Bab 5

"Siapa pria yang mengantarkanmu pulang?" tanya Jasmine seraya menuangkan air mineral di dalam gelas lalu ia berikan pada Quinsha.

"Aku tidak tahu Bu, namanya Arkana Devin." Sahut Quinsha.

"Uhukk!!" Jasmin tiba tiba saja tersedak.

"Ibu baik baik saja?" tanya Quinsha lalu ia berdiri dan menuangkan air mineral ke dalam gelas dan di berikan pada Jasmin.

"Quinsha, dalam beberapa hari aku ada urusan pergi ke suatu tempat. Kau harus berhati hati dan jangan dekati pria yang bernama Arkana Devin. Aku tidak bisa menjagamu dalam beberapa hari kedepan." Ungkap Jasmin menatap sayang ke arah Quinsha.

Quinsha tersenyum, lalu memeluk Jasmin dari belakang.

"Kau orang ketiga yang aku kenal, tapi kau sudah baik, sayang, perhatian, dan kau memperlakukanku seperti anakmu sendiri. Aku akan menjaga kepercayaanmu, Bu.."

Jasmin tersenyum mengembang, tengadahkan wajahnya menatap wajah Quinsha.

"Aku tidak tahu siapa kau, Quin. Aku juga tidak tahu asal usulmu, tapi sejak awal ketemu, aku sudah menyayangimu," timpal Jasmin.

"Aku juga sayang Ibu.."

"Quin?"

"Ya Bu?" sahut Quinsha lalu melepas pelukannya dan kembali duduk di kursi.

"Kau bilang aku orang ketiga yang kau kenal, lalu siapa orang pertama dan kedua?" tanya Jasmin.

Quinsha terdiam sesaat coba untuk mengingat.

"Bramantio Anderson dan Arkana Devin!" sahut Quinsha menyebut nama dua pria.

"Bramantio? Arkana devin?" ucap Jasmin dalam hati.

"Ibu mengenal mereka?" tanya Jasmin.

"Quin, dengarkan kata kataku. Jangan pernah dekati dua orang itu kalau kau bertemu lagi dengab mereka. Ingat, apapun yang mereka katakan kau tidak boleh percaya apalagi mengikuti permintaannya. Apa kau paham?" pesan Jasmin.

"Baik Bu, akan aku ingat semua pesan Ibu." Jawab Quinsha menganggukkan kepalanya.

"Sekarang kau makan, setelah itu istirahat."

Jasmin berdiri lalu menyiapkan makan malam Quinsha layaknya putri kandungnya sendiri.

***

Keesokan paginya, Jasmin berpamitan pada Quinsha untuk pergi ke suatu tempat. Jasmin tidak mengatakan tujuannya kemana dan urusan apa. Quinsha tidak ingin mencampuri selama Jasmin tidak ingin menceritakannya sendiri.

Sepeninggal Jasmin. Quinsha membereskan seluruh rumah karena terlihat sangat berantakan. Hanya dalam waktu satu jam ia telah selesai membereskan rumah dan terlihat sangat rapi.

Quinsha beristirahat di kamarnya sampai menunggu sore hari. Ia memikirkan niat dan tujuannya datang ke kota besar, Quinsha sama sekali tidak mendapatkan petunjuk apapun. Perlahan tapi pasti, mata Quinsha terpejam dan tertidur lelap.

Waktu terus berjalan, detik berganti menit. Siang tergantikan senja hari. Quinsha terbangun dalam keadaan fresh lalu bersiap siap untuk bekerja. Meskipun uang yang du berikan Bramantio masih cukup untuk makannya selama setahun, namun Quinsha tidak ingin menghabiskan uang itu dan berleha leha. Dia berharap dengan bekerja bisa membawanya bertemu dengan kedua orang tuanya.

Sesampainya di kelab tempat ia bekerja, Quinsha bergegas masuk ke dalam kelab mrnuju ruang ganti. Setelah selesai, ia kembali ke meja bartender untuk melayani tamu yang memesan minuman.

Quinsha tertegun, mengapa malam ini kelab nampak sepi? tidak ada pengunjung sama sekali. Hanya ada beberapa pria perlente duduk di kursi menghadap meja berukuran besar.

Mata Quinsha tertuju pada sosok pria yang ia kenal sewaktu mencari tumpangan.

"Bukankah itu Bram?" ucap Quinsha pelan.

Quinsha tersenyum dan bermaksud untuk mendekati Bramantio sekedar mengucapkan terima kasih. Namun langkahnya terhenti saat mengingat semua pesan Jasmin semalam.

"Quinsha!" seru salah satu rekan kerjanya yang bernama Kangsomay.

Quibsha menoleh lalu berjalan menghampirinya.

"Ada apa?" tanya Quinsha. "Mengapa kelab malam ini sepi?"

"Jangan banyak tanya, di sini setiap malam minggu khusus acara permainan kasino antar mafia." Bisik Kangsiomay

"Oya?"

Kangsiomay menganggukkan kepalanya. Lalu menyiapkan beberapa botol minuman beralkohol di atas nampan.

"Cepat kau taruh minuman ini di atas meja itu!" tunjuk Kangsiomay ke arah meja di mana pria perlente tengah bermain kasino.

Quinsha menganggukkan kepalanya, lalu mengambil nampan di atas meja. Ia melangkahkan kakinya mendekati meja dengan perasaan was was.

Kemudian Quinsha meletakkan botol minuman itu di tengah tengah meja. Setelah selesai, ia balik badan hendak melangkahkan kakinya. Namun satu tangan kekar menarik tangan Quinsha hingga gadis itu mundur dan duduk di pangkuan seorang pria yang tak lain adalah Bramantio.

"Kau diam saja di sini, temani aku bermain sampai selesai!" perintahnya tanpa melihat ke arah Quinsha.

"Tuan, aku harus bekerja." Ucap Quibsha menatap wajah Bramantio.

"Kau duduk di pangkuanku juga bekerja, jangan rewel." Timpal Bram pelan.

"Tuan, lihat wajahku. Apa kau masih mengenalku?" tanya Quinsha.

Bramantio melirik ke arah Quinsha, matanya menyipit mengingat wajah gadis itu.

"Aku tidak mengenalmu, jangan kau tanyakan itu. Banyak gadis cantik yang duduk di pangkuanku, dan mereka senang. Jadi, kau diam saja." Bisik Bramantio di telingan Quinsha.

Quinsha terdiam, ia sangat tidak nyaman berada di pangkuan Bramantio. Lalu ia berdiri dan berlari meninggalkan meja kasino tanpa menoleh lagi ke arah Bramantio.

"Gadis bodoh, cuma duduk saja pasti ku bayar!" rutuk Bramantio dan terdengar oleh temannya yang lain dan mengundang gelak tawa.

Terpopuler

Comments

minega

minega

kayanya males ngasih nama🤣🤣

2022-07-23

0

Anonymous

Anonymous

lanjuutt...

2021-10-19

0

Nur Nur Aini

Nur Nur Aini

ada gitu nama kangsomay..😂😂😂

2021-09-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!