Episode 5

Usai melakukan makan bersama, aku dan Evan kembali ke ruang depan, ya beginilah nasib jomblo. Tak ada aktifitas seusai kerja. Padahal malam ini malam minggu.

"Bosen gw, keluar yu Ang cari angin!" Ajak Evan, sambil menggeliatkan tubuhnya.

"Keluar, mau kemana? Malas ah gak ada tujuan!" jawabku.

"Kedai Mawar aja yu! Ngopi-ngopi"

"Males ah, lu aja sana sendiri" tolak ku.

"Ogah, ayolah jangan bikin status kejombloan lu itu menjadikan lu pemalas" ledeknya.

"Sama-sama jomblo jangan saling menghakimi"

"Hehe, yaudah makanya cepat"

"Ya udah oke, bentar gw ambil jaket dulu" Aku beranjak dari sopa, menuju kamar ku.

"Gw pinjem jaket lu Ang, sekalian" teriak Evan.

Aku hanya menggelengkan kepalaku, sungguh membuatku repot kalau ada orang ini. Aku mengambil dua jaket di dalam lemariku, lalu ku pakai satu jaketnya dan membawanya satu untuk temanku yang sangat merepotkan itu.

"Nih" Aku melemparkan jaket tersebut kepada Evan, Evan menangkap jaket tersebut, dan memakainya. Lalu kami keluar dari apartemen, untuk menuju kedai milik Mawar.

30 menit berlalu, akhirnya mobil kami sampai di depan kedai milik Mawar. Aku keluar terlebih dahulu dari mobil, sedangkan Evan memarkirkan mobilku dulu.

Aku masuk kedalam kedai tersebut, tak menunggu Evan, biarkan saja nanti juga dia pasti masuk. Malas sekali aku harus menunggunya, pikirku.

Saat aku masuk, Mawar yang melihat kedatanganku terlihat ia berjalan menghampiriku.

"Hey Ang!" Sapanya.

"Hay!" balasku, sambil tersenyum. Aku berjalan mencari tempat untuk duduk, tempat yang kosong. Karna kedai milik Mawar ini, jika malam Minggu sangat ramai di datangi muda mudi, tentu saja mereka bersama dengan pasangannya, sedangkan aku? Ah sudah lah jangan di bahas.

Mawar sedari tadi mengikutiku, aku berjalan kerah pojok kedai tersebut karna tempat di sana ada yang kosong dan tidak terlalu padat juga, aku duduk di sana, dan Mawar juga ikut duduk, kami duduk saling berhadapan.

"Tumben kamu keluar malam Minggu?" tanya Mawar.

"Iya, Evan yang ngajak, maksa buat keluar" jawabku.

"Hey, ngapain lu berdua? Ngomongin gw ya? Barusan gw denger kalian sebut nama gw!" sahut Evan, yang baru saja datang, lalu ia duduk bergabung bersama aku dan Mawar.

"Kepedean lu'' sangkal Mawar.

"Hehe, terserah gw dong!" ucap Evan angkuh.

Aku hanya menggelengkan kepalaku, sambil tersenyum. Evan dan mawar jika bertemu merek seperti sponsbob dan squitwot gak pernah akur.

"Sudah-sudah, Mawar pengen kopi dong yang biasa!" ucapku.

Mawar menganggukan kepalanya, lalu memanggil salah satu pekerjanya, untuk membuatkan kopi untuk kami.

"Rame juga ya kedai lu Mawar" ujar Evan.

"Iya dong, kedai gw kan favorit anak muda disini, liat noh mereka datang berpasangan sama pacar mereka" ledek Mawar.

"Sialan lu, mentang-mentang gw jomblo" pungkas Evan.

Mawar tertawa renyah, aku yang menyaksikan mereka hanya menyimak saja.

Tak lama kemudian akhirnya kopi kami pun datang! Kami pun menikmati kopi tersebut dengan mengobrol dan bercanda, tak jarang kami tertawa terbahak-bahak saat melakukan kekonyolan kami masing-masing.

Tak terasa waktu sudah hampir larut malam.

"Pulang yu Van" ajakku kepada Evan.

Evan melihat jam yang ada di pergelangan tangannya.

"Wah gak kerasa udah jam 11 malam aja. Ya udah ayo" ucap Evan.

"Bentar gw ke toilet dulu" ucapku.

Angga pun beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju toilet.

Mawar memandangi Angga dengan tatapan yang sulit diartikan terlihat banyak harapan di mata indah milik mawar. Evan yang sedari tadi memperhatikan Mawar pun, terlihat tersenyum masam.

"Gw tau lu suka kan sama Angga!" Ucapan Evan seketika membuyarkan pandangan Mawar.

"Maksud lu?" Mawar terlihat salah tingkah.

"Udah gw tau kok, lu cinta sama Angga!" jelas Evan.

Mawar tersenyum. "Iya aku memang mencintainya! Tapi sayangnya menjadi pelangi untuk orang buta itu mustahil" ucap mawar, tatapannya seperti sedang menerawang.

"Bagaimana kalau dia tidak buta? Dia tak ingin pelangi melainkan senja!"

"Mengapa senja? Senja hanya memiliki satu warna?"

"Dengar cantik, seberapa indah pelangimu, jika dia tak tertarik sama sekali denganmu, dia tidak akan pernah melirikmu!"

"Apa aku harus berubah menjadi senja? Agar dia bisa melirikku?"

"Tidak, cukup jadi dirimu sendiri"

"Lantas, sekarang apa yang harus aku lakukan? Melupakan Angga? Mengubur semua rasa cintaku kepadanya?"

"Mungkin" Evan menaikan bahunya.

"Itu tidak mungkin Evan, aku sudah menyukainya sejak pertama aku melihatnya!" Mawar tersenyum masam.

"Lalu apa kamu akan terus menikmati cinta kamu yang tak berbalas ini?"

"Kau tau Evan, untuk melupakan Angga itu ibarat, si tuli berbicara kepada si buta, bahwa si buta melihat si lumpuh berjalan!"

"Itu tidak mungkin terjadi Mawar!"

"Iya memang tidak akan pernah terjadi, begitu pun aku. Sampai kapan pun aku tidak akan pernah melupakan Angga"

"Ya udah terserah kamu saja!" pasrah Evan. "Apa tidak ada tempat untukku di hatimu mawar" Lanjut Evan dalam hatinya.

"Iya karna aku mencintai Angga, bukan berarti Angga harus membalas cintaku, aku mencintainya bukan berarti aku harus memilikinya!" jelas Mawar.

"Iya-iya, wanita memang selalu menang! Terserah kau saja. Aku hanya tidak mau melihat kamu terluka Mawar kau mengerti! Aku mencin..." Evan menggantung ucapannya.

Mawar menatap Evan keheranan. "Maksud kamu? Mencintaiku?" lanjut Mawar.

Evan terlihat salah tingkah, "Emm, maksud gw.."

"Ayo Van kita pulang" Ajak Angga, yang baru saja kembali dari toiletnya.

"Ayo, kita pulang dulu ya Mawar!" pamit Evan.

"Huh ampir saja gw keceplosan tadi, untuk aja si Angga keburu dateng kalau enggak! Udah gw gak tau mau bilang apa sama si mawar" gunam Evan.

Evan membuang napas lega, lalu beranjak dari tempat duduknya.

"Gw bayar kopinya dulu" ujar Angga.

Mawar beranjak dari tempat duduknya, lalu menahan Angga. "Angga tunggu! Gak usah gak papah gak usah bayar" ucap Mawar.

"Tapi.."

"Sudah gak apa-apa! Itung-itung gw traktir kalian"

"Hahaha, di traktir sama yang punya kedainya Ang kita" Sahut Evan.

"Ya udah, thanks ya"

"Iya Ang, santai aja"

"Ya udah kita pulang dulu ya" pamit Angga.

Mawar menganggukan kepalanya, lalu Angga dan Evan pun pergi meninggalkan kedai milik Mawar tersebut.

Mawar memandangi Angga, yang terus menjauh dari hadapannya, hingga laki-laki itu hilang dari pandangannya.

Mawar duduk kembali, ia teringat kembali dengan ucapan Evan tadi, membuat perasaannya gundah.

Mawar terlihat menarik napas dalam, dan membuangnya dengan kasar.

"Apa memang aku ini bodoh? Mencintai orang yang tak pernah sama sekali mencintaiku? Tapi... aku tidak bisa menyangkalnya bahwa ketika Angga tau aku mencintainya, dia tak membalas perasaanku. Dan itu rasanya sakit sekali. Ah kenapa jadi seperti ini sih? Mawar ingat tujuan awalmu! Kau mencintai bukan berarti harus memilikinya!" Gunam mawar.

Hati dan pikirannya bergelut, pikirannya bilang iya, namun hatinya bilang tidak.

Bersambung...

Jangan lupa like, comen dan Votenya.

Terima kasih.

Terpopuler

Comments

Kendarsih Keken

Kendarsih Keken

Lucuuu bngt panggilan nya Ang 🤣🤣🤣
Ang kara murkaaa 🙃🙃🙃🙃🙃

2021-12-09

0

Sumarni

Sumarni

mawar evan suka sama km

2021-10-30

0

ayu cahayu

ayu cahayu

duh kok ang manggilnya...

2021-09-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!