Awal pertemuan yang tidak di harapkan

Mentari pagi mulai menampakkan sinarnya menghangatkan seisi bumi, termasuk ceisya yang baru saja membuka matanya karena sinar mentari menyilaukan matanya dari balik celah jendela kamarnya yang sudah di bukan oleh rima.

Dengan malas ceisya merenggangkan tubuhnya yang masih belum sepenuhnya sadar dari tidurnya sebab dia tidur hampir menjelang pagi, dengan malas dia bergumam pada rima yang sebenarnya tidak menampakkan batang hidungnya, entah dimana dirinya berada.

"Aku masih mengantuk rimaaa biarkan aku lima menit lagi tidur" gumam ceisya masih dalam posisi matanya tertutup.

Karena rasa kantuk yang masih ceisya rasakan dia kembali dalam tidurnya, tapi telinganya sudah dapat mendengar celoteh dari asisten rumah yang merapikan kamar dan mengambil beberapa pakaian yang di gunakan oleh ceisya semalam.

"Nanti malam akan ada karnaval di taman kota apakah kamu juga akan pergi?" ucapan salah satu asisten bertanya pada kawannya yang tidak jauh dari sisinya.

"Pasti,kapan lagi kita akan mendapatkan hiburan!!" jawab asisten yang lain dengan setengah berbisik takut nona mudanya terbangun.

Dan tidak lama keduanya meninggalkan kamar ceisya, yang membuat ceisya terbangun karena rasa penasaran ingin melihat karnaval yang mereka bicarakan sebab selama ini dia tidak pernah tahu apapun yang terjadi di luar tembok besar komplek keluarga besar kakeknya.

"Rimaaa,kamu dimana !!!" teriak ceisya memanggil rima yang berlari kecil masuk kedalam kamar nona mudanya dengan napas terengah-engah dan berucap lembut pada nona mudanya.

"Iya non, apa yang bisa saya bantu?" balas rima dengan menundukkan kepalanya tanda merendahkan dirinya.

"Apa yang aku dengar itu benar?" tanya ceisya pada rima yang bingung harus menjawab apa sebab dia tidak mengerti dengan pertanyaan nona mudanya.

"Apakah benar nanti malam akan ada karnaval?" tanya ceisya menjelaskan pertanyaan pada rima.

"Oh soal itu, yang saya dengar sepertinya benar non,ada apa yah non?" tanya rima ingin tahu karena baru pertama kalinya nonanya bertanya soal karnaval.

"Saya mau melihat karnaval itu !!" dengan sedikit berharap pada rima agar bisa membantunya keluar dari rumah besarnya berharap dapat melihat karnaval untuk pertama kalinya.

"Jangan non,bahaya dan saya takut tuan juga nyonya marah besar non,sebab akan banyak orang disana" ucap rima menjelaskan dengan meremas jari kedua tangannya tanda dalam kecemasan yang sangat dia rasakan.

"Kamu sudah pernah tahu?" tanya ceisya makin penasaran dengan apa yang rima jelaskan.

"Please rim, saya mau lihat seperti apa karnaval itu" rengek ceisya pada rima dengan memegang tangannya penuh harap.

"Tahu non,disana banyak orang yang akan menyaksikan apa yang di pertunjukkan oleh peserta karnaval dan akan berkumpul di taman kota dengan banyak penjual beraneka macam yang mereka jual juga banyak permainan,pokoknya ramai non" rima menjelaskan dengan seksama yang semakin membuat nona mudanya semakin penasaran ingin melihat karnaval itu.

"Bantu saya, yah rim" pinta ceisya dengan wajah memohon pada rima yang sepertinya tidak tega melihat nona muda meminta bantuan darinya.

"Gimana caranya non?" rima hanya bisa meminta nona mudanya berpikir.

Di tempat lain adhi sedang berbincang dengan beberapa sepupu dari pihak ibunya yang kebetulan sedang main di kediamannya, terlihat sangat akrab sesekali tertawa lepas sepertinya ada yang lucu yang mereka bicarakan.

"Bro, nanti malam akan ada karnaval seperti biasa kita senang-senang" ujar salah satu sepupu adhi dengan terlihat senang.

"Oh ya kenapa gue baru tahu" ucap adhi dengan menepuk bahu sepupunya yang duduk di antara mereka.

"Apa sih bro yang loh tahu selain ceisya dan belajar" balas sepupu adhi dengan sedikit mengejeknya.

"Memang sesempit itu dunia gue !!" tegas terdengar balasan ucapan adhi pada sepupunya yang membuat tertawa mereka, mendengar adhi protes tidak terima.

"Iya,iya begitu aja ngambek" goda sepupu adhi yang tahu ini hanya candaan diantara mereka.

"Bro,ceisya ga loe bawa serta?" tanya sepupu adhi yang lainnya sepertinya mengingatkan adhi.

"Oh iya tapi bagaimana caranya?" tanya adhi dengan wajah seperti berpikir.

"Tanya dulu mau apa ga anaknya?" ucap sepupu adhi yang ikut berpikir.

"Tumben otak loe encer" sepupu adhi yang lain ikut bicara dengan mengusap kepala sepupunya sedangkan yang lain tertawa dengan mengejeknya.

"Ok,gue telepon dia dulu" terlihat adhi dengan cepat mengambil ponsel dan langsung menghubungi ceisya, sepertinya ceisya tidak menjawab panggilan dari adhi yang membuat adhi terlihat kesal.

pada akhirnya adhi hanya bisa meninggalkan pesan yang nantinya akan di baca oleh ceisya, dan berharap ceisya sama dengan dirinya yang ingin ikut serta melihat karnaval yang akan berlangsung malam nanti.

Di kediaman ceisya terlihat beberapa asisten yang sibuk melayani ceisya yang saat ini sedang melakukan perawatan dan tanpa sungkan beberapa asisten saling bergosip dengan keadaan di luar komplek rumah besar kakeknya.

"Mba saya dengar dua hari lagi akan ada tamu besar di kediaman tuan besar?" tanya salah satu asisten pada yang lain.

"Benar dan tuan besar meminta di siapkan beberapa ruangan khusus untuk tamunya" asisten yang satu ini salah satu orang kepercayaan tuan besar yang pasti kakek dari ceisya tentunya.

"Sepertinya orang penting ya mba?" tanya asisten yang masih junior pada mbanya yang lebih senior dengan rasa penasaran.

"Pastinya yang saya dengar dia seorang yang sangat berpengaruh dalam dunia militer" ujar mbanya menjelaskan sebatas yang dia tahu.

"Oh gitu ya mba ganteng ga mba?" tanya asisten junior dengan tampang polosnya menahan malu tapi ingin tahu dengan senyum yang tertahan tapi ditunjukkan olehnya, yang membuat mbanya tertawa tapi tidak terbahak-bahak.

"Eh eh udah mulai genit ya, memang kamu tahu orang ganteng?" balas mbanya yang ingin terus menggoda juniornya.

"Tahu mba, seperti tuan muda adhianta dan tuan muda adhiatama iya kan mba?" balas asisten junior dengan memberikan perumpamaan pada mbanya.

"Yang ini berbeda dia ditakuti seluruh orang yang bermaksud jahat dan di kenal memiliki mata yang membuat musuh mati gaya begitu berhadapan dengannya" mbanya menjelaskan dengan serius membuat juniornya cukup ketakutan tapi penasaran dengan sosoknya.

"Makin penasaran mba siapa namanya mba?" asisten lain semakin ingin tahu dengan apa yang mereka dengar dari dunia diluar sana.

"Kalau ga salah hans itu namanya itu kalau ga salah ya" balas mbanya yang banyak tahu sebab dia banyak berinteraksi dengan beberapa pengawal tuan besarnya.

Tapi berbeda dengan ceisya yang sepertinya menilai sosok hans sebagai lelaki yang arogan tidak lembut bahkan terkesan lelaki yang kasar terhadap wanita bahkan berkesan menakutkan yang dirasakan dalam benak ceisya,membayangkannya saja membuat dirinya tanpa sadar menutup mukanya dengan kedua tangannya karena rasa takut sehingga membuat masker wajahnya tidak beraturan lagi.

"Kenapa non?" ujar asisten yang membantu melakukan perawatan padanya bertanya dengan nada khawatir pada nona mudanya.

"He he ga" dengan malu ceisya menutupi rasa gugupnya karena sudah ikut mencuri dengar yang bukan kebiasaan dirinya.

"Benar non, ga apa-apa biar saya bantu merapikan kembali" dengan perlahan asisten membantu merapikan masker wajah ceisya, hanya saja membuat asisten yang lain bertanya juga bingung dalam benak masing-masing ada apa dengan nona mudanya.

malam makin menjelang ceisya yang sudah membaca pesan dari ponselnya yang isinya permintaan dari adhi yang mengajak ikut serta untuk melihat karnaval yang akan berlangsung beberapa saat lagi.

Ceisya terlihat gelisah terlihat dari dirinya yang berjalan keluar masuk tidak jelas, dari raut wajahnya terlihat dia bimbang harus mengikuti keinginan mas adhi atau larangan orang tuanya yang harus dia patuhi.

Ponsel dalam genggaman ceisya bergetar sepertinya ada pesan yang masuk dari seseorang dan betapa terkejutnya ceisya isi pesannya yang meminta dirinya keluar dari kamarnya sebab mas adhi sudah menunggu di balik tembok besar rumah megahnya.

Ceisya biasanya menaiki tembok besar itu untuk keluar dari rumah megahnya bila ingin keluar rumah untuk ikut berkuda atau latihan menembak, sebab hanya dengan cara itu ceisya bisa keluar dari rumahnya dengan memanjat pohon yang terhubung dengan tembok besar rumahnya, kebiasaan ini yang tidak di ketahui oleh orang tuanya.

Tampa persiapan ceisya memanjat pohon dan menaiki tembok yang terhubung keluar dan mas adhi sudah menantinya dengan senyum manisnya ceisya memberikan tanda berharap mas adhi menyambutnya dengan menangkap dirinya yang akan turun melompat dari tembok yang terbilang cukup tinggi.

Saat bersamaan ceisya akan melompat asisten yang setianya berteriak memanggil namanya dengan memberikan pakaian hangat yang harus ceisya kenakan karena malam akan menjelang.

"Non...ini !!" teriak rima dengan suara sedikit keras dan ceisya memberikan tanda tutup mulut pada rima agar tidak terdengar oleh orang rumah.

Ceisya berjalan di atas tembok dan turun melompat ke bawah mas adhi dengan sigap menerima dan senyum bahagia dari keduanya terlihat saat bersama begitupun dengan ceisya yang sudah dalam dekapan mas adhi.

Saat ini keduanya sudah berada dalam kerumunan orang yang ramai menyaksikan iring-iringan karnaval yang sangat meriah, ceisya terlihat bingung dengan apa saja yang dilihatnya maklum saja ini baru pertama kalinya dia mengetahui suasana ramainya karnaval.

"Kamu senang?" tanya mas adhi pada ceisya yang tidak memperhatikan mas adhi dia sibuk melihat-lihat suasana sekitar yang sangat ramai apalagi ornamen sepanjang jalan yang di lalui rombongan karnaval berhias lampu warna-warni menambah kesan semarak.

"Iya mas aku senang mas aku mau lihat yang itu" jawab ceisya dengan menarik tangan mas adhi ke tempat yang menurutnya menarik perhatiannya.

"Pelan-pelan sayang" pinta mas adhi dengan menggenggam tangan ceisya erat yang terus menariknya.

Ternyata tempat yang ceisya tujuh adalah atraksi dari barisan tentara yang menunjukkan kemampuan bela diri yang cukup membuat penonton berdecak kagum dengan kemampuannya.

Diantara penonton berucap ini adalah unjuk kemampuan dari salah satu tim yang dipimpin oleh hans yang kemampuannya cukup di perhitungan oleh lawan, hal ini membuat ceisya sedikit kesal kenapa harus nama orang yang sama yang asisten rumahnya ramai membicarakannya, memang tidak ada nama lain pikir dalam benak ceisya selain hans...hans lagi.

"Memang seperti apa dan sepenting apa sih dia!! gerutu ceisya yang membuat mas adhi hanya tersenyum melihat ceisya yang terlihat kesal, sebab lucu menurutnya.

Bibir mungil ceisya terlihat cemberut karena kesal yang dia rasakan karena menurut dirinya tidak penting baginya siapa orang yang jadi bahan pembicaraan mereka saat ini.

Sepertinya mas adhi tahu ceisya yang kesal dan dia bertujuan menghiburnya dengan menjauh dari kerumunan orang yang masih asyik melihat atraksi tentara yang cukup membuat kesal ceisya.

Sebenarnya seseorang yang membuat ceisya kesal ada di dekatnya yang hanya bisa tersenyum tipis hanya ajudannya yang terus menggoda dirinya sepeninggal ceisy, hans hanya bisa menilai sebagai anak kecil yang tidak suka pada dirinya itu saja tidak lebih.

Berbeda dengan ajudannya yang menggoda dirinya dengan menepuk pundaknya yang tertawa mengejeknya.

"Ko bisa ya sang jendral mempunyai haters yang sepertinya fanatik sekali" gumamnya dengan terus tertawa menggoda hans.

Hans tidak membalasnya baginya tidak penting dia datang ke kota ini hanya memenuhi undangan dari komandannya tidak lebih, dan saat ini ingin mencari penginapan karena tidak ingin besok datang ke tempat undangan tugasnya terlambat itu saja.

Hans dan ajudannya masih berjalan menuju penginapan dengan menikmati sudut kota yang masih ramai dan hal yang tidak terduga terjadi, ada beberapa gerombolan orang berlari yang sepertinya akan melakukan hal yang tidak terpuji.

Dan benar saja adhi dan ceisya yang sekarang dalam incaran mereka yang sepertinya tahu latarbelakang dari keduanya, entah ada permainan apa yang mereka rencanakan yang jelas adhi dan ceisya tidak tahu keduanya hanya korban.

Adhi berusaha melawan dengan kemampuan yang dia punya tapi lawan yang tidak seimbang membuat dirinya terjatuh hanya suara ceisya yang terdengar lantang masih bisa berusaha melawan dengan apa yang dia bisa.

"Kalian curang bisanya cuma keroyokan!!" teriak ceisya dengan suara yang terdengar sangat lantang dan sedikit parau karena takut juga gemetar.

"Apa mau kalian kita tidak merasa bermusuhan !! teriak ceisya lagi dengan memeluk mas adhi yang sudah tidak mampu berdiri lagi.

Tidak sepatah kata pun yang keluar dari mulut gerombolan lelaki yang bertubuh tegap itu hanya diam dan bersiap menghabisi keduanya yang sudah hampir tidak berdaya lagi untuk melakukan perlawanan pada mereka.

"Kalian mau uang ambil silakan ambil !!" teriak lagi ceisya yang sudah hampir menangis karena takut dan melempar tas kecil yang dia bawa berisikan apa yang dia miliki.

Tampa di duga pertolongan pun datang hans dan ajudannya memberikan perlawanan pada gerombolan itu dan tidak beberapa lama, beberapa diantara mereka tumbang bersimbah darah dan yang lainnya lari membawa teman-temannya berlari menyelamatkan diri dari serangan hans dan ajudannya.

Hans hanya diam tidak sepatah katapun keluar dari bibirnya hanya ajudannya yang bertanya pada ceisya dan adhi yang masih merasakan sakit pada bagian tubuhnya.

"Kalian ok ?" tanya ajudan hans dengan sopan pada keduanya tapi apa balasan dari ceisya sebaliknya.

"Apanya yang ok apa ga lihat !!" balas ceisya dengan suara yang terdengar ketus.

"Maksud saya apa yang bisa di bantu mba ?" ucap ajudan hans masih dengan suara yang sopan pada ceisya.

"Tidak usah saya bisa sendiri oh iya terima kasih sudah mau menolong apa perlu balasan temui saja nomor ini " ucap ceisya masih dengan nada yang seenak hatinya yang menurutnya semua bisa di bayar lewat uang pikirnya yang tidak ingin berhutang budi.

Hans hanya bisa senyum dari tempat yang tidak jauh dari ceisya dan adhi, dalam benaknya gadis kecil yang sombong tapi cukup berani itu yang hans pikir dalam benaknya.

Hans dan ajudannya dapat menilai kalau keduanya memang dari keluarga yang berada dari pakaian yang keduanya kenakan dan bahasa tubuh yang terlihat bisa membeli yang mereka suka dengan uang yang dimilikinya, tapi bagi hans sudahlah itu urusan keduanya baginya tugasnya menolong sudah di jalankan selebihnya itu di luar kemampuannya.

Belum juga hans beranjak dari tempatnya beberapa orang pengawal datang membantu adhi dengan kendaraan mewah yang mereka punya begitu dengan ceisya yang ikut masuk kedalam kendaraan mewah itu, tidak lama mereka sudah meninggalkan tempat kejadian yang meninggalkan hans dan ajudannya hanya bisa memandang hingga kendaraan mewah itu menghilang dari pandangan mata keduanya.

Apa yang hans pikirkan berbeda dengan ceisya biarlah jadi rahasia dalam hati keduanya dan hanya keduanya yang bisa memberikan kesan pertama saat bertemu untuk pertama kalinya, yang jelas tidak ada yang kebetulan dalam hidup semuanya sudah diatur sesuai kehendak sang pencipta.

Episodes
1 Memperkenalkan diri
2 Awal pertemuan yang tidak di harapkan
3 Kenapa harus dia
4 Kebebasan yang terampas
5 Hari yang tidak di harapkan
6 Hari yang tidak di harapkan
7 Cinta hanya bisa dirasa
8 Jangan bilang benci nanti cinta
9 Ketulusan hati melemahkan kerasnya hati
10 Ketulusan cinta yang sebenarnya
11 Cinta tidak butuh kata
12 Takut di tinggalkan
13 Seperti inikah rindu?
14 Ih...pesonanya.
15 Miliki aku seutuhnya
16 Cinta tidak akan pernah salah.
17 Bukti dari ketulusan cinta
18 Jauh di mata tapi dekat di do'a
19 Masih ada dendam
20 Perjumpaan penyembuh luka
21 Buah dari kesabaran
22 Arti hadirmu
23 Suami hebat
24 Kehangatan dunia kecil
25 Harus kembali kehilangan
26 Kombinasi
27 Masa remaja yang indah
28 Bumerang
29 Satu orang dua nama
30 Sisi lain Q
31 Belajar dari masa lalu
32 Pesona Qiandra Mettasha
33 Dibalik Pesona Qiandra Mettasha
34 Dibalik pesona Qiandra Mettasha (2)
35 Bersama om-om
36 Suka boleh tapi jangan cinta
37 Terbebani menyandang nama besar sang kakek buyut
38 Nakalnya anak putih abu-abu
39 Selamanya dekat tapi teman
40 Cinta boleh,bodoh jangan.
41 Semakin mempesona
42 Berharap rasa itu tumbuh.
43 Perjuangan cinta yang tidak mudah
44 Ada yang patah hati
45 Bukti kesungguhan hati
46 Saling memperkenalkan dunia mereka
47 Jatuh cinta sejatuh jatuhnya.
48 Kalah Rindu Mulai Melanda
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Memperkenalkan diri
2
Awal pertemuan yang tidak di harapkan
3
Kenapa harus dia
4
Kebebasan yang terampas
5
Hari yang tidak di harapkan
6
Hari yang tidak di harapkan
7
Cinta hanya bisa dirasa
8
Jangan bilang benci nanti cinta
9
Ketulusan hati melemahkan kerasnya hati
10
Ketulusan cinta yang sebenarnya
11
Cinta tidak butuh kata
12
Takut di tinggalkan
13
Seperti inikah rindu?
14
Ih...pesonanya.
15
Miliki aku seutuhnya
16
Cinta tidak akan pernah salah.
17
Bukti dari ketulusan cinta
18
Jauh di mata tapi dekat di do'a
19
Masih ada dendam
20
Perjumpaan penyembuh luka
21
Buah dari kesabaran
22
Arti hadirmu
23
Suami hebat
24
Kehangatan dunia kecil
25
Harus kembali kehilangan
26
Kombinasi
27
Masa remaja yang indah
28
Bumerang
29
Satu orang dua nama
30
Sisi lain Q
31
Belajar dari masa lalu
32
Pesona Qiandra Mettasha
33
Dibalik Pesona Qiandra Mettasha
34
Dibalik pesona Qiandra Mettasha (2)
35
Bersama om-om
36
Suka boleh tapi jangan cinta
37
Terbebani menyandang nama besar sang kakek buyut
38
Nakalnya anak putih abu-abu
39
Selamanya dekat tapi teman
40
Cinta boleh,bodoh jangan.
41
Semakin mempesona
42
Berharap rasa itu tumbuh.
43
Perjuangan cinta yang tidak mudah
44
Ada yang patah hati
45
Bukti kesungguhan hati
46
Saling memperkenalkan dunia mereka
47
Jatuh cinta sejatuh jatuhnya.
48
Kalah Rindu Mulai Melanda

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!