"Bagaimana harimu di sekolah cantiknya oma?" Tanya oma.
"Seru sekali oma. Aku dapat teman-teman baru." Senyum Nara.
"Wah bagus sekali. Selalu jadi anak pintar ya." Senyum Oma.
"Oma tahu kalau hari ini aku sudah mengalahkan kakak kelasku dan menedangnya sampai terjatuh." Bisik Nara.
"Ya ampun Nara kamu itu perempuan." Ucap Zara yang baru muncul dengan clemek tergantung di lehernya.
"Haah mama dengar pasti aku kena omel." Gumam Nara.
"Nara, jangan gitu dong sayang kamu itu perempuan harus anggun jangan gragasan gitu." Zara memeriksa badan Nara.
"Aku tidak apa-apa ma. Kan dia yang kejengkang bukan aku." Senyum Nara.
"Iya mama takut kamu kenapa-kenapa." Ucap Zara.
"Santai ma Nara kan bisa ilmu bela diri." Nara memperagaknnya.
"Sudahlah Zara dia masih muda." Ucap oma.
"Sana bersih-bersih," Suruh Zara.
"Iya ma,"
Nara berlalu ke kamarnya untuk mandi.
Trek.
Pintu kamar Nara terbuka, pemandangan yang ada di dalamnya sungguh jauh berbeda dengan sifat Nara yang tomboy. Dengan nuansa pink dan perintilan serba cewek banget. Sudah pasti ini kelakuan Zara mamanya yang ingin kalau Nara bersikap seperti cewek sewajarnya.
Nara melempar tasnya dan menguncir kembali rambutnya. "Ya ampun gerah sekali."
Nara masuk ke kamar mandi, mandi begitu lama sambil berteriak-teriak menyanyi.
"Akhirnya bisa rebahan juga." Nara menjatuhkan dirinya di kasur.
"Aku jadi keinget kak Raja? Kenapa ya bisa sedingin itu? Biasanya orang bersikap seperti itu pasti punya luka masa lalu." Gumam Nara menebak-nebak.
"Ah ngapain juga sih mikirin dia? Gak penting juga Nara." Nara beranjak dari kasurnya dan keluar dari kamarnya.
...----------------...
Raja sudah sampai di rumahnya, memang Raja tidak pernah keluyuran dulu nongkrong bersama teman-temannya. Raja menjadi salah satu senior di salah satu perguruan karate di dekat rumahnya selain itu Raja lebih sering di rumah saja hanya sesekali kalau suntuk Raja akan keluar dengan kumpulan motor sportnya.
Di rumahnya Raja hanya tinggal dengan papanya saja dan seorang mbok asisten rumah tangga yang mengurusi rumah dan mengurusi Raja karena mama Raja sudah lama meninggal.
"Aden mau langsung makan sekarang biar mbok siapkan?" Tanya mbok Sum.
"Nanti saja mbok, aku mau bersih-bersih dulu." Raja berlalu ke kamarnya.
Pemandangan di dalam kamar Raja begitu tenang dengan nuansa abu-abu dengan pajangan quotes-quotes di dindingnya, buku-buku yang tersusun rapih di rak, sebuah meja dengan komputernya dan ranjang kecil untuk dirinya sendiri hanya itu saja sederhana menggambarkan dirinya yang intovert.
Di samping komputer terpajang sebuah foto dirinya sewaktu kecil bersama dengan seorang anak perempuan yang sama-sama menggunakan Dogi pakaian karateka yang masih bersabuk putih. Di bingkai warna hitam dan sepertinya di rawat karena fotonya masih terlihat bagus.
Setelah selesai mandi Raja duduk di kursi depan komputer dan membaca buku, ponselnya berbunyi pun Raja hanya melihatnya saja kemudian meletakannya lagi tanda kalau itu bukan sesuatu yang penting.
Sedingin dan seintrovert itu sampai semua teman sekelasnya memanggilnya es batu.
Keesokan harinya ...
Raja selalu bangun tepat waktu dan hidupnya benar-benar disiplin tertata.
"Selamat pagi pa ...." Sapa Raja pada papanya yang sedang sarapan dan ikut bergabung sarapan juga.
"Pagi Ja. Sarapanlah sebelum sekolah ...." Suruh papa Raja yang bernama Burhan Prasaja memiliki perusahaan properti dan juga punya sebuah hotel bintang 3.
"Iya pah,"
"Papa akan pergi keluar kota selama 3 hari kedepan. Kamu di rumah baik-baik ya sama mbok Sum." Ucap Burhan.
"Baiklah tidak usah khawatir aku sudah terbiasa." Jawab Raja.
Mereka sarapan bersama kemudian pergi masing-masing karena Raja memakai motornya.
"Kalau bawa motor hati-hati jangan ngebut-ngebut." Pesan Burhan.
"Baik pah, papa juga hati-hati dan jaga kesehatan." Burhan pergi lebih dulu dengan asisten pribadinya Joko.
Papa Raja memang sibuk tidak pernah ada waktu untuk Raja, tetapi Raja memaklumi itu semua karena papanya memang berjuang sampai saatnya ada di posisi seperti ini.
Raja memakai helmnya dan pergi ke sekolah dengan motor sport merahnya.
...----------------...
Setiap pagi Nara di jemput oleh Ar ke rumahnya.
"Selamat pagi tante, ini ada bingkisan titipan dari mamaku untuk tante." Ucap Er.
"Ah makasih loh Er." Senyum Zara. "Ayo sarapan disini."
"Tidak ma kita sudah harus berangkat, Bye mama, bye oma, bye oma uyut." Pamit Nara pada semua orang. Menarik tangan Er.
"Pelan-pelan Nara iiih kamu ya." Protes Er.
"Haii Ar."
"Kenapa Er manyun?" Tanya Ar.
"Itu Nara menyeretku padahal aku ingin sekali sarapan buatan tante ...." Ucap Er.
"Bukannya kamu ini sudah sarapan di rumah?" Ucap Ar.
"Makanan buatan mama Nara selalu menggoda dan enak." Ucap Er.
"Hehh apa kau tidak bercermin Er kalau pipimu itu sudah mulai mengembang?" Goda Nara.
"Jangan sembarangannya ya, aku masih tampan perfect tidak mungkin menggendut." Er memegangi pipinya.
"Hahaa .... Aku tidak terbayang kalau kau menggendut dan followersmu meninggalkanmu." Nara tertawa puas.
"Kau malah meledekku ya ...." Ucap Er.
"Hahaa .... Kau baper ya?" Nara malah semakin menggoda Er.
"Sudahlah kalian jangan berisik terus biarkan aku menyetir dengan tenang." Ucap Ar.
Nara dan Er terdiam setelah Ar bicara, sifat Ar yang lebih dewasa membuat Nara dan Er juga Alki sangat menghormatinya. Sedangkan Nara dan Er lebih aktif, kocak ya kekanakan begitulah.
Ar menjemput Alki dan berlanjut pergi kesekolah.
"Apa perlu menjemput Fika?" Tanya Ar pada Nara.
"Tidak perlu, fika sudah chatt aku katanya mau berangkat sendiri saja." Jawab Nara.
"Oke ...."
Nara duduk di kursi depan memandang ke arah jalanan sebuah motor sport merah menyalipnya dan menjadi ada di depan.
"Siapa sih?" Ujar Ar.
"Tidak tahu, sudahlah biarkan." Ucap Nara.
Nara memperhatikan motor sport yang di depannya itu dan tersenyum.
Kak Raja! Ya ampun kenapa keren sekali sih. Dan kenapa aku malah semakin penasaran ya padanya?
Hati Nara.
"Kenapa kau senyum-senyum sendiri?" Tanya Ar.
"Ti-tidak ...." Pipi Nara memerah.
"Aneh!" Seru Ar.
Er hanya pokus pada ponselnya dan Alki pokus dengan lagunya yang dia dengarkan dengan headset.
"Ternyata anak itu sekolah disini juga." Ar masuk ke parkiran mobil.
Ar turun dari mobilnya dan menghampiri Raja. Nara sudah khawatir akan terjadi apa-apa dan mengikuti Ar.
"Kak, kalau bawa motor hati-hati tadi hampir menyerempet mobilku." Ucap Ar.
"Oh maaf, apa mobilmu kenapa-kenapa?" Tanya Raja.
"Tidak, hanya hampir saja." Jawab Ar.
"Baiklah maaf ya, lain kali aku akan lebih berhati-hati." Ucap Raja dan berlalu pergi.
"Oke ...."
"Cara ngobrol orang dingin beda ya ...." Ucap Nara.
Ar tidak memperdulikan ucapan Nara dan pergi ke kelasnya. Nara mengikuti dari belakang dan kemudian menuju kelasnya juga bersama Fika yang bertemu di tangga.
⬇️⬇️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments