Nara melewati hari pertamanya dengan menyenangkan bertemu dengan banyak teman. Pelajaran bagi Nara tidak begitu sulit karena Nara juga pintar mewarisi kepintaran kedua orangtuanya.
Saat istirahat Nara ke kantin bersama Fika disana Nara bertemu dengan sahabat-sahabatnya Al, Ar dan Er.
"Kalian sudah disini?" Tanya Nara pada mereka.
"Iya, bagaimana hari pertamamu Nara? Menyenangkan tidak?" Tanya Er.
"Sangat menyenangkan. Kenalkan ini teman baruku namanya Fika." Ucap Nara.
"Hai senang bertemu dengan kalian. Salam kenal" Senyum Fika.
Fika orangnya cantik rambutnya panjang dan berkacamata tapi lebih pendiam kalau di bandingkan Nara yang aktif dan bawel.
"Haii .... Aku Erfan, ini kembaranku Arfan, ini Alki." Cerocos Er yang lebih bawel seperti Nara. Sedangkan Ar dan Al lebih kalem.
"Haii ...."
"Haii ...."
"Aku boleh bergabung ya dengan kalian." Ucap Fika.
"Boleh, apalagi kamu temannya kak Nara." Senyum Alki.
"Kakak?" Fika cukup kaget.
"Iya, kita sepupuan. Lagian umur kita beda hampir 2 tahun." Jawab Alki.
"Jadi berapa usiamu Nara?" Tanya Fika.
"Usiaku sebentar lagi 17 tahun." Bisik Nara.
"Kenapa masih kelas 1 SMA harusnya kau sudah jadi senior?" Tanya Fika.
"Ceritanya panjang. Tapi aku tetap imut kan?" Nara memainkan matanya.
"Imut banget ...." Senyum Fika.
Mereka hanya jajan saja di kantin dan juga ngobrol-ngobrol.
"Lihat itu kak Antonio menghampirimu kemari." Bisik Fika.
"Mau apa lagi dia?" Kata Nara.
"Heiii rupanya kau disini ya ...." Antonio mencoba menggoda Nara dan memegang dagunya.
"Woy lepasin jangan pegang-pegang begitu." Tangan Ar menangkis tangan Antonio dari dagu Nara.
"Kau siapa? pacarnya?" Tanya Antonio.
"Kita semua sahabatnya Nara, ada perlu apa padanya?" tanya Ar.
Er dan Alki tidak bisa berkutik kalau Ar sudah turun tangan dan hanya menyaksikannya saja.
"Tidak ada perlu apa-apa hanya menyapanya saja, lagian urusan kita tadi pagi belum selesai." Ketus Antonio.
"Menyapa boleh, tapi jangan sampai tidak sopan begitu." Ucap Ar.
Postur tubuh Arfan sama dengan Antonio tinggi.
"Anak jaman sekarang gak ada hormat-hormatnya sama senior." Ujar Antonio.
Nara memberi kode pada Alki dan Er supaya menghentikan Ar.
"Sudahlah kak jangan di teruskan, duduklah." Er mendudukan Ar.
Nara berdiri dari duduknya. "Apa yang kau bilang belum selesai? Mau aku tendang lagi?" Ucap Nara meninggikan suaranya.
"Nara kau menendangnya?" Tanya Er.
"Heh kamu jangan ngomong gitu ya, bikin malu saja." bisik Antonio.
"Makanya gak usah cari gara-gara lagi padaku, apa kau tahu kita semua belajar di perguruan karate yang sama, Ar sabuk hitam, Al sabuk biru, Er juga sabuk biru tinggal pilih saja ingin duel dengan siapa?" Jelas Nara.
"Awas ya kamu ...." Antonio berlalu pergi dengan satu orang temannya.
Antonio terkenal sebagai lelaki yang tampan dan juga badboy sering mendekati murid-murid cantik lalu mencampakkannya.
"Siapa sih dia beraninya padamu?" Tanya Ar.
"Dia kakak kelas kita tadi pagi dia membully Fika makanya aku tendang dia sampai terjatuh mungkin dia merasa gak terima makanya seperti itu padaku." Jelas Embun.
"Waaw hebat sekali kamu Nara, kalau aku ada disana sudah aku rekam dengan kameraku pasti akan sangat memalukan. Hahaaa ...." Er tertawa puas.
Erfan sudah lumayan terkenal sebagai selebgram banyak menerima endorse juga followernya sudah ratusan ribu.
Mereka kembali ke kelas masing-masing karena waktu istirahat hampir habis.
Nara berpapasan dengan Raja si es. Nara memperhatikannya dan Raja tidak sedikitpun melirik Nara. Gayanya yang sederhana tapi cool dengan badannya yang atletis, tinggi, putih dan mempunyai wajah yang tampan. Tapi sayang tidak ada senyuman sedikitpun di wajahnya.
"Hah .... Kenapa kak Raja begitu dingin ya Fik?" Tanya Nara.
"Siapa?"
"Barusan ih kak Raja yang tadi pagi aku kejar." Ucap Nara.
"Oh, aku tidak melihatnya Nara, aku pokus pada ponselku." Jawab Fika.
"Ah kamu, Ayo cepat jalannya nanti keburu masuk." Ajak Nara.
Mereka masuk kembali ke dalam kelas dan menyelesaikan waktu belajar mereka sampai selesai akhinya mereka pulang.
"Apa kau mau pulang bersamaku?" Ajak Nara pada Fika.
"Ayo kita bareng sampe depan aku aka pesan ojeg online." Ucap Fika.
"Pulang bersamaku saja, naik mobil bersama yang lainnya Ar bawa mobil. Nanti aku antar kamu sampai rumah." Ajak Nara. "Dimana rumahmu?" Tanya Nara.
"Rumahku di kompleks teratai." Jawab Fika.
"Emmmh yang dekat supermarket itukan?"
"Iya."
"Ya aku lewat kesana juga rumahku di kompleks permata indah. Ayo ikutlah bersamaku." Paksa Nara.
"Baiklah."
Kompleks permata indah kan perumahan elit? Nara anak orang kaya raya? Tapi penampilan dan sikapnya biasa saja.
Hati Fika.
Fika ikut masuk ke dalam mobil Arfan dan mereka juga tidak keberatan kalau Fika ikut. Nara duduk di belakang bersama Fika menatap keluar jendela mobil dan melewati Raja yang hendak memakai helmnya di parkiran motor. Motor sport warna merah yang di pakainya membuat Raja terlihat keren dan cool.
Keren sekali sih tapi kenapa kak Raja begitu dingin seperti tidak akan bisa di dekati.
Hati Nara.
"Nomor berapa rumahmu?" Tanya Ar.
"Blok D nomor 5." Jawab Fika.
"Oke .... Ini sudah sampai." Ucap Ar.
Fika turun dari mobilnya. "Makasih ya Ar dan semuanya udah nganterin aku. Ayo mampir dulu." Ajak Fika.
"Tidak usah kita akan pulang saja." Jawab Ar.
"Bye Fika." Nara melambaikan tangannya.
"Kalian hati-hati di jalannya." Senyum Fika.
Rumah Fika lumayan besar dengan bernuansa putih dan abu-abu.
Nara merapikan rambutnya membuka ikatan dan mengurainya.
"Kamu masih saja bersikap manis di hadapan mamamu?" Ucap Er.
"Aku tidak ingin di omeli saja kalau sampai rumah." Jawab Nara.
"Ada-ada aja sih." Timpal Alki.
"Awas ya jangan cerita-cerita pada orangtuaku kalau aku bertengkar dengan kak Antonio." Pinta Nara.
"Apa imbalan untuk kita?" Pinta Er.
"Hah kau ini apa-apa harus ada imbalannya." Ketus Nara.
"Hahaa .... Suruh teman-teman sekelasmu untuk follow instagramku. Gimana?" Ucap Er.
"Kau ini genit sekali." Nara bergidik.
"Oke, besok akan aku umumkan ig mu di papan tulis, sekalian di mading juga." Ucap Nara.
"Bagus .... Bagus ...." Kata Er.
"Punyaku jangan di umbar-umbar." Timpal Ar.
"Memangnya apa yang akan orang lain lihat dari ig mu tidak ada apa-apanya juga." Ketus Nara.
"Aku malas saja." Jawab Ar.
Memang Ar dan Er begitu berbeda walaupun kembar. Alki lebih dulu turun kemudian baru Nara. Rumah mereka masih satu komplek bertetanggaan.
"Oke thank you Ar," Nara berlalu masuk ke dalam rumahnya.
Nara sudah di sambut oleh oma dan oma uyut dengan pertanyaan-pertanyaan tentang di sekolah. Mereka begitu antusias karena memang begitu menyayangi Nara.
⬇️⬇️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments