Godaan

"Mmh. Lihat nanti. Pekerjaanku menguras tenaga dan pikiran."

Ferdi melepas tangan Arya. "Ah, maaf."

Arya berjalan menuruni anak tangga di ikuti Mariko. Ferdi mengejarnya. "Kakak mau apa besok, nanti aku beli deh."

Arya masih menuruni anak tangga. Tak perduli.

"Pizza, martabak, gorengan, coklat?" Ferdi masih terus menawari.

"Coklat?" Mariko terlihat tertarik.

Tapi Ferdi masih mengejar Arya. "Film porno barangkali." Katanya setengah berbisik.

Langkah Arya terhenti. Ia melirik Ferdi yang sudah ada di sampingnya, kemudian Mariko.

"Wow, film porno." Mariko menatap Ferdi seperti takjub.

"Hei, kamu pikir apa?" Arya malah menekan dahi Mariko dengan telunjuknya.

"Itu kak, katanya film porno." Mariko menunjuk Ferdi pada Arya.

Arya menutup telinga Mariko dengan kedua tangannya dan memandang Ferdi dengan pandangan kesal. "Aku sudah bilang, jangan ajari adikku macam-macam. Apa kamu tidak ingat?"

Ferdi menggigit bibirnya. Ia telah salah bicara.

"Ayo, kita pulang." Arya menggandeng tangan Mariko dan menuruni anak tangga langsung menuju pintu depan.

Ferdi masih mengikuti dengan wajah tak tahu harus mengatakan apa. Arya membuka sendiri kunci pintu depan dengan tangannya.

"Sudah mau pulang ya?" Mami Ferdi datang menghampiri.

"Oh ibu, saya pulang dulu. Sudah malam." Arya berpamitan.

"Eh, iya. Terimakasih ya sudah mau menemani Ferdi. Memang dia sedikit kesepian, tak punya teman."

"Iya Bu. Mari." Sekilas Arya melirik Ferdi yang dengan wajah berharap, menatap Arya.

Mariko dan Arya segera keluar. Mereka segera menaiki motor dan mengendarainya pulang.

"Aduh, capek." Arya menghela napas.

Mereka memasuki rumah. Arya baru saja menutup pintu, tapi tiba-tiba Mariko memeluknya. "Kakak hebat." Ia mendongak menatap Arya. Wajahnya terlihat begitu senang.

"Eh, aku tidak suka ah, kamu begitu! Aku kan sudah bilang kamu tidak boleh sembarang peluk pria." Arya mendorong Mariko menjauh.

"Oh, maaf." Mariko menurunkan tangannya.

Tapi Arya merasa sayang tubuh itu menjauh. Ia malah menggandeng Mariko duduk di sofa. "Bagaimana kalau kamu temani aku nonton tv dulu."

"Nonton apa kak?"

"Nonton apa saja. Aku sedang tidak ingin kembali ke kamar." Arya duduk di posisi yang sama seperti kemarin sambil melingkarkan tangannya di pinggang Mariko. Ia menyalakan tv.

Mariko meletakkan kedua tangannya di dada bidang Arya dan menatap wajah pria itu dari dekat. "Tapi aku sedang tidak ingin makan apa-apa. Sudah kenyang."

"Sama. Temani aku saja nonton tv sebentar."

Mariko menurunkan tangannya dan menggantinya dengan sandaran kepalanya di sana. Terasa hangat dan nyaman.

Sebenarnya Mariko tidak mengerti apa yang di inginkan Arya. Mereka berdua sama-sama lelah dan tertidur berdua di kursi sofa tanpa mereka sadari hingga pagi.

Arya membuka matanya perlahan. Terdengar sayup-sayup suara azan subuh menggema. Mmh, nyaman dan hangat. Eh, aku ....

Arya menatap ke bawah tubuhnya. Ia sedang mendekap Mariko yang juga sedang memeluk tubuhnya. Mereka berdua tidur dalam posisi duduk di kursi sofa. Bahkan Mariko mengangkat kakinya dan memeluk tubuhnya. Aduh, Mariko! Selalu saja ceroboh.

Arya menepuk-nepuk bahu Mariko.

"Mmh!" Mariko seperti antara mengantuk dan mengamuk. Ia makin mengeratkan pelukan.

Arya hampir tertawa. Wajahnya saat tidur itu lucu sekali. Menggemaskan. Ingin rasanya ia mendekapnya lebih erat. Tapi, Astaga. Air liurnya ....

Arya kembali membangunkan Mariko dengan jari telunjuknya. Ia mendorong dahi itu pelan, beberapa kali.

"Mmh ...!" Erangannya makin panjang dan pelukannya makin erat. Arya tertawa tanpa suara.

Kembali ia menyentuh dahi Mariko dengan jari telunjuknya. Tapi kini ia lakukannya bertubi-tubi.

Akhirnya Mariko berusaha membuka matanya. "Mmh. Kak. Ada apa?" Jawabnya malas.

"Hei, sudah subuh. Kamu kok belum bangun juga?"

"Masih enak peluk boneka kak." Mariko kembali memeluknya tanpa sadar.

Arya mencubit pipi mulus Mariko sedikit keras.

"Ahhh ...." Mata Mariko segera terbangun.

Arya segera melepas cubitannya.

"Kenapa kak, sakit ...." Mariko mengelus pipinya yang di cubit Arya.

"Mana bonekamu?" Arya mencibirnya.

Mata Mariko melihat sekeliling. Hanya ada Arya di sampingnya. "Mana ya?"

"Lihat bajuku." Arya menunjuk bajunya tepat di dada. Ada bekas noda basah di sana. "Air liurmu banyak juga ya?" Arya berusaha menahan tawanya.

"Ah, kak. Maaf." Wajah Mariko memerah. Ia juga menyadari kakinyapun naik ke atas memeluk pria di hadapannya itu. Karuan saja ia segera menurunkan kakinya itu sambil berkali-kali menundukkan kepala. "Maaf kak, maaf. Aku tidak sadar. Aku pikir aku tidur dengan boneka Kitty Chan." Ia menggaruk-garuk kepalanya.

Arya benar-benar gemas melihat Mariko dengan gaya Jepangnya yang seperti itu. Ia kembali mencubit pipi Mariko.

"Ahhh, kakak ...." Mariko memukul bahu Arya.

Arya tersenyum. Spontan ia menarik bahu Mariko dan mencium keningnya. "Mmh, baiklah. Aku maafkan kamu kali ini. Ayo siap-siap mandi. Kita akan berangkat kerja lagi."

Di rumah Chris, seperti biasa Reina menghidangkan nasi goreng favorit keluarga yang tidak pernah lekang oleh waktu. Anak-anak sudah berkumpul mengambil nasi gorengnya, tapi ke mana Chris? Reina kembali ke kamar mencarinya.

Di kamar, Chris duduk di tepi tempat tidur di sisi yang satunya sehingga posisinya memunggungi tempat tidur. Ia seperti sedang melakukan sesuatu. Reina mengerutkan keningnya.

"Da, kamu sedang apa?" Reina yang baru membuka pintu, segera masuk dan berjalan mendekat.

Chris menoleh. "Oh, Reina. Aku sudah tak tahan tanganku mulai gatal. Tapi aku juga tak bisa menggaruknya karena ada gips ini." Chris memegangi gips yang membalut tangannya itu.

Reina tersenyum. Ia duduk di samping suaminya. "Itu tandanya sudah mau sembuh. Tapi apa bisa kita membukanya hari ini?"

"Itu ide bagus. Seluruh tubuhku juga sudah gatal ingin mencumbumu hari ini."

"Ih, Uda. Nakal ah." Reina mencubit pinggang Chris.

"Aduh, jangan gitu ah. Aku serius. Aku kan suamimu. Aku harus memastikan aku masih yang dulu."

"Yang dulu apa?"

"Yang dulu masih mengusahakan bayi kita."

"Ih, gombal." Dengan wajah memerah Reina menjepit hidung Chris dengan dua buku jarinya.

Chris menangkap tangan Reina yang menjepit hidungnya. "Hei, I'm serious here, don't you want to try with me, honey?(Hei, aku serius di sini, apa kamu tidak ingin mencobanya, sayang?)" Chris mendekatkan wajahnya pada istrinya dan mengecup keningnya.

Reina mengangguk. Chris hendak mencium bibir Reina tapi sulit, karena saat menunduk ia harus memajukan gipsnya dan gips itu menghalanginya. Ia terlihat kesal. Reina malah hampir tertawa.

"Ah ...." Chris menatap ke depan menghentakkan gipsnya. Mulutnya merengut.

"Da."

"Apa?" Chris menoleh.

Tepat saat itu Reina memegangi wajah suaminya, berdiri sedikit membungkuk dan mendekati wajahnya, Reina langsung mencium bibir Chris. Mata Chris langsung terpejam menikmatinya. Tapi hanya sebentar, Reina langsung menyudahinya. Chris membuka matanya.

"Lho, kok cuma segitu?"

"Sudah ah Da, ini masih pagi." Reina bangkit dari duduknya dan melangkah ke pintu.

"Tunggu, kita belum selesai." Chris mengangkat tangan kirinya.

Reina memutar tubuhnya sebentar. "To be continued.(Bersambung)" Ia tersenyum dan melanjutkan langkahnya ke arah pintu.

"Ah, Reina. Kamu benar-benar penjahat cintaku." Chris terpaksa bangkit dan mengikuti istrinya keluar.

Reina sampai ke meja makan. Chris mengikutinya hingga duduk. Reina mengambilkannya piring dan nasi goreng sementara Chris menatap istrinya itu.

"Tapi nanti di teruskan gak nih?" Chris ternyata masih mempersoalkan yang tadi.

Aska dan Salwa menatap Reina dan chris.

"Ih, Uda nanti saja bicaranya."

"Bicara apa ma?" Salwa jadi penasaran.

"Ah, tidak. Tidak apa-apa."

"Janji ya?" Chris masih menagihnya.

"Apa? Iya. Sudah Uda makan dulu. Aku sudah bikinkan sarapan."

Chris mengambil sendok yang sudah di sediakan di piring oleh Reina. Ia mulai makan.

Sejurus kemudian anak-anak sudah selesai makan. Mereka berpamitan pada Chris dan Reina karena mang Udjo datang. Sejak Arya membangun rumah Chris, pintu utama selalu di buka pagi-pagi oleh Reina. Memudahkan akses orang berlalu lalang di pagi hari tanpa harus membuka tutup pintu.

"Sudah makan mang?" Chris yang sedang makan bertanya dengan ramah.

"Oh, sudah pak. Mau ambil kunci." Mang Ujo berdiri tepat di samping Chris.

Reina mengambilkan kunci mobil yang sudah di siapkan di atas meja makan dan memberikannya pada mang Ujo.

"Permisi." Mang Udjo pergi di ikuti oleh anak-anak.

"Ya, ya." Chris mengangguk-angguk.

Setelah makan Chris menunggu rombongan Arya di ruang tamu. Tidak butuh waktu lama, rombongan yang di nanti tiba. Chris sedang berbincang-bincang dengan Reina saat Arya dan rombongannya masuk.

"Oh, pak Chris. Maaf, saya bisa langsung bawa tukang ke dalam."

"Silahkan-silahkan." Chris memberi izin.

Seketika, orang-orang Arya masuk sambil menganggukkan kepala pada Chris dan Reina. Ada beberapa yang memberi salam pada mereka yang di jawab oleh mereka berdua.

Seperti biasa, setelah sampai di taman belakang, para tukang melanjutkan pekerjaan mereka. Mereka sedang membuat dinding sehingga ada beberapa orang yang sedang membuat semen untuk memasang batu bata.

Mariko kembali duduk di kursi dekat dinding dapur dan Arya mulai memeriksa pekerjaan tukang. Tak lama Arya kembali pada Mariko.

"Sepertinya semen dan batu bata kurang untuk hari ini. Kamu tolong pesankan lagi sebanyak kemarin."

"Oh, iya kak." Mariko mengeluarkan hpnya. "Halo. Ah, Mami Ferdi ya? Ini Ricky Mi, mau pesan batu bata dan semen sejumlah kemarin. Iya ... Iya, Mi. Ok ... Ok." Mariko menutup hpnya. Sekilas ia melihat notif masuk. Ia segera membukanya.

'Irene pulang hari ini.'

Apa ini iparnya ibu Irene ya? Siapa namanya aku tidak tahu. Kenapa dia kasih tahu aku tentang ini ya?

"Kok melamun? Apa katanya?"

Kata-kata Arya membangunkan lamunannya. "Mmh? Oh, bisa. Segera di kirim, katanya."

"Ok. Kita tunggu dulu barang datang." Arya menghempaskan tubuhnya duduk di kursi sebelahnya. Ia menoleh pada Mariko. "Nanti setelahnya kita ke klinik."

Mendengar kata 'klinik' membuat Mariko mengusap-usap bahunya.

"Masih sakit?"

"Belakangan sudah tidak."

Arya masih menatap Mariko. Rasanya aku ingin memeluknya saat ini dan memeriksa sakitnya. Sayang, lingkungan tidak mendukung. Ia meluruskan kepalanya.

Reina masih berbincang-bincang dengan Chris di ruang tamu saat Tama turun bersama Sri.

Mendengar langkah kaki Tama, Reina menoleh dan mengembangkan tangannya. "Eh, anak mama. Sini."

Tama berlari mendatangi Reina sehingga Reina bisa memeluknya.

Reina memberi kecupan di pipi. "Mmh. Anak mama, wangi deh kalau sudah mandi." Ia mengecup leher Tama yang membuat Tama geli dan tertawa. Tama mendorong wajah Reina yang membuat Reina tertawa. Reina kemudian mengusap kepala Tama dengan lembut. "Jangan nakal di sekolah ya?"

Tama mendatangi Chris. Ia mengambil punggung tangan papanya dan menciumnya. "Anak papa mulai besar ya?" Chris mengusap kepala Tama.

Tama juga melakukannya pada tangan Reina.

"Anak mama mau masuk SD ya?" Reina mencandai sambil tersenyum menahan tawa.

"SD." Mata Tama yang bulat menatap wajah Reina dengan mimik jenaka.

Chris dan Reina tertawa. Mobil Chris yang di kendarai mang Udjo datang masuk ke halaman rumah.

"Ah, Tama. Ayo berangkat." Chris mengingatkan.

Sri menggandeng tangan Tama melangkah keluar. Bertepatan dengan itu, mobil truk Ferdi datang membawa bahan bangunan yang sudah di pesan. Tak lama, Mariko berlari keluar.

"Pemuda itu gesit sekali ya?" Chris berkomentar.

"Bukan gesit. Lebih tepatnya bersemangat."

"Iya." Chris tertawa geli. "Aku membayangkan kalau dia perempuan, pasti lucu sekali ya?"

"Lucu dan menggemaskan?"

"Mmh, iya." Chris tak sadar ia menjawab pertanyaan jebakan Reina.

"Dan cantik?"

"Hah? E ... kamu." Chris mulai menyadari pertanyaan yang di lontarkan Reina tadi. "No, your the prettiest of them all.(Tidak, kamu tercantik dari semua.)"

"Mau meralat kalimatmu tadi?"

"Eh, Reina ... kamu tahu aku tidak begitu." Chris terlihat kesal. Ia mendekatkan tubuhnya pada istrinya yang duduk di sampingnya.

Reina tersenyum. Ia mengalungkan tangannya di leher Chris dari samping sambil berbisik di telinga suaminya. "Aku tahu honey, aku cuma bercanda."

Wajah Chris masih merengut. "Kalau begitu ... teruskan ...."

"Apa?"

"Yang tadi."

Reina menurunkan tangannya. "Gemes deh aku Da, sama hidung betetmu itu." Ia menyentuh hidung Chris.

Chris menangkap tangan Reina dan menciumnya. "Ayo dong honey. Kali ini kamu yang memimpin, tidak apa-apa." Chris menimang-nimang tangan istrinya.

Reina membulatkan matanya hampir tak percaya. Mulutnya terbuka mengiringi rasa heran yang meliputinya. Sepertinya penantian yang sudah di puncak. Chris benar-benar sudah tidak tahan.

"Sebenarnya tanganmu yang gatal atau ...." Reina melihat ke bawah.

"Prioritas yang bawah dulu, tangan sepertinya bisa bertahan sampai besok."

"Benar bisa tidak ke dokter hari ini?"

"Aku janji." Chris mengangkat jari telunjuk dan tengah untuk memberi jaminan. Wajahnya terlihat ceria.

Mereka akhirnya berdiri dan melangkah ke kamar. Bertepatan dengan itu, Mariko masuk.

"Ah, pak Chris."

"Ya?" Chris menoleh.

"Nanti kami mau pamit ke luar sebentar. Mau pinjam motor boleh?"

"Oh, boleh. Reina tolong."

Reina masuk ke dalam kamar dan mengambilkannya untuk Mariko. "Ini."

"Terimakasih Bu."

"Iya, tidak apa-apa."

Reina dan Chris segera masuk ke dalam kamar dan Mariko ke arah taman belakang.

"Kak."

Arya masih memperhatikan kerja tukang. Belum apa-apa lengan bajunya kotor oleh semen. "Apa?" Ia mendekati Mariko melewati tukang yang sedang mengaduk semen dengan paculnya.

"Bajumu kotor ini." Mariko menepuk-nepuk lengan Arya yang terkena debu semen.

"Oh, tidak apa-apa. Semen dan batu batanya sudah di susun di depan?"

"Belum kak."

"Lalu, kenapa kau ke sini?" Tanya Arya heran. Tidak biasanya Mariko tidak mengerjakan tugasnya.

"Itu kak, Ferdi ingin bicara dengan kakak." Suara Mariko sedikit di kecilkan. Ia tidak tahu akan reaksi Arya. Marahkah atau tak perduli.

"Oh, dia." Arya mengangguk-anggukkan kepalanya. "Aku tidak ingin bicara padanya." Jawabnya ketus.

"Kak, dia minta tolong sama aku kak."

Arya menatap Mariko yang terlihat memelas. "Kerjakan tugasmu di depan sana."

Mariko menyentuh tangan Arya.

_______________________________________

Author sangat senang karena noveltoon telah menawarkan membuat audiobooknya Senandung Cinta Jilbab Reina 1 setelah novel itu tamat. Bagi yang ingin mencoba mendengarkan audiobooknya bisa kembali ke novel pertamanya. Salam, Ingflora 💋

Episodes
1 Main
2 Godaan
3 Klinik
4 Bertandang
5 Pengakuan
6 Kejutan
7 Semangka Bicara
8 Kencan Rahasiaku
9 Cinderella
10 Mencoba
11 Demam
12 Penyamaran Ketat
13 Terbongkar
14 Membahas Dengan Mama
15 Marikoku Sayang
16 Suasana Baru
17 Penasaran
18 Jemputan
19 Bar
20 Ragu
21 Saingan 1
22 Saingan 2
23 Cincin
24 Tuan Rumah
25 Tekanan
26 Mengganggu
27 Menemanimu
28 Persiapan Pesta
29 Penemuan
30 Cinta Buta
31 Pertolongan Yang Menyakitkan
32 Foto
33 Mmh
34 Berangkat
35 I Love Trouble 1(saya suka masalah)
36 I Love Trouble 2
37 I Love Trouble 3
38 At The End Of Love (Cinta Hingga Akhir)
39 Beban
40 Nagoya Love Story (Kisah Cinta Di Nagoya)
41 Ai shiteru (Aku Cinta Padamu)
42 Mengenalmu
43 Perkiraan
44 Roda Yang Berputar
45 Mimpi dan Kenangan
46 Piknik Malam
47 Pertemuan
48 Dendam Tercipta
49 Rawat Aku
50 Sarapan
51 Pilihan
52 Tinggal Atau Pergi
53 Arti Keluarga
54 Menetapkan Hati
55 Memulai Dari 0
56 Masih Tentang Aku
57 Perkenalan Keluarga
58 Gangguan
59 Namanya
60 Yang Tersisih 1
61 Yang Tersisih 2
62 Yang Baru
63 Bersantai
64 Keputusan
65 Jogja
66 Di mana Hatimu?
67 Pertemuan Kedua
68 Pilihan
69 Putus
70 Mencoba
71 Jatuh
72 Tugas Berat
73 Menyusuri Waktu
74 Aku Siapa?
75 Layla Atau Reina?
76 Pertengkaran
77 Berbaikan
78 Melihat Tak Melihat
79 Perjalanan
80 Berpasir
81 Pelarian
82 Lolos
83 Motor Ayah
84 Gitar
85 Bantuan
86 Mimpi
87 Pelaku
88 In Action (Beraksi)
89 Jessica Yang Asli
90 Menemukan
91 Menyadarkan
92 Menerima
93 Mengenal
94 Kalimat Itu
95 Bawah Sadar
96 Kabur
97 Jessica Lagi
98 Reina, Bangunlah
99 Reina Kedua
100 Petak Umpet
101 Percayalah Padaku
102 Mencari Tahu
103 Ke Rumah Arya.
104 Pelarian Reina
105 Bermain
106 Cinta Dan Benci
107 Toko Bunga
108 Sibuk
109 Malam Bersamamu
110 Menguak Kenangan
111 Buka
112 Carlos
113 My Love(Cintaku)
114 Pengalaman Baru
115 Anggota Band 1
116 Mangga Pilihan
117 Anggota Band 2
118 Maaf 1
119 Maaf 2
120 Perhatian
121 Fatal
122 Fans
123 Kau
124 Tidak Penting
125 Pilihan
126 Jujur
127 Terbayang
128 Bebal
129 Kembali
130 Aku Mencoba
131 Negosiasi
132 Resah
133 Kau Dan Aku
134 Jangan Aku
135 The Story Of Me (Kisahku)
136 Denganmu
137 Masih Kamu
138 Pertemuan Dan Perpisahan
139 Mencarimu
140 Menemukanmu
141 Aku Di Sini
142 Rumah
143 Perang
144 Babak Baru
145 Me Love Papa Love Mama(Aku Cinta Papa Cinta Mama)
146 Tolong Aku
147 Tantangan George
148 Menolongmu
149 Janjiku 1
150 Janjiku 2
151 Janjiku 3
152 Merawatmu
153 Kehilangan
154 Kesal
155 Kotak Cincin Pertunangan
156 Tuduhan
157 Membingungkan
158 Belanja
159 Menikah
160 Melanggar Janji
161 Pengakuanku
162 Aku Milikmu
163 Hasil Akhir
164 Senandung Cinta Jilbab Reina Season 2
Episodes

Updated 164 Episodes

1
Main
2
Godaan
3
Klinik
4
Bertandang
5
Pengakuan
6
Kejutan
7
Semangka Bicara
8
Kencan Rahasiaku
9
Cinderella
10
Mencoba
11
Demam
12
Penyamaran Ketat
13
Terbongkar
14
Membahas Dengan Mama
15
Marikoku Sayang
16
Suasana Baru
17
Penasaran
18
Jemputan
19
Bar
20
Ragu
21
Saingan 1
22
Saingan 2
23
Cincin
24
Tuan Rumah
25
Tekanan
26
Mengganggu
27
Menemanimu
28
Persiapan Pesta
29
Penemuan
30
Cinta Buta
31
Pertolongan Yang Menyakitkan
32
Foto
33
Mmh
34
Berangkat
35
I Love Trouble 1(saya suka masalah)
36
I Love Trouble 2
37
I Love Trouble 3
38
At The End Of Love (Cinta Hingga Akhir)
39
Beban
40
Nagoya Love Story (Kisah Cinta Di Nagoya)
41
Ai shiteru (Aku Cinta Padamu)
42
Mengenalmu
43
Perkiraan
44
Roda Yang Berputar
45
Mimpi dan Kenangan
46
Piknik Malam
47
Pertemuan
48
Dendam Tercipta
49
Rawat Aku
50
Sarapan
51
Pilihan
52
Tinggal Atau Pergi
53
Arti Keluarga
54
Menetapkan Hati
55
Memulai Dari 0
56
Masih Tentang Aku
57
Perkenalan Keluarga
58
Gangguan
59
Namanya
60
Yang Tersisih 1
61
Yang Tersisih 2
62
Yang Baru
63
Bersantai
64
Keputusan
65
Jogja
66
Di mana Hatimu?
67
Pertemuan Kedua
68
Pilihan
69
Putus
70
Mencoba
71
Jatuh
72
Tugas Berat
73
Menyusuri Waktu
74
Aku Siapa?
75
Layla Atau Reina?
76
Pertengkaran
77
Berbaikan
78
Melihat Tak Melihat
79
Perjalanan
80
Berpasir
81
Pelarian
82
Lolos
83
Motor Ayah
84
Gitar
85
Bantuan
86
Mimpi
87
Pelaku
88
In Action (Beraksi)
89
Jessica Yang Asli
90
Menemukan
91
Menyadarkan
92
Menerima
93
Mengenal
94
Kalimat Itu
95
Bawah Sadar
96
Kabur
97
Jessica Lagi
98
Reina, Bangunlah
99
Reina Kedua
100
Petak Umpet
101
Percayalah Padaku
102
Mencari Tahu
103
Ke Rumah Arya.
104
Pelarian Reina
105
Bermain
106
Cinta Dan Benci
107
Toko Bunga
108
Sibuk
109
Malam Bersamamu
110
Menguak Kenangan
111
Buka
112
Carlos
113
My Love(Cintaku)
114
Pengalaman Baru
115
Anggota Band 1
116
Mangga Pilihan
117
Anggota Band 2
118
Maaf 1
119
Maaf 2
120
Perhatian
121
Fatal
122
Fans
123
Kau
124
Tidak Penting
125
Pilihan
126
Jujur
127
Terbayang
128
Bebal
129
Kembali
130
Aku Mencoba
131
Negosiasi
132
Resah
133
Kau Dan Aku
134
Jangan Aku
135
The Story Of Me (Kisahku)
136
Denganmu
137
Masih Kamu
138
Pertemuan Dan Perpisahan
139
Mencarimu
140
Menemukanmu
141
Aku Di Sini
142
Rumah
143
Perang
144
Babak Baru
145
Me Love Papa Love Mama(Aku Cinta Papa Cinta Mama)
146
Tolong Aku
147
Tantangan George
148
Menolongmu
149
Janjiku 1
150
Janjiku 2
151
Janjiku 3
152
Merawatmu
153
Kehilangan
154
Kesal
155
Kotak Cincin Pertunangan
156
Tuduhan
157
Membingungkan
158
Belanja
159
Menikah
160
Melanggar Janji
161
Pengakuanku
162
Aku Milikmu
163
Hasil Akhir
164
Senandung Cinta Jilbab Reina Season 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!