danish yang berdiri di sampingnya.

Inara diam memikirkan kenapa Danish bisa masuk ke kelasnya dan lamgsyng menggendong nya.

"Kamu Ngga papa Inara?" Tanya Danish memastikan Inara mukanya sangat pucat

"Ngagapa Danish kamu kan udah denger apa yang dikatakan dokter hanya masuk angin" jawab Inara terpaksa tersenyum badanya lebih enak setelah muntah.

Muka Danish Tetap khawatir pada keadaan Inara.

"Oh ya, makasih ya Danish kamu udah nolongin aku", ucap Inara sambil tersenyum.

"Lebih baik kamu melanjutkan pelajaran mu Danish " ucap Inara yang sudah menyusahkan Danish.

Danish menggelengkan kepala tidak ingin meninggalkan Inara sendirian.

"Tidak apa apa Danish, aku ingin istrihat sebentar." Ucap Inara yang sudah lelah.

Danish pun tak tega mengganggunya lagi lebih baik keluar.

"Yasudah, istirahatlah, aku akan keluar" ujar Danish.

"Kamu harus jaga kesehatan!" Ucap Danish tersenyum manis mengelus kepala Inara dengan lembut. Inara mengiyakan nya lalu memejamkan mata.

Perlahan setelah Inara susah memejamkan mata. Danish memandang wajah teduh pucat Inara yang tidak ada make up sedikitpun.

Danish lalu melangkah keluar menutup pintu UKS Membiarkan Inara beristirahat.

Terpopuler

Comments

Lidia Rohmawati

Lidia Rohmawati

ini kpn update lagi...bab 1 ke bab 2 tunggu 5hari...bab 2 ke bab 3 tunggu 10 hr...bab 3 ke bab 4 tunggu brp hari ini dah 20 hr....

2021-10-21

1

Call Me Salma

Call Me Salma

jangan Lupa dukung terus, dengan cara Like, komen And Vote ya Semuanya☺️

2021-10-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!