Pengakuan

Keringat mengucur di kening Arya tepat di bawah topinya. Ia mengusap keningnya dengan tangan.

"Eh, kotor tanganmu." Mariko menahan tangan Arya. Ia mengusap peluh di wajah pria itu dengan saputangan yang ia punya dengan hati-hati.

"Saputangan itu ku beli untuk menutup mulutmu dari debu yang berterbangan di sini. Kenapa ...."

"Sudah ...." Mariko memotong Arya bicara. "Nanti aku pindahkan kursiku agak menjauh jadi tidak kena debu."

"Di sana panas." Arya masih mengomel. Ia bisa melihat tempat yang di sebut Mariko terpapar sinar matahari langsung.

"Aku kan juga beli topi kak." Mariko masih mengusap wajah Arya.

"Kurang. Bajumu tangan pendek."

"Ya sudah, nanti aku pindah ke dalam."

"Jangan, nanti aku sendiri di sini." Arya menatap Mariko. Perhatian Mariko yang menghapus keringat di wajahnya sangat menghiburnya.

Mariko tertawa. "Orang sebanyak ini kamu bilang sendiri?"

Gersang. Pria semua dengan udara sepanas ini? Hanya melihatmu saja yang menyejukkanku. Arya diam dengan menikmati semua perhatian Mariko.

"Mungkin besok bawa handuk kecil saja, sepertinya lebih berguna."

Reina datang dengan membawa sepiring potongan semangka. Mariko buru-buru menurunkan tangannya.

"Ini ada semangka dingin, siapa mau?"

"Ah, aku mau, aku mau." Mariko terlihat senang.

"Terimakasih kak." Arya melihat Reina meletakkan piring itu di atas meja.

"Iya, sama-sama." Kemudian Reinapun kembali ke dalam.

Mariko segera duduk dan mengambil satu bagiannya. "Mmh, enak. Dingin."

Aryapun mengambil satu. Merekapun memakan semangka itu sebagai penawar dahaga dari udara yang kian terik.

Hari beranjak temaram. Senja mulai menghilang di ufuk barat, membuat rumah itu mulai di hiasi lampu yang di hidupkan untuk membuat suasana rumah lebih hangat. Beruntung Chris juga memasang lampu di dua sudut di taman belakang sehingga pekerja masih bisa melakukan pekerjaannya walaupun hari sudah mulai gelap. Tapi tidak lama. Penerangan yang kurang terang menyebabkan pekerjaan yang di harapkan bisa lembur hari itu terpaksa di tunda hingga esok hari. Arya menghentikan pekerjaan dan meminta tukang untuk bersiap untuk esok hari. Ia menemui Chris.

"Pak, sebenarnya Sabtu dan Minggu itu libur. Tapi karena kemarin menemani bapak jadi jadwal tertunda sehari dan juga hari Minggu harus pasang pagar jadi kami akan bekerja pada hari itu juga. Maaf mungkin akan mengganggu kenyamanan bapak istirahat di rumah. Soalnya saya mengejar pengecoran, agar Senin sudah tidak ada lagi pekerjaan. Tapi saya tidak tahu kalau ada kendala lain menjelang Senin. Jadi Senin itu kemungkinan terakhir kerja, dan kami akan libur dulu selama 2 Minggu menunggu corannya benar-benar kering."

"Mmh, tidak apa-apa. Tapi kau datang kan ke pestaku?"

Arya melirik Mariko. "Akan kami usahakan."

"Jangan sampai tidak datang lho. Istriku bisa marah."

Arya tersenyum dengan segannya. Akhirnya Mariko dan Arya pamit.

Seperti biasa, mobil truk mengantar mereka sampai ke rumah. Arya menutup pintunya.

"Kamu jangan tidur dulu. Aku hanya mandi sebentar."

"Iya." Marikopun masuk ke kamarnya dan mandi. Setelah bertukar baju ia pun keluar.

Karena menanti Arya yang belum keluar, Mariko mengisi waktunya dengan main hp sambil duduk di sofa. Ia melihat pesan dari ferdi di hpnya dan membukanya.

'Kamu tidak bisa datang ya, ke sini dengan kakakmu itu? Hah, menyebalkan. Mengisi hari-hari yang hampa di malam hari sebagai jombloer dan pria sejati. Pria itu butuh di temani bahkan di goda. Oh, kapan ya aku bisa ketemu dengan wanita yang bisa menggodaku? Hopeless. (tak ada harapan)'

Mariko tertawa melihat pesan singkat Ferdi. Ia hendak menjawabnya tapi terlanjur Arya keluar dari kamarnya membuat Mariko menutup pesan singkat Ferdi.

"Ada apa kak?" Mariko bertanya.

"Mmh, apa?" Arya mendatangi sofa dan duduk di tempat biasa. Ia juga menghidupkan tv.

"Kakak ada perlu apa?"

"Tidak ada. Kita nonton tv sebentar." Arya melingkarkan tangannya pada pinggang Mariko dan menariknya mendekat.

"Eh."

"Kenapa, kamu tidak mau?"

Tiba-tiba Mariko teringat isi pesan singkat Ferdi dan tergoda ingin membuktikannya.

"Aku mengantuk ingin tidur." Mariko bangkit dari duduknya.

Arya langsung menangkap pergelangan tangan Mariko. "Eh, kenapa buru-buru. Sebentar saja."

Mariko melihat sekilas tangannya yang di gengam Arya. Apakah ....

"Tidur saja di sampingku, nanti kalau kamu sudah tidur aku akan gendong ke kamar."

Mariko hampir tak percaya mendengarnya. Terlihat acuh tapi seperti butuh. Ferdi benar.

Mariko kembali duduk dan beringsut mendekati tubuh Arya. Ia bersandar. Dengan pikiran yang masih bingung, ia berusaha menyatukan kembali kepingan-kepingan puzzle (teka teki) dari tingkah aneh Arya yang masih belum bisa ia mengerti hingga saat ini.

Kembali Arya melingkarkan tangannya ke pinggang Mariko dari belakang. Kadang ia mengeratkannya sambil menonton. Sesekali ia melihat ke bawah tubuhnya dan mengecup pucuk kepala Mariko.

Apakah ia juga butuh di goda? Mariko memutar tubuhnya ke arah Arya yang masih menonton tv dengan mata yang sedikit lelah. Dengan masih bersandar, Mariko mulai menyentuh dada bidang Arya dengan pelan dan penuh perasaan.

Tapi tak ada reaksi dari Arya. Ia masih menonton tv. Mariko kemudian mencoba membuka kancing baju piyama Arya dari tengah dan menyusupkan jari-jari tangannya kedalam tubuh Arya lalu mengusap dada bidang itu dengan lembut.

Arya merasakan sesuatu yang aneh di tubuhnya. Tiba-tiba tangannya menarik keluar tangan Mariko yang tertangkap basah menyusup ke dalam bajunya, dan mendorong tubuh Mariko menjauh.

"Mariko! Kamu sedang apa?" Arya berteriak.

Bukannya takut, Mariko tergelak.

"Mariko, ini tidak lucu!" Arya benar-benar marah.

"Semua pria, sama. Ingin di goda dan tergoda." Mariko masih belum berhenti tertawa.

"Mariko ... Apa kau tidak pernah memikirkan perasaan orang lain?"

"Perasaan apa?" Mariko mengusap air matanya yang keluar karena tawanya yang tak kunjung berhenti.

"Bagaimana kalau orang yang kau goda serius padamu?"

"Kamu? Ya, tidak mungkin lah." Mariko masih menyelesaikan sisa tawanya.

"Aku serius padamu."

"Mmh?" Mariko menghentikan tawanya dan menatap Arya. "Kamu bercanda kan?"

"Aku menyukaimu."

Mariko termangu. Kemudian ia tersenyum. "Iya, iya. Baiklah. Aku salah."

"Aku mencintaimu Mariko."

Mariko terlihat bingung. "Kak, jangan buat aku bingung."

Arya tiba-tiba mendekatkan wajahnya dan melingkarkan tangannya pada pinggang Mariko. Ia kemudian mulai menciumi wajah Mariko dengan menyusuri kening, pelipis, mata lalu turun ke pipi. Karena kesal, hawa nafsunya mulai benar-benar telah menjeratnya.

"Kak ...." Mariko makin bingung antara diam atau mengikuti arus.

"Apa ...?" Napas Arya mulai terengah-engah. Oh, apa yang kulakukan? Aku mulai gila.

Ia segera melepas dekapannya pada Mariko tapi wanita itu dengan cepat mengalungkan lengannya pada leher Arya. Pria itu terpana. Mariko mulai mendekatkan wajahnya pada Arya.

"Jangan Mariko, jangan." Arya memalingkan wajahnya.

"Kenapa?"

"Itu dosa. Maaf aku terlanjur."

Mariko menurunkan tangannya. "Tapi kan kau tidak bisa menikah denganku? Bagaimana kalau kita tidur bersama saja."

Arya menatap Mariko. "Tidak. Berarti aku mengajarkanmu hal yang buruk. Kata siapa kita tidak bisa menikah? Aku akan mencari ayahmu." Ia memegang tangan Mariko.

Mariko menghempas tangan Arya dengan kesal. "Kalau begitu, lupakan. Aku tidak mau ke Jepang."

Mariko turun dari sofa dan berlari ke kamar. Arya segera mengejarnya. Di depan pintu Arya kembali menangkap pergelangan tangan Mariko. Wanita itu berusaha melepas diri tapi Arya tak membiarkan itu terjadi.

"Mariko dengar dulu."

"Tidak, aku tidak ingin pulang! Aku tidak ingin ke Jepang ...." Mariko mendorong Arya sehingga pegangan tangan itu terlepas.

Mariko segera masuk ke kamarnya dan menutup pintu tapi Arya masih mengejarnya sehingga kepalanya terantuk pintu yang di tutup secara tiba-tiba.

Pakk!

"Mariko, aduhh ...!" Arya memegangi kepalanya.

Mariko yang mendengar suara benturan di pintu segera membuka kembali pintunya. Ia mendapati Arya sedang mengusap kepalanya karena benturan di pintu tadi.

"Kamu ...!" Mariko kesal tapi bingung mau bicara apa lagi? "Kak, aku tidak mau ke Jepang, kenapa kamu tidak mau mengerti juga sih?" Mariko menghentakkan kakinya karena kesal. "Kenapa kita tidak tinggal bersama saja. Itu kan lebih baik. Aku tidak akan menuntut apa-apa darimu, aku janji. Lagipula, kalau kau sudah bosan padaku, aku akan pergi. Bukankah itu lebih memudahkanmu dalam menjalin hubungan?"

"Apa selama ini kau merasa dirimu hanya barang? Apa kau tidak punya harga diri?" Arya menatap Mariko dengan kesal.

"Apa?"

"Aku bukan orang seperti itu. Aku orang yang serius dalam berhubungan. Saat aku menyukai seseorang, aku ingin menikah dengannya. Tidak ada dalam kamusku, aku bosan lalu meninggalkannya. Tidak ada. Aku memang telah gagal dengan pernikahanku yang sebelumnya. Tapi itu bukan karena aku bosan, tapi karena tidak ada cinta di antara kami. Saat aku menemukanmu aku menemukan cinta. Karena itu kau sangat penting bagiku. Aku ingin mengikatmu dengan sebuah pernikahan karena bagiku pernikahan adalah restu yang di berikan Allah pada tiap pasangan yang saling mencintai. Aku ingin menikah denganmu Mariko, karena aku sangat mencintaimu."

Mariko menitikkan air mata. "Tawaranmu sangat indah tapi posisiku sangat sulit, kak. Kakak tahu kan, sangat berbahaya untukku kembali ke sana. Aku takut kak." Ia menjawab sambil menunduk.

Arya mendekat dan memeluk Mariko. "Kalau kamu tidak ingin ikut, tidak apa-apa. Aku akan mencarinya sendiri."

"Tapi ayahku. Dia di penjara." Mariko mendongak menatap nanar Arya.

Arya mengerutkan keningnya melihat ke arah Mariko. "Dari mana kau tahu?"

"Ia mengunjungiku saat aku koma. Aku bisa mendengar orang bicara saat itu."

"Bagaimana ia bisa menemukanmu? Pak Chris yang membawanya?"

"Sepertinya begitu."

"Jadi pak Chris tahu di mana ayahmu?"

Mariko menunduk. "Maaf. Ayahku juga bukan orang baik-baik."

"Kenapa kamu berpikir seperti itu?" Arya menyipitkan matanya.

"Aku bukan siapa-siapa kak, apa kau yakin ingin menikah denganku?" Mariko mengangkat kembali kepalanya.

"Di mata Allah semua manusia sama."

Kembali air mata Mariko tergenang. "Indahnya. Allah itu sangat baik. Tapi Kakak kan manusia, bukan tuhan. Bagaimana nanti keluargamu melihatku? Keluargamu pasti sangat berkelas. Aku tidak punya harta untuk di pamerkan. Menikah denganku bukankah pilihan yang sangat sulit untukmu? Aku tidak apa-apa kalau harus tinggal bersama saja denganmu sampai kamu menemukan wanita lain yang lebih pantas untukmu. Aku bersedia kak." Ia mengucapkannya dengan raut sedih.

"Mariko!" Arya membentaknya. Ia mengangkat jari telunjuknya. "Aku tidak mau ya, kau kembali ke kehidupanmu yang dulu. Hanya tinggal bersama dengan seorang pria. Kehidupan macam apa itu! Kenapa sih, kamu selalu memikirkan hal yang salah? Aku memasukkanmu Islam agar kau kembali ke jalan yang benar. Aku mengajarimu. Aku ingin komitmenmu masuk Islam. Aku ini minta pertanggungjawabanmu. Apa kau bisa mendengar kata-kataku?" Arya mengatakannya dengan tegas membuat Mariko bingung. Ia mengatakan ini agar wanita itu tidak lemah dan meninggalkannya. Ia sangat takut Mariko pergi dari sisinya.

Arya menghela napas. "Mariko." Ia mulai berbicara pelan dan mengangkat kedua tangannya. Ia mengusap air mata Mariko yang terlanjur jatuh. "Biarkan sisanya aku yang mengurus. Kalau kau marah, atau kau sakit hati, atau kalau ada yang mengganggumu, katakan saja padaku. Jangan kau pendam sendiri. Aku akan mengurusnya untukmu. Ok?"

Mariko mengangguk. Kemudian Arya memeluknya sebentar. "Sudah malam, kau tidurlah." Arya mengecup kening Mariko, dan membalikkan tubuhnya.

"Kak."

"Ya?" Baru saja Arya membalikkan kembali tubuhnya, tangan Mariko sudah mengalungi lehernya. Dengan berjinjit, Mariko mengecup bibir Arya.

"Oyasumi.(Selamat tidur)." Mariko melambai sambil menutup pintunya.

Arya terkejut tapi tak sempat berkomentar karena pintu telah di tutup oleh Mariko. Di balik pintu keduanya menyentuh bibirnya dengan jari dan kemudian tersenyum. Mereka kemudian melangkah ke pembaringan masing-masing.

Mariko setelah mengambil bonekanya, segera menyelimuti tubuhnya di tempat tidur.

Ya Allah. Aku ingin bertanya. Apa aku berjodoh dengan kak Arya? Seperti mimpi ia mengatakan itu padaku. Kalau itu hanya mimpi, tolong panjangkan tidurku. Bahkan aku tidak ingin terbangun sebab aku takut patah hati.

Ya Allah. Apa ia di kirim untuk menyenangkan hatiku? Tapi kata-katanya membuatku makin jatuh cinta padanya. Bagaimana ini? Bolehkah aku bergantung padanya?

Mata Mariko kembali tergenang. Biarkan aku jatuh cinta padanya, ya Allah. Aku menginginkannya. Selamatkanlah dia dari bahaya apapun yang akan datang padanya. Karena aku ingin. Ingin sekali berjodoh dengannya ....

-----------+++------------

Pagi itu mereka telah bersiap-siap. Arya terlihat canggung pada Mariko.

"Pagi kak." Mariko tersenyum.

"Iya."

"Mau sarapan apa kak?" Mariko memiringkan kepalanya.

"Coba gayamu jangan seperti perempuan karena kamu masih menyamar jadi Ricky." Arya memprotes gaya bicara dan gerak tubuh Mariko yang sedikit berubah.

"Oh."

"Professional sedikit." Arya sedikit marah.

"Baiklah." Mariko menadahkan tangannya.

Arya mengambil dompetnya dan menyerahkan selembar uang biru pada Mariko. "Bubur ayam saja."

"Baiklah." Mariko pergi dengan melangkah sedikit melompat-lompat.

"Ricky, kakimu!" Teriak Arya.

"Oh, ya." Kembali Mariko melangkah seperti biasa.

"Aduhh ...." Arya mengusap wajahnya.

Setelah sarapan, mobil truk datang seperti biasa menjemput mereka dan mengantar sampai ke rumah Chris. Tak lama truk Ferdipun datang ke rumah Chris membawa pesanan semen dan besi yang di minta. Mariko segera mengatur pegawai Ferdi dan Arya melangkah ke dalam.

Ferdi mengekor Mariko dan Arya melihatnya. Mereka berbincang-bincang dan Mariko terlihat tertawa. Mereka terlihat sangat akrab membuat Arya kesal.

"Hei, Ricky. Kerjakan tugasmu, jangan bercanda!" Teriak Arya dari tempatnya berdiri.

Ferdi dan Mariko menoleh.

Mariko tersenyum. "Iya kak." Kembali ia berbincang dengan Ferdi sambil memperhatikan pekerja Ferdi yang sedang membawa besi.

"Awas saja kalau kamu berikan banyak senyum pada pria bodoh itu." Arya melangkah masuk ke dalam rumah dalam keadaan kesal.

Di dalam rumah Arya bertemu dengan Chris yang sudah berpakaian rapi sedang makan bersama anak-anak.

"Assalamualaikum."

"Waalaikum salam." Chris dan anak-anak menyahut.

"Oh, Arya. Sudah sarapan?"

Terpopuler

Comments

Ria Diana Santi

Ria Diana Santi

Wah, ternyata dugaan ku benar. Si Mariko itu memang orang Jepang.

Em, Mariko sebaiknya kamu menuruti kata-kata Arya! Itu yang terbaik untuk kalian. 😌💪🏻👌🏻❤️

2021-07-10

1

lihat semua
Episodes
1 Main
2 Godaan
3 Klinik
4 Bertandang
5 Pengakuan
6 Kejutan
7 Semangka Bicara
8 Kencan Rahasiaku
9 Cinderella
10 Mencoba
11 Demam
12 Penyamaran Ketat
13 Terbongkar
14 Membahas Dengan Mama
15 Marikoku Sayang
16 Suasana Baru
17 Penasaran
18 Jemputan
19 Bar
20 Ragu
21 Saingan 1
22 Saingan 2
23 Cincin
24 Tuan Rumah
25 Tekanan
26 Mengganggu
27 Menemanimu
28 Persiapan Pesta
29 Penemuan
30 Cinta Buta
31 Pertolongan Yang Menyakitkan
32 Foto
33 Mmh
34 Berangkat
35 I Love Trouble 1(saya suka masalah)
36 I Love Trouble 2
37 I Love Trouble 3
38 At The End Of Love (Cinta Hingga Akhir)
39 Beban
40 Nagoya Love Story (Kisah Cinta Di Nagoya)
41 Ai shiteru (Aku Cinta Padamu)
42 Mengenalmu
43 Perkiraan
44 Roda Yang Berputar
45 Mimpi dan Kenangan
46 Piknik Malam
47 Pertemuan
48 Dendam Tercipta
49 Rawat Aku
50 Sarapan
51 Pilihan
52 Tinggal Atau Pergi
53 Arti Keluarga
54 Menetapkan Hati
55 Memulai Dari 0
56 Masih Tentang Aku
57 Perkenalan Keluarga
58 Gangguan
59 Namanya
60 Yang Tersisih 1
61 Yang Tersisih 2
62 Yang Baru
63 Bersantai
64 Keputusan
65 Jogja
66 Di mana Hatimu?
67 Pertemuan Kedua
68 Pilihan
69 Putus
70 Mencoba
71 Jatuh
72 Tugas Berat
73 Menyusuri Waktu
74 Aku Siapa?
75 Layla Atau Reina?
76 Pertengkaran
77 Berbaikan
78 Melihat Tak Melihat
79 Perjalanan
80 Berpasir
81 Pelarian
82 Lolos
83 Motor Ayah
84 Gitar
85 Bantuan
86 Mimpi
87 Pelaku
88 In Action (Beraksi)
89 Jessica Yang Asli
90 Menemukan
91 Menyadarkan
92 Menerima
93 Mengenal
94 Kalimat Itu
95 Bawah Sadar
96 Kabur
97 Jessica Lagi
98 Reina, Bangunlah
99 Reina Kedua
100 Petak Umpet
101 Percayalah Padaku
102 Mencari Tahu
103 Ke Rumah Arya.
104 Pelarian Reina
105 Bermain
106 Cinta Dan Benci
107 Toko Bunga
108 Sibuk
109 Malam Bersamamu
110 Menguak Kenangan
111 Buka
112 Carlos
113 My Love(Cintaku)
114 Pengalaman Baru
115 Anggota Band 1
116 Mangga Pilihan
117 Anggota Band 2
118 Maaf 1
119 Maaf 2
120 Perhatian
121 Fatal
122 Fans
123 Kau
124 Tidak Penting
125 Pilihan
126 Jujur
127 Terbayang
128 Bebal
129 Kembali
130 Aku Mencoba
131 Negosiasi
132 Resah
133 Kau Dan Aku
134 Jangan Aku
135 The Story Of Me (Kisahku)
136 Denganmu
137 Masih Kamu
138 Pertemuan Dan Perpisahan
139 Mencarimu
140 Menemukanmu
141 Aku Di Sini
142 Rumah
143 Perang
144 Babak Baru
145 Me Love Papa Love Mama(Aku Cinta Papa Cinta Mama)
146 Tolong Aku
147 Tantangan George
148 Menolongmu
149 Janjiku 1
150 Janjiku 2
151 Janjiku 3
152 Merawatmu
153 Kehilangan
154 Kesal
155 Kotak Cincin Pertunangan
156 Tuduhan
157 Membingungkan
158 Belanja
159 Menikah
160 Melanggar Janji
161 Pengakuanku
162 Aku Milikmu
163 Hasil Akhir
164 Senandung Cinta Jilbab Reina Season 2
Episodes

Updated 164 Episodes

1
Main
2
Godaan
3
Klinik
4
Bertandang
5
Pengakuan
6
Kejutan
7
Semangka Bicara
8
Kencan Rahasiaku
9
Cinderella
10
Mencoba
11
Demam
12
Penyamaran Ketat
13
Terbongkar
14
Membahas Dengan Mama
15
Marikoku Sayang
16
Suasana Baru
17
Penasaran
18
Jemputan
19
Bar
20
Ragu
21
Saingan 1
22
Saingan 2
23
Cincin
24
Tuan Rumah
25
Tekanan
26
Mengganggu
27
Menemanimu
28
Persiapan Pesta
29
Penemuan
30
Cinta Buta
31
Pertolongan Yang Menyakitkan
32
Foto
33
Mmh
34
Berangkat
35
I Love Trouble 1(saya suka masalah)
36
I Love Trouble 2
37
I Love Trouble 3
38
At The End Of Love (Cinta Hingga Akhir)
39
Beban
40
Nagoya Love Story (Kisah Cinta Di Nagoya)
41
Ai shiteru (Aku Cinta Padamu)
42
Mengenalmu
43
Perkiraan
44
Roda Yang Berputar
45
Mimpi dan Kenangan
46
Piknik Malam
47
Pertemuan
48
Dendam Tercipta
49
Rawat Aku
50
Sarapan
51
Pilihan
52
Tinggal Atau Pergi
53
Arti Keluarga
54
Menetapkan Hati
55
Memulai Dari 0
56
Masih Tentang Aku
57
Perkenalan Keluarga
58
Gangguan
59
Namanya
60
Yang Tersisih 1
61
Yang Tersisih 2
62
Yang Baru
63
Bersantai
64
Keputusan
65
Jogja
66
Di mana Hatimu?
67
Pertemuan Kedua
68
Pilihan
69
Putus
70
Mencoba
71
Jatuh
72
Tugas Berat
73
Menyusuri Waktu
74
Aku Siapa?
75
Layla Atau Reina?
76
Pertengkaran
77
Berbaikan
78
Melihat Tak Melihat
79
Perjalanan
80
Berpasir
81
Pelarian
82
Lolos
83
Motor Ayah
84
Gitar
85
Bantuan
86
Mimpi
87
Pelaku
88
In Action (Beraksi)
89
Jessica Yang Asli
90
Menemukan
91
Menyadarkan
92
Menerima
93
Mengenal
94
Kalimat Itu
95
Bawah Sadar
96
Kabur
97
Jessica Lagi
98
Reina, Bangunlah
99
Reina Kedua
100
Petak Umpet
101
Percayalah Padaku
102
Mencari Tahu
103
Ke Rumah Arya.
104
Pelarian Reina
105
Bermain
106
Cinta Dan Benci
107
Toko Bunga
108
Sibuk
109
Malam Bersamamu
110
Menguak Kenangan
111
Buka
112
Carlos
113
My Love(Cintaku)
114
Pengalaman Baru
115
Anggota Band 1
116
Mangga Pilihan
117
Anggota Band 2
118
Maaf 1
119
Maaf 2
120
Perhatian
121
Fatal
122
Fans
123
Kau
124
Tidak Penting
125
Pilihan
126
Jujur
127
Terbayang
128
Bebal
129
Kembali
130
Aku Mencoba
131
Negosiasi
132
Resah
133
Kau Dan Aku
134
Jangan Aku
135
The Story Of Me (Kisahku)
136
Denganmu
137
Masih Kamu
138
Pertemuan Dan Perpisahan
139
Mencarimu
140
Menemukanmu
141
Aku Di Sini
142
Rumah
143
Perang
144
Babak Baru
145
Me Love Papa Love Mama(Aku Cinta Papa Cinta Mama)
146
Tolong Aku
147
Tantangan George
148
Menolongmu
149
Janjiku 1
150
Janjiku 2
151
Janjiku 3
152
Merawatmu
153
Kehilangan
154
Kesal
155
Kotak Cincin Pertunangan
156
Tuduhan
157
Membingungkan
158
Belanja
159
Menikah
160
Melanggar Janji
161
Pengakuanku
162
Aku Milikmu
163
Hasil Akhir
164
Senandung Cinta Jilbab Reina Season 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!