Unreasonable Ceo
Quinsha berdiri mematung, kepalanya tertunduk menatap gundukan tanah kering. Rambutnya yang panjang berwarna hitam legam terurai indah tertiup angin sepoi sepoi. Matanya berkaca kaca menatap batu nisan bertuliskan Romo.
Yah, Quinsha gadis berusia 20 tahun telah di tinggalkan pria yang telah merawatnya sejak bayi, mengajarkannya menulis dan membaca. Tidak hanya itu, Romo membekali Quinsha dengan ilmu bela diri.
Hari ini, hari di mana Romo telah meninggalkan Quinsha untuk selama lamanya sejak usia gadis itu menginjak lima belas tahun.
Tidak banyak yang Quinsha ketahui tentang siapa keluarganya yang sesungguhnya. Hanya tanda simbol tato gambar mahkota yang terlilit naga putih di lengan kanannya yang akan membawanya kepada keluarga yang sesungguhnya.
Merpati adalah lambang kesucian cinta.
Yin dan Yang lambang keharmonisan, keseimbangan hidup.
Temukan dirimu di kedalaman hati.
Maka kau akan menemukan sejatinya
dirimu.
Ketenangan dan kekuatan dalam diri yang tersembunyi, akan kau dapatkan.
Kata kata terakhir yang di ucapkan Romo sebelum ia menghembuskan napas terakhirnya. Bukan nama orang tua, alamat, atau petunjuk lainnya yang di tinggalkan Romo untuk Quinsha.
Tiga tahun sudah sejak kematian Romo. Quinsha merasa terpukul dan kehilangan. Bahkan gadis itu enggan untuk melanjutkan hidupnya.
Namun rasa penasaran untuk mengetahui siapa keluarga dan asal usulnya, mengapa ia di kucilkan di pulau terpencil. Semakin hari srmakin kuat mendorong Quinsha untuk melanjutkan hidup dan mencari tahu asal usulnya.
"Kakek, terpaksa aku meninggalkanmu di sini sendirian. Aku akan pergi mencari asal usulku, meski aku tidak yakin akan menemukannya." Gumam Quinsha pelan.
Quinsha tersenyum kecut, lalu membalikkan badan, melangkahkan kakinya meninggalkan pusara Romo. Dengan langkah pasti, menuju rumah kecil yang di bangun oleh Romo pengasuhnya, hari ini juga Quinsha memutuskan untuk berkemas dan meninggalkan pulau terpencil tersebut.
***
Satu jam berlalu, Quinsha berkemas. Namun ia masih enggan untuk beranjak pergi. Semua kenangan masa kecilnya bersam Romo, membuat Quinsha semakin berat.
Janji Romo untuk membawanya ke kota dan mempertemukannya dengan kedua orang tua hanyalah tinggal mimpi. Romo lebih dulu meninggalkan Quinsha sendirian sebelum Romo menepati janjinya.
Kini, kemana ia harus pergi? siapa yang harus Quinsha kunjungi? semua masih samar dan tak jelas. Quinsha menghela napasnya dalam dalam. Kemudian ia berdiri tegap, dengan tas ransel kecil di punggungnya.
Perlahan tapi pasti, Quinsha melangkahkan kakinya keluar dari rumah tanpa menoleh lagi kebelakang. Sepanjang jalan, ia memantapkan hati bahwa keputusannya sudah tepat.
Satu jam berlaku, langkah kaki Quinsha telah jauh dari rumah dan hampir mendekati tepi jalan raya.
Ia tersenyum mengembang saat melihat jalan Raya sudah di depan matanya. Keringat bercucuran membasahi wajahnya. Hanya dengan menggunakan sapu tangan berwarna merah, gadis itu menyeka keringat di wajahnya.
"Akhirnya sampai juga. Tapi kok sepi? kata Romo, kota itu sangat ramai.." ucap Quinsha pelan. Matanya memperhatikan ujung jalan raya yang sepi, tidak ada orang apalagi kendaraan yang lewat.
"Hufft aku harus kemana?" batinnya.
Quinsha melangkahkan kakinya ke kanan, menyusuri tepi jalan raya. Sesekali ia menoleh ke belakang dan berharap ada kendaraan lewat.
"Kata Romo, kalau naik kendaraan harus pakai uang. Tapi aku sama sekali tidak memiliki uang." Gumamnya resah.
Dari jauh, gadis itu mendengar suara kendaraan. Ia menoleh ke belakang dan tersenyum lebar. Nampak di ujung jalan raya sebuah mobil berwarna hitam melaju ke arahnya.
Quinsha melangkah ke tengah jalan raya, merentangkan kedua tangannya menatap ke arah mobil yamg semakin mendekat.
"Mungkin aku bisa menumpang mobil itu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Rodziah Jaya
mcm likuliku hidupku
2021-12-12
0
𝑵𝒐𝒆𝒓ͪ͢ ͦ ᷤ ͭ ͤ ᷝ🧚🌹
Awal yg menarik maakk...
2021-10-20
0
Li Permana
Aku mampir nih😊
Semangat selalu ya kakak😀
2021-10-12
0