Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."
(Qs. Ar-Ra'du: 28)
---
Matahari masih bersinar dengan terik, meski tak seterik beberapa jam yang lalu. Panggilan shalat terdengar merdu meraung melalu pelantara getaran di udara. Waktu Ashar telah tiba, bagi setiap muslim diwajibkan untuk mendatangi seruan panggilan untuk kembali bercengkrama dengan sang pencipta melalu sujudnya.
Mahya menyibak tirai jendela, dia menatap ke luar. Meski terasa silau dia memamerkan senyumnya mengagumi warna langit yang membentang.
"MasyaAllah, langitnya begitu indah. Warna biru cerah dihiasi seraput putih yang amat samar." Mahya bergumam pelan lalu dia berjalan mengambil mukena lalu menata rajutan sajadah di atas lantai yang bersih.
"Sungguh manusia berasal dari tanah dan kembali ke tanah." Mahya kembali bermonolog. Dia mengenakan mukenanya lalu menatap posisinya. Dia siap untuk bersujud kepada Allah, Maha Pengampunan lagi Maha Penyayang.
Mengingat kembali tentang perintah shalat, shalat diperintahkan setelah Rasulullah mengalami perjalanan yang disebut isra miraj.
Awalnya, Allah memerintahkan kepada Rasulullah untuk shalat 50 waktu dalam sehari semalam, dan Rasulullah menerimanya. Lalu dalam perjalanan ke langit enam Beliau bertemu dengan Nabi Musa dan saling bertanya. Dalam sebuah kisah tertulis bahwa umat Nabi Musa yang mendapatkan kewajiban 50 waktu shalat tidak sanggup melakukannya.
Dulu, umat Nabi Musa adalah Bani Israil tidak mampu melakukannya apa lagi umat setelahnya. Lalu, Nabi Musa meminta Rasulullah untuk kembali menghadap kepada Allah dan meminta keringanan. Kemudian di awal beliau mendapat keringanan sepuluh rakaat sehingga tinggal 40 shalat. Lalu saat Beliau bertemu dengan Nabi Musa kembali, Nabi Musa menganjurkan hal yang sama sehingga berulang-ulang dan Rasulullah mendapatkan perintah shalat wajib lima waktu dalam sehari semalam.
Waktu awal-awal sholat diwajibkan, seluruh shalat hanya berjumlah dua raka'at. Kecuali shalat maghrib; jumlahnya tiga raka'at. Baru setelah beliau hijrah ke kota Madinah, ada penambahan raka'at menjadi empat raka'at (yakni Dhuhur, Ashar, Isya yang tadinya 2 raka'at menjadi 4 raka'at). Kecuali maghrib (tetap 3 raka'at) dan subuh (tetap dua raka'at).
Sebagaimana diterangkan oleh Ibunda Aisyah radhiyallahu'anha, yang termaktub dalam Shahih Bukhori, beliau menceritakan,
"Pada awalnya, shalat itu diwajibkan dua rakaat. Kemudian setelah beliau -Shallallahu'alaihi wasallam - hijrah, shalat diwajibkan menjadi empat rakaat. Hanya saja ketentuan shalat untuk orang yang safar, seperti ketentuan shalat sebelumnya (yakni dua rakaat untuk shalat yang empat raka'at)" (HR. Bukhari (3935))
Dalam riwayat Imam Ahmad ditambahkan, "Kecuali shalat maghrib (maka tetap 3 raka'at), karena ia sebagai witir. Dan subuh (2 raka'at) karena bacaan shalat subuh (diperintahkan) untuk dipanjangkan."
Mahya melakukan shalat sunah rawatib sebelum melakukan shalat wajib, shalat sunah rawatib adalah sholat sunah yang mengelilingi shalat wajib. Shalat sunah yang akan menyempurnakan shalat wajib yang dilakukan. Adapun macamnya, shalat sunah rawatib dibedakan menjadi dua yaitu waktu pengerjaannya. Ada shalat sunah yang dilakukan sebelum shalat wajib ada pula yang dilakukan setelah shalat wajib.
Sedangkan untuk shalat sunah yang dilakukan oleh Mahya kali ini adalah masuk ke dalam kategori shalat sunah yang dilakukan sebelum shalat wajib. Boleh dua rakaat atau empat rakaat untuk jumlah rakaat shalat sunah rawatib qobliyah Asar.
Mahya melipat mukenanya kembali setelah dia berdzikir setelah shalat dan memanjatkan doa. Dia tersenyum tipis saat mengingat bahwa skripsi yang dia tinggal di meja Pak Arkan kemarin mendapat Acc untuk lanjut ke bab dua dan tiga sekaligus. Dia sangat bersyukur akan hal itu, karena baginya menyelesaikan skripsi dalam waktu dekat adalah salah satu harapannya.
Mahya menaruh mukenanya lalu mengenakan hijabnya kembali, dia lalu mengambil buku kecil yang berjudul Al-Ma'surat. Dia duduk di kursi dekat jendela lalu mulai membaca dzikir sorenya.
Dzikir artinya adalah mengingat, maka jika dzikir dilakukan pagi dan sore hari maka kita seolah diingatkan tentang Allah setiap saat.
Allah Ta'ala berfirman,
وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
"Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan sore."
هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۚ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا
"Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman" (QS. Al-Ahzab: 42-43).
Bukankah sudah sangat jelas bahwa dzikir di pagi dan di sore hari adalah sebuah anjuran. Karena tidak bisa dilemahkan lagi, Dzikir di pagi dan sore hari dijelaskan dengan pasti di dalam Al-Quran.
Tidak butuh waktu lama untuk berdzikir di sore hari, Mahya menaruh kembali kitabnya lalu dia berdiri. Sore ini dia akan membaca buku-buku yang akan menjadi referensi skripsi yang akan dibuat. Mahya mengambil buku yang sudah dipinjam dari perpustakaan, lalu matanya tanpa sengaja menatap barisan angka yang tertera di atas kertas dan tertata rapi. Senyum manis Mahya tiba-tiba terbit, kala dia melihat tanggal yang sudah dia lingkari, satu Ramadhan.
Tahun lalu, Mahya mengharapkan sebuah ikatan suci di usianya yang ke dua puluh empat tahun. Dan tahun ini usianya telah mencapai patokan itu. Dia ingin menikah, sungguh ibadah yang satu itu membuat Mahya antusias. Mahya mengambil buku lalu kembali duduk, dia membaca dan mencatat hal-hal yang penting. Tidak lupa Mahya mencatat pula halaman, judul buku dan pengarang buku yang dia baca.
Tanpa terasa, Mahya mulai tenggelam dengan kegiatannya. Hingga mungkin dia tidak akan tahu jika ada orang lain masuk ke dalam kamarnya, karena dia terlalu serius dan konsentrasi dengan buku yang dibaca.
---
Mahya keluar dari kamar melihat sang Tante sedang memasak. Hari ini Mahya dan keluarga Tantenya berpuasa, sebagaimana sebuah hadits menjelaskan bahwa Rasulullah selalu puasa di bulan Syaban. Karena menurut penjelasan, bulan Syaban adalah bulan lalai, di mana berada di antar bulan Rajab (haram) dan bulan Ramadhan yang berpuasa sebulan penuh. Oleh sebab itu, Rasulullah seringkali berpuasa lebih banyak di bulan ini.
"Kamu sudah keluar?" tanya Tante Ambar.
"Tolong belikan mangga dan Melon ya," kata sang Tante sambil mengulurkan uang.
"Berapa?"
"Melon sebuah aja kalau Mangga satu kilogram." Mahya mengangguk lalu dia berjalan ke kamar untuk mengganti hijab dan mengenakan kaos kaki.
Kebanyakan lupa, bahwa kaki termasuk ke dalam aurat sehingga kadang tidak ditutupi. Kaki adalah bagian aurat karena yang bukan aurat itu hanya muka dan dua telapak tangan.
Mahya bukan gadis yang ramah dengan tetangga, tetapi dia masih memiliki batas wajar. Karena dia mengenal beberapa tetangga ruko sang Tante. Contohlah Cece Ais, seorang perempuan keturunan Tionghoa yang tinggal berjarak tiga Sampai empat ruko sebelah kanan sang Tante. Cece Ais memiliki keponakan bernama Melani, seorang gadis SMA yang sering menegur dirinya saat berpapasan.
Selain itu dia juga memiliki tetangga bernama Delisa, dia gadis seusianya dan juga tinggal di depan ruko sang Tante. Tetapi Mahya tetaplah Mahya dia hanya mengenal sebatas nama.
"Assalamualaikum, Teteh."
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh," jawab Mahya, dia menoleh ke arah gadis yang masih mengenakan seragam SMA.
"Dari mana, Teh?" tanya Melani yang berjalan di samping Mahya.
"Baru beli buah di Ko Willy." Mahya menunjukkan buah yang dibawa.
"Wah pasti seger," kata Melani dengan wajah berbinar.
"Kamu mau?" tawar Mahya.
"Enggak Teh, InsyaAllah Melani puasa." Mahya menerbitkan senyumnya sambil mengangguk.
"Kamu pulang sore sekali?" tanya Mahya yang masih berjalan beriringan.
"Iya tadi ada acara di sekolah. Kebetulan jadwal padat maklum kakak kelas ujian." Mahya kembali mengangguk, sejujurnya tidak ingin tahu alasan Melani pulang sore tetapi ia berusaha beramah-tamah dengan tetangga.
Bukankah Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk memuliakan tetangga. Karena ini juga termasuk perintah dari Allah. Bahkan Rasulullah dulu juga sempat berpikir bahwa tetangga adalah orang yang mungkin berhak menerima waris karena begitu kuatnya Allah memerintahkan kepada Rasulullah untuk memuliakan tetangga.
"Melani masuk dulu, Teh. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh." Mahya melihat gadis itu masuk ke dalam rumah lalu melanjutkan perjalanan. Dia tersenyum melihat tingkah Melani yang begitu luwes dan ceria. Dulu dia ingin memiliki sifat itu tetapi sayang, Mahya tidak memiliki kepercayaan diri sebesar itu.
"Assalamualaikum, Tante ini buahnya." Mahya menaruh buah yang dibawa ke atas meja.
"Kamu bisa mengupas, Mahya. Soalnya Tante mau buat puding." Mahya menoleh lalu tersenyum, terbersit sebuah harapan yang mungkin akan terjadi jika dia mengungkapkan kepada sang Tante.
"Tante, bolehkah buat puding sedikit lebih banyak?" tanya Mahya.
"Kenapa?"
"Mahya ingin berbagi dengan Melani, Tante. Itu keponakannya Cece Ais."
"Tumben?"
"Tadi kami sempat berjumpa dan dia bilang sedang puasa saat aku tawari buah ini."
"Iya, kamu bisa berbagi dengannya nanti. Terima kasih, Tante." Mahya memamerkan senyumnya, dia tahu jika dengan berkomunikasi apa yang diharapkan bisa saja dengan mudah terpenuhi. Tetapi kadang dia tidak bisa melakukan hal itu, apa lagi dengan sosok yang baru dikenal. Aneh? Iya, Mahya memang sedikit aneh.
---
Pagi ini Mahya berjalan dengan pelan, sesekali mengamati sekeliling yang tampak cukup ramai. Hari ini tidak ingin bimbingan hanya ingin ke perpustakaan untuk mencari beberapa buku sebagai bahan referensi. Mahya menoleh ke arah kanan dan melihat beberapa anak sedang sibuk berdiskusi dengan membentuk majelis dengan duduk melingkar. Mahya mengamati satu persatu lalu kembali melanjutkan jalannya, dia bukan sosok yang kepo dengan urusan orang lain jadi lebih tidak mempedulikan sekeliling.
Mahya berjalan menuju kantin kala baru saja mendapatkan pesan dari sahabatnya, dia sudah menemukan dua buku tebal yang akan menjadi bahan referensi. Mahya mengedarkan pandangannya mencari sosok Zahra di sebuah ruangan terbuka dengan beberapa meja yang tampak ditata dengan teratur.
Mahya melangkah dengan pelan lalu menemui Zahra yang sibuk dengan ponselnya.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh," salam Mahya lalu mengambil duduk di depan Zahra.
"Waalaikumsalam warahmatullah, kamu lama sekali." Zahra menaruh ponselnya lalu menopang dagu dan memandang Mahya.
"Tadi aku di lantai dua di ujung sana, dan kamu di sini. Alhamdulillah aku segera kemari, kalau aku melanjutkan pencarian maka kamu akan menunggu lebih lama lagi." Mahya menjawab dengan santai lalu menoleh ke arah kanan.
"Ini, aku pesan buat kamu." Zahra mengansurkan segelas jus melon.
"Tanpa susu?" tanya Mahya.
"Iya. Kamu tumben gak puasa?"
"Oh, memang sengaja. Puasa Syaban gak harus sebulan penuh yang penting kita puasa karena di Syaban biasanya orang-orang banyak yang lupa karena persiapan menyambut bulan Ramadhan." Mahya mengucapkan basmalah lalu menyeruput minuman yang ada di depannya.
"Oh ya, Bagaimana? Proposal kamu udah ada yang ambil."
"Belum tahu, Cece Ais belum memberi kabar." Zahra tampak mengangguk. "Kamu yakin mau menikah muda?"
"Iya, aku sudah cukup umur deh kayaknya."
"Apa sih motif di balik keinginan kamu menikah?"
"Apa ya? Gak ada yang spesial, hanya ingin menjaga diri saja. Bukankah menikah itu termasuk ibadah yang dalam jangka lama, seumuran hidup." Zahra mengangguk, meski di dalam hatinya masih merasa janggal dengan kelakuan sahabatnya. Selain menikah muda, sahabatnya ini menyelesaikan kuliah dalam tiga tahun. Sungguh dua tahun kuliah seolah semua jadwal dipadatkan sehingga di semester lima sahabatnya sudah mulai menyusun skripsi, Zahra sungguh salut dengan semangat belajar yang dimiliki Mahya dan cukup sadar dan tahu bahwa IPK yang dimiliki sahabatnya ini mumpuni untuk melakukan hal di luar batas.
---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Bunga Syakila
visualnya aothor
2020-11-01
1
popy aisyah kenisha
semangat thor
2020-10-30
1
Dlfar
Banyak beljar dri Mahya😍
2020-06-18
4