Bertandang

Arya mulai mengetuk-ngetuk jarinya di meja, tapi Mariko belum juga bicara. "Aku menunggu penjelasanmu, Ricky ...."

"Apa aku salah? Aku kan tidak menculiknya." Mariko mengangkat kepalanya. Wajahnya sendu menatap Arya.

"Tapi kamu masuk ke rumah orang lain saat pemiliknya tidak ada. Kau bukan saudaranya atau apa. Kalau ada barang yang hilang dan ia menuduhkannya padamu bagaimana? Atau ia melaporkanmu telah menerobos masuk rumahnya, bagaimana?"

"Rumah orang lain? Aku tidak berpikir sampai sejauh itu. Aku hanya ...." Mariko kesulitan bicara. Aku kan hanya ingin menemui anakku sendiri. Anak yang kulahirkan dan darah dagingku. Apakah itu salah satu tindakan kriminal? Dunia benar-benar tidak adil bagiku ....

Ia hampir menangis dan mengerucutkan mulutnya sambil memainkan pinggiran bawah baju kaos yang di kenakannya dengan jari. Arya mulai merasa iba.

"Kenapa kau tidak bilang kalau kau kemari?"

Mariko hanya diam. Ia berusaha menahan tangisnya.

Arya memiringkan tubuhnya kearah Mariko dan berbisik. "Ricky. Kamu tahu kan ini berbahaya untukmu."

"Sepi. Rindu ini mengusikku. Aku rindu tawa kecilnya."

Ah, sial. Kenapa Ferdi mengajarinya puisi sih? Arya menepuk-nepuk bahu Mariko. "Ya sudah. Kalau mau ke sini bilang padaku. Nanti kuantarkan."

"Aku sudah bilang pada Sri, kalau tidak di izinkan aku masuk juga tidak apa-apa, tapi ia mengizinkanku."

"Iya, iya sudahlah." Arya masih menepuk-nepuk bahu Mariko. Kemudian ia berdiri. "Ayo kerja lagi. Sepertinya besok kita bisa memasang besi untuk atapnya agar bisa mengecor. Coba tolong tanya persediaan besi panjang yang ukuran kemarin, mereka punya berapa banyak. Kalau tidak cukup aku akan pesan tambahan di tempat lain. Juga semennya ya?"

"Iya, kak." Mariko mulai kembali bersemangat bekerja. Ia mengambil hpnya dan menelepon.

Sementara itu di luar, ada satu kendaraan bermotor yang mendekat. Mereka ingin memasuki rumah Chris tapi di tahan oleh para bodyguard. Salah satu dari bodyguard itu masuk mencari pemilik rumah tapi tidak di temukan. Terpaksa ia mendatangi hingga ke taman belakang dan bertemu Mariko.

"Mas, di depan ada yang mengaku saudara ibu Reina. Ibu Reinanya ke mana ya?"

"Oh, mungkin di kamarnya." Mariko berdiri.

"Bisa kasih tahu ke ibu Reinanya mas, karena saya tidak tahu kamarnya dan saudaranya kami tahan di luar. Untuk memastikan, tolong minta ibu Reinanya keluar."

"Oh, iya ya." Mariko masuk dan mendatangi kamar Reina, sedang bodyguard itu segera kembali keluar.

Mariko mengetuk pintu dan Reina membukanya.

"Oh, Ricky. Ada apa?"

"Ada saudara ibu di luar."

"Benarkah?" Reina segera keluar kamar melewati ruang tamu dan keluar ke halaman. "Uniiii ...." Ia melambaikan tangannya ke pagar.

Para bodyguard membiarkan Sarah dan suaminya, Bujang masuk ke halaman rumah menggunakan motor. Mereka memarkir motornya di depan garasi.

"Kenapa pagarnya di ganti? Uni sampai ragu-ragu mau masuk ke dalam rumah." Sarah yang turun dari motor menunjuk pagar Reina yang masih menggunakan kayu sederhana.

"Oh, itu Uni. Pagarnya mau di ganti tapi pagarnya belum jadi. Jadi untuk sementara pakai yang model kayu ini dulu."

"Oh, itu mau di ganti lagi?" Sarah hampir tak percaya. "Oo."

"Uni apa kabar?"

"Baik. Uni setelah mengantar Bundo, Uni tinggal di Padang. Kemarin Uni baru balik."

"Lama benar Ni. Hampir sebulan ya?" Reina membawa Sarah dan suaminya masuk ke dalam rumah. "Duduk di sini Ni." Ia mempersilahkan mereka duduk di ruang tamu.

"Iya. Assalamualaikum. Suamimu mana Reina? Eh, kamu tidak kerja ya?" Sarah mencoba duduk di kursi. "Oya, ini ada oleh-oleh dari Padang." Ia meletakkannya di atas meja di depannya.

"Oh, terimakasih. Suamiku masih sakit."

"Iya, aku lihat di tv. Jahat benar orang itu ya? Makanya aku mengira-ngira jangan-jangan kamu masih di rumah. Indak bakarajo. (tidak bekerja) Ternyata benar. Apa sakitnya masih parah?"

"Ah, tidak. Lengannya retak tapi besok gipsnya sudah bisa di buka." Reina tersenyum. "Oh ya, aku panggilkan Uda dulu ya?"

Reina melangkah ke kamar. Tak lama ia keluar bersama Chris.

"Oh, Uni."

"Sehat Chris?" Sarah dan suaminya berdiri menyambut Chris.

"Iya, Alhamdulillah."

"Masih sakit ya?" Sarah menunjuk dengan matanya ke arah lengan Chris yang di beri gips.

"Sudah tidak." Chris duduk di kursi sofa di hadapan Sarah dan Reina pergi ke dapur.

"Ini Chris, kami baru pulang dari Padang kemarin habis mengantar Bundo, lihat di tv kamu dapat musibah. Sekalian menengok, kami ada sedikit bawa oleh-oleh dari Padang." Sarah mendorong bungkusan yang di bawanya pada Chris.

"Oh ya." Mata Chris terlihat senang. "Maaf pakai tangan kiri." Ia mengambil dan membukanya.

"Ini kripik Sanjay dan kipang kacang."

Chris memegang bungkusan kripik itu. "Pedas ya? Merah sekali."

"Oh, itu hanya warnanya saja. Tidak terlalu pedas dan ada manisnya."

"Oh ya." Mata Chris terlihat bercahaya. "Aku mau coba. Tolong bukakan untukku."

"Pakai gunting."

"Coba tanya Reina di belakang di dapur."

Sarah mendatangi dapur. Ada Reina di sana sedang membuat teh dan Mariko yang mengambil air dingin dari dalam kulkas. Mariko menganggukkan kepala saat keluar membawa 2 buah gelas air dingin.

"Sia paja ko Na?(Siapa orang ini Na?)" Sarah melirik Mariko yang pergi ke taman belakang.

"Oh, itu asistennya kontraktor. Di belakang Uda lagi membangun lagi untuk tambahan kamar." Sahut Reina sambil menuang teh ke cangkirnya.

"Kok padusi?(Kok perempuan?)"

"Itu laki-laki Uni." Reina hampir tertawa.

"Masa?"

"Iya."

"Mmh." Sarah masih mengintip ke arah taman belakang. "Eh, lupa. Ambo mancari guntiang. (aku mencari gunting)"

"Ini Uni, di laci." Reina mengambilkan gunting dari laci rak.

"Na, Uni sudah lama meninggalkan Jakarta. Uang Uni habis. Bisa tidak pinjam uangmu Na, buat modal usaha." Sarah mengambil gunting dari tangan Reina.

Reina memutar tubuhnya menghadap Sarah. "Usaha dagang baju lagi?"

"Entahlah."

Reina kembali membalikkan tubuhnya dan mengambil baki yang sudah terisi 4 cangkir teh. Ia membawanya ke ruang tamu di iringi Sarah.

"Kira-kira apa ya Na?"

"Uni mau dagang apa?"

"Mmh ...."

"Ada apa?" Sahut Chris.

Mereka sudah mencapai meja ruang tamu dan Chris mendengar sedikit percakapan mereka terakhir.

"Oh, Uni mau buka usaha. Tapi dia bingung mau usaha apa." Reina meletakkan cangkir tehnya satu-satu di atas meja sedang Sarah menggunting bungkus kripik Sanjay.

"Sebelumnya usaha apa?" Chris penasaran.

"Sebelumnya aku jualan baju di pinggir jalan." Bujang menjawab.

"Kamu jualan itu?" Chris tak percaya.

"Yah, modal kami kecil. Kami ke Padangpun modal nekat. Pinjam uang tetangga."

"Oh." Chris melongo. "Lalu sekarang bagaimana?"

"Yah, mau pinjam untuk modal usaha, kalau bisa." Bujang menyatukan tangannya.

"Usaha apa?"

"Entahlah. Kami tidak tahu."

"Kalau buka usaha itu yang kamu bisa. Kalian bisa buat apa?"

Sarah tertawa. "Saya hanya bisa masak di dapur."

"Tapi itu kan bisa jadi usaha." Chris mengarahkan.

"Tapi itu butuh modal besar. Harus sewa toko." Sarah terlihat segan.

"Tidak apa-apa, aku akan modali."

Sarah dan bujang saling berpandangan tak percaya.

"Yang benar Chris?" Sarah berusaha memastikan telinganya.

"Iya. Mulailah dari toko kecil dulu. Biar nanti Reina yang memantaunya. Cari saja dulu toko yang bisa di sewa. Itu kalau kalian mau ikuti saranku."

"Oh, mau mau!" Sarah dan Bujang serempak menjawab.

Reina tersenyum. "Nanti Uni makan siang di sini kan? Ina baru mau masak."

"Oh, Uni bantu ya?" Sarah segera beranjak dari kursinya.

Ia menemani Reina ke dapur. Chris melirik ke arah kripik yang sudah di gunting bungkusnya oleh Sarah. Ia mencobanya.

"Mmh, ini enak. Kok bisa rapuh ya? Keripik singkong kan ya?"

"Iya, khas Padang. Di potongnya memang lebar-lebar begini."

"Oh ...."

Mereka mengobrol hingga jam makan siang dan makan siang bersama di sana.

Sarah membantu Reina membawa piring kotor ke dapur dan mencucinya. Sejak dari makan siang Sarah memperhatikan Arya dan Mariko yang bolak balik melewati ruang tengah. Membawakan makanan untuk tukang dan pergi sholat. Saat Arya kembali ....

"Itu kontraktornya?" Sarah bertanya pada Reina yang sedang membuka kulkas.

"Oh, iya." Reina melihat sekilas.

"Bukankah dia yang datang waktu tahlilan suamimu?"

"Mmh? Iya betul." Reina memasukkan makanan sisa ke dalam lemari es.

"Oh, ternyata dia seorang kontraktor? Beruntung sekali hidupmu, Ina. Bertemu orang-orang hebat."

"Ya tidak juga. Bertemu orang-orang seperti itu juga banyak godaannya. Seakan masalah yang tidak ada habisnya. Bukankah hidup lebih menyenangkan seperti Uni yang hanya memikirkan cara mencari makan. Lebih sederhana. Tidak neko-neko."

"Masa sih?"

"Yah, rumput tetangga memang lebih hijau."

Mereka tertawa. Mariko masuk ke dapur membawa botol kosong.

"Eh, maaf." Mariko segan melihat tawa Reina dan Sarah berhenti. "Airnya habis. Boleh saya minta lagi air esnya, soalnya di luar mulai panas udaranya." Katanya berhati-hati. Ia takut karena kedatangannya, tawa mereka berhenti.

"Oh, ya. Ada kok." Reina mengambilkan satu lagi botol berisi air dingin dari lemari es. "Ini."

"Terimakasih." Mariko mencoba tersenyum sambil meletakkan botol kosong ke tempat cuci piring di mana Sarah sedang mencuci. "Maaf."

"Ya, tidak apa-apa."

Kemudian Mariko menghilang di balik pintu menuju taman belakang.

"Tapi dia lebih mirip perempuan ya, di banding laki-laki." Sarah masih memperhatikan pintu tempat Mariko pergi tadi sambil mencuci piring.

"Ya, kadang-kadang aku berpikir, pria ini kalau jadi wanita pasti banyak yang suka."

"Iya kan ...." Sarah mengacungkan spon penggosok panci yang di pegangnya.

Reina tertawa. "Tapi jadi laki-lakipun wajahnya tetap menarik."

"Kau tertarik padanya?" Sarah berhenti menggosok piring dan berbisik sambil menatap Reina.

"Ya tidaklah Uni. Aku kan suka tipe pria yang matang. Bukan seperti anak muda begitu. Uni kan tahu?" Reina berbicara sedikit berbisik sambil menyenggol lengan Sarah.

Mereka berdua tertawa. Di saat bersamaan Chris masuk dan melihat Reina dan Sarah saling berbisik sambil tertawa. Ia penasaran.

"Ada apa?"

"Oh, tidak ada apa-apa." Sarah mencoba bersikap normal.

Chris menatap Reina.

"Tidak ada honey. Hanya bercanda biasa."

Sarah berdehem membersihkan tenggorokannya sehabis tertawa.

Chris masih curiga tapi kemudian ia akhiri karena tidak ada tempat untuk bertanya. "Mmh, aku mau minum air dingin."

"Oh, iya honey." Segera Reina mengambil gelas dan mengisinya dengan air dingin dari dalam kulkas. "Ini."

"Tolong bawakan ke meja makan."

"Oh, iya."

Reina dan Chris berjalan ke meja makan. Tapi saat Reina hanya meletakkan gelas, Chris mencegahnya.

"Tolong temani aku di sini."

"Tapi kasihan Uni di dapur sendiri."

"Suamimu bagaimana?"

"Kan ada Bujang menemani di sini." Reina menatap sekilas bujang yang duduk berseberangan dengan Chris.

"Tidak mau. Kamu di sini saja."

Bujang menahan tawa.

"Eh, ya sudah." Reina mengusap tengkuknya. Ia sedikit malu pada Bujang karena Chris terlihat manja.

Setelah mencuci, Sarah datang dan meminta pamit pulang.

"Sebentar." Chris masuk ke dalam kamar. Ia kemudian keluar dengan sejumlah uang di tangan dan memberikannya pada Sarah.

"Oh, Chris. Tapi ini banyak sekali." Sarah memegang uang itu sedikit gemetar. Tiga ikat yang masih utuh.

"Ya, sekalian untuk sewa toko. Kalau kurang, bilang saja."

"Oh, terimakasih ya." Sarah memasukkan dalam tasnya.

Tak lama Sarah dan suaminya pulang.

Reina merapikan meja ruang tamu dengan membawa cangkir tehnya ke dapur. Ia kemudian menyusul suaminya ke dalam kamar.

"Da, aku mau membersihkan kamar mandi dulu ya?" Reina melihat Chris duduk di tepian tempat tidur.

"Eh, Reina. Ada yang ingin kutanyakan."

"Apa?" Reina mendekat.

"Duduk di sini." Chris menepuk-nepuk kasur di sampingnya.

"Iya?" Reina duduk di samping Chris.

"Kamu bicara apa tadi dengan Uni?"

"Oh, hanya pembicaraan ibu-ibu biasa."

Chris menatap Reina. "Benarkah? Tentang apa?"

"Da, kami hanya mengobrol. Pastilah Uda mengerti. Ibu-ibu, biasa."

"Tapi aku dengarnya ada kalimat 'tipe pria'nya."

Reina tersenyum dan menatap mata Chris yang redup. Ia bisa merasakan Chris sedang rapuh. Reina menakup wajah Chris dengan kedua tangannya dan menatapnya lekat.

"Da, jangan berpikir yang tidak-tidak. Tipe pria idamanku hanya kamu. Tidak ada yang lain."

"Sungguh?"

"Iya Da. Kalau tidak, mana mungkin aku menikah dengan Uda."

"Janji?"

"Janji apa?"

"Kalau ada yang lebih tampan atau lebih muda dariku, kau tidak akan berpaling?"

Apa yang dia pikirkan sih? Dia suamiku sekarang dan tentu saja hanya dia dan anak-anak yang aku pikirkan. Kenapa dia jadi rapuh begini?

"Da, mungkin ini efek dari Uda terlalu lama di rumah, jadi Uda tergoda untuk memikirkan hal-hal yang tidak penting. Barangkali Uda sudah rindu ingin bekerja lagi di kantor, jadi Uda sedikit stres."

"Mmh, mungkin kau benar." Chris mulai berpikir.

Reina memeluk leher suaminya dan menempelkan wajahnya pada Chris. "Apakah aku seperti wanita yang ada dalam pikiranmu itu?"

"Mmh, tidak."

Reina melepas pelukannya. "Nah, kan? Uda bisa menjawabnya sendiri."

"Iya, kau benar." Chris tersenyum mengingat kebodohannya tadi.

"Sudah ah, aku mau membersihkan kamar mandi." Reina berdiri.

Di taman belakang, Arya yang bolak balik di area bangunan mulai mendapati bajunya terkena debu semen dan juga semen basah yang mulai mengering. Ia juga menutup mulutnya dengan saputangan menghindari debu semen yang beterbangan karena panas dan keringnya udara.

Ia keluar dari area bangunan dan mendatangi Mariko yang masih duduk di kursi yang di letakkan dekat pintu masuk.

Arya menurunkan saputangannya ke dagu. "Uh, udaranya kering sekali."

Mariko yang melihat kemeja Arya yang mulai kotor, menarik tangan Arya dan menepuk-nepuk debu di bagian lengan. Arya menarik kembali lengannya.

"Tidak usah, nanti saja. Aku mau masuk kembali."

Terpopuler

Comments

Sinyo

Sinyo

so sweet nya mariko

2021-07-14

1

lihat semua
Episodes
1 Main
2 Godaan
3 Klinik
4 Bertandang
5 Pengakuan
6 Kejutan
7 Semangka Bicara
8 Kencan Rahasiaku
9 Cinderella
10 Mencoba
11 Demam
12 Penyamaran Ketat
13 Terbongkar
14 Membahas Dengan Mama
15 Marikoku Sayang
16 Suasana Baru
17 Penasaran
18 Jemputan
19 Bar
20 Ragu
21 Saingan 1
22 Saingan 2
23 Cincin
24 Tuan Rumah
25 Tekanan
26 Mengganggu
27 Menemanimu
28 Persiapan Pesta
29 Penemuan
30 Cinta Buta
31 Pertolongan Yang Menyakitkan
32 Foto
33 Mmh
34 Berangkat
35 I Love Trouble 1(saya suka masalah)
36 I Love Trouble 2
37 I Love Trouble 3
38 At The End Of Love (Cinta Hingga Akhir)
39 Beban
40 Nagoya Love Story (Kisah Cinta Di Nagoya)
41 Ai shiteru (Aku Cinta Padamu)
42 Mengenalmu
43 Perkiraan
44 Roda Yang Berputar
45 Mimpi dan Kenangan
46 Piknik Malam
47 Pertemuan
48 Dendam Tercipta
49 Rawat Aku
50 Sarapan
51 Pilihan
52 Tinggal Atau Pergi
53 Arti Keluarga
54 Menetapkan Hati
55 Memulai Dari 0
56 Masih Tentang Aku
57 Perkenalan Keluarga
58 Gangguan
59 Namanya
60 Yang Tersisih 1
61 Yang Tersisih 2
62 Yang Baru
63 Bersantai
64 Keputusan
65 Jogja
66 Di mana Hatimu?
67 Pertemuan Kedua
68 Pilihan
69 Putus
70 Mencoba
71 Jatuh
72 Tugas Berat
73 Menyusuri Waktu
74 Aku Siapa?
75 Layla Atau Reina?
76 Pertengkaran
77 Berbaikan
78 Melihat Tak Melihat
79 Perjalanan
80 Berpasir
81 Pelarian
82 Lolos
83 Motor Ayah
84 Gitar
85 Bantuan
86 Mimpi
87 Pelaku
88 In Action (Beraksi)
89 Jessica Yang Asli
90 Menemukan
91 Menyadarkan
92 Menerima
93 Mengenal
94 Kalimat Itu
95 Bawah Sadar
96 Kabur
97 Jessica Lagi
98 Reina, Bangunlah
99 Reina Kedua
100 Petak Umpet
101 Percayalah Padaku
102 Mencari Tahu
103 Ke Rumah Arya.
104 Pelarian Reina
105 Bermain
106 Cinta Dan Benci
107 Toko Bunga
108 Sibuk
109 Malam Bersamamu
110 Menguak Kenangan
111 Buka
112 Carlos
113 My Love(Cintaku)
114 Pengalaman Baru
115 Anggota Band 1
116 Mangga Pilihan
117 Anggota Band 2
118 Maaf 1
119 Maaf 2
120 Perhatian
121 Fatal
122 Fans
123 Kau
124 Tidak Penting
125 Pilihan
126 Jujur
127 Terbayang
128 Bebal
129 Kembali
130 Aku Mencoba
131 Negosiasi
132 Resah
133 Kau Dan Aku
134 Jangan Aku
135 The Story Of Me (Kisahku)
136 Denganmu
137 Masih Kamu
138 Pertemuan Dan Perpisahan
139 Mencarimu
140 Menemukanmu
141 Aku Di Sini
142 Rumah
143 Perang
144 Babak Baru
145 Me Love Papa Love Mama(Aku Cinta Papa Cinta Mama)
146 Tolong Aku
147 Tantangan George
148 Menolongmu
149 Janjiku 1
150 Janjiku 2
151 Janjiku 3
152 Merawatmu
153 Kehilangan
154 Kesal
155 Kotak Cincin Pertunangan
156 Tuduhan
157 Membingungkan
158 Belanja
159 Menikah
160 Melanggar Janji
161 Pengakuanku
162 Aku Milikmu
163 Hasil Akhir
164 Senandung Cinta Jilbab Reina Season 2
Episodes

Updated 164 Episodes

1
Main
2
Godaan
3
Klinik
4
Bertandang
5
Pengakuan
6
Kejutan
7
Semangka Bicara
8
Kencan Rahasiaku
9
Cinderella
10
Mencoba
11
Demam
12
Penyamaran Ketat
13
Terbongkar
14
Membahas Dengan Mama
15
Marikoku Sayang
16
Suasana Baru
17
Penasaran
18
Jemputan
19
Bar
20
Ragu
21
Saingan 1
22
Saingan 2
23
Cincin
24
Tuan Rumah
25
Tekanan
26
Mengganggu
27
Menemanimu
28
Persiapan Pesta
29
Penemuan
30
Cinta Buta
31
Pertolongan Yang Menyakitkan
32
Foto
33
Mmh
34
Berangkat
35
I Love Trouble 1(saya suka masalah)
36
I Love Trouble 2
37
I Love Trouble 3
38
At The End Of Love (Cinta Hingga Akhir)
39
Beban
40
Nagoya Love Story (Kisah Cinta Di Nagoya)
41
Ai shiteru (Aku Cinta Padamu)
42
Mengenalmu
43
Perkiraan
44
Roda Yang Berputar
45
Mimpi dan Kenangan
46
Piknik Malam
47
Pertemuan
48
Dendam Tercipta
49
Rawat Aku
50
Sarapan
51
Pilihan
52
Tinggal Atau Pergi
53
Arti Keluarga
54
Menetapkan Hati
55
Memulai Dari 0
56
Masih Tentang Aku
57
Perkenalan Keluarga
58
Gangguan
59
Namanya
60
Yang Tersisih 1
61
Yang Tersisih 2
62
Yang Baru
63
Bersantai
64
Keputusan
65
Jogja
66
Di mana Hatimu?
67
Pertemuan Kedua
68
Pilihan
69
Putus
70
Mencoba
71
Jatuh
72
Tugas Berat
73
Menyusuri Waktu
74
Aku Siapa?
75
Layla Atau Reina?
76
Pertengkaran
77
Berbaikan
78
Melihat Tak Melihat
79
Perjalanan
80
Berpasir
81
Pelarian
82
Lolos
83
Motor Ayah
84
Gitar
85
Bantuan
86
Mimpi
87
Pelaku
88
In Action (Beraksi)
89
Jessica Yang Asli
90
Menemukan
91
Menyadarkan
92
Menerima
93
Mengenal
94
Kalimat Itu
95
Bawah Sadar
96
Kabur
97
Jessica Lagi
98
Reina, Bangunlah
99
Reina Kedua
100
Petak Umpet
101
Percayalah Padaku
102
Mencari Tahu
103
Ke Rumah Arya.
104
Pelarian Reina
105
Bermain
106
Cinta Dan Benci
107
Toko Bunga
108
Sibuk
109
Malam Bersamamu
110
Menguak Kenangan
111
Buka
112
Carlos
113
My Love(Cintaku)
114
Pengalaman Baru
115
Anggota Band 1
116
Mangga Pilihan
117
Anggota Band 2
118
Maaf 1
119
Maaf 2
120
Perhatian
121
Fatal
122
Fans
123
Kau
124
Tidak Penting
125
Pilihan
126
Jujur
127
Terbayang
128
Bebal
129
Kembali
130
Aku Mencoba
131
Negosiasi
132
Resah
133
Kau Dan Aku
134
Jangan Aku
135
The Story Of Me (Kisahku)
136
Denganmu
137
Masih Kamu
138
Pertemuan Dan Perpisahan
139
Mencarimu
140
Menemukanmu
141
Aku Di Sini
142
Rumah
143
Perang
144
Babak Baru
145
Me Love Papa Love Mama(Aku Cinta Papa Cinta Mama)
146
Tolong Aku
147
Tantangan George
148
Menolongmu
149
Janjiku 1
150
Janjiku 2
151
Janjiku 3
152
Merawatmu
153
Kehilangan
154
Kesal
155
Kotak Cincin Pertunangan
156
Tuduhan
157
Membingungkan
158
Belanja
159
Menikah
160
Melanggar Janji
161
Pengakuanku
162
Aku Milikmu
163
Hasil Akhir
164
Senandung Cinta Jilbab Reina Season 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!