MERIANG

"Hana, baru tiga hari nikah kok sudah huek huek aja kamu, tanam saham duluan ya? Sudah berapa bulan?

Yang bantu bantu masak aja belum capek hilangnya ehhh sudah mau muyen aja? Hebat ya kamu Na, keliatannya alim dan kalem ga ngertinya cuma gaya doank!"

Bude Sri, tetangga sebelah rumah orang tua Hana memang kalau bicara tidak pernah disaring dan selalu merasa paling benar.

"Maaf bude Sri, bude ini nuduh istri saya hamil duluan gitu?" Riko yang baru saja datang membawakan air hangat untuk istrinya terkejut mendengar perkataan bude Sri.

"Oh memang bukan kamu yang nanam saham duluan Ko? Wah hebat kamu Hana, siapa yang menghamili siapa yang nikahin cm ck ck."

"Bude Sri, hati hati kalau bicara! saya tidak suka bude memfitnah istri saya," wajah Riko terlihat merah padam sementara tangannya mengepal menahan amarahnya.

"Lah sebenarnya kamu bukan yang menghamili Hana? Kalau ia, ya sepertinya bukan hal yang aneh secara kaliankan memang sudah pacaran lama sekali jadikan ga mungkin ya pacaran segitu lamanya kalau ga ngapa ngapain?" Bude Sri terlihat tersenyum sinis sambil memandang Hana,

"Maaf bude, kami tidak seperti yang bude tuduhkan, saya juga belum hamil karena saya belum pernah berhubungan dengan siapapun termasuk dengan suami saya sampai detik ini, jadi tolong lidahnya bude itu dijaga."

Hana yang sedari tadi berjuang melawan rasa mual dan keringat dingin akhirnya bisa bangkit dari jongkoknya.

"CK ck ck kalian kira, kalian lagi ngomong sama anak kecil Na, Riko? Mana mungkin sudah tiga malam bersama belum ngapa ngapain? Munafik! munafik sekali kamu ini, lagian kalau ngaku sekarang pun ga masalah karena sudah sah ini atau jangan jangan ular kadutnya Riko ga berfungsi ya Na?"

"Saya sedang datang bulan bude, apa bude mau lihat pakaian dalam saya?" Tantang Hana.

"Ih kurang kerjaan amat saya, ya sukur kalau kamu ga hamil duluan jadi ga buat malu keluarga dan tetangga!" Kilah bude Sri.

"Bude, saya dan istri saya bukan seperti bude!." Riko terlihat sudah makin tak sabar menghadapi tetangga mertuanya itu.

"Eh, maksud kamu apa Riko bicara begitu?" Bude Sri terlihat terkejut mendengar ucapan Riko.

"Bude, saya tahu cerita masa lalu bude apa perlu saya bongkar biar semua orang disini tahu siapa bude?" Ancam mas Riko.

"Hhhh kamu itu anak kemarin sore, tahu apa kamu soal saya yang jauh lebih tua dari kamu? Disini, di desa ini pun tidak ada yang tahu asal usul saya jadi jangan asal ngomong kamu." Sentak bude dengan netra yang mirip netra burung hantu.

"Sepertinya bude Sri lupa dengan saya dan ibu saya! mungkin saya harus ingatkan, biar bude Sri tidak banyak bicara lagi." Geram Riko.

"Nama bude adalah bude Srita binti Marwan, bude pernah merampas seseorang milik teman bude yang bernama Magdalena, Magdalena adalah ibu ku, yang sekarang dipanggil Magda, apa aku perlu mingkisahkan cerita pahit itu agar bude ingat?

Bude ingat atau lupa? Kalau lupa pada Magda hal yang wajar karena memang orang yang buat salah seperti bude ini memang tak punya hati! tapi mau berubah jadi Saras kosong kosong delapanpun, ibuku tak akan lupa padamu yang jahat!" Ketus Riko

"Ja ja jadi kamu anak Lena?" Bude Sri terlihat sangat terkejut.

"Aku pegang kartu As bude, jadi jangan banyak bicara agar akupun tak akan membuka aib bude," Riko tidak memberikan jawaban atas pertanyaan bude Sri tapi justru memberinya ancaman.

"Mas, jadi sebenarnya mas Riko, kenal bude Sri?" Hana bertanya saat bude Sri langsung kabur setelah mendengar ancaman dari suaminya.

"Kenapa mas Riko ga pernah bilang ke aku?" Kejar Hana.

"Sudahlah Na, kita ga usah bahas lagi soal dia. Semoga saja dari kejadian ini dia bisa lebih hati hati dalam menggunakan lidahnya itu."

"Ayo kita masuk Na, angin tambah kencang nanti bukan hanya meriyang tapi sakit beneran kamu."

"Mas, tolong jemput ibuku ya? Aku ingin di kerikin ibu, biasanya kalau sudah dikeruk badanku langsung sehat."

"Aku juga bisa Na kalau hanya kerokan" terlihat Riko tersenyum aneh.

"Ingat mas aku lagi datang bulan, nanti ada yang ga tahan."

"Hhhh iya juga sih Na, dari kemarin kemarin sudah kepengen," Riko malah cengengesan.

"Huek huek... mas tolong jemput ibu mas, badanku rasanya semakin ga karuan ini mas." Desak Hana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!