Episode 3

Usai memeriksa semua pasien-pasien ku, aku kembali keruangan ku. Tak terasa hari sudah sore. Aku memutuskan untuk pulang, karna memang sudah tidak ada lagi jadwal pemeriksaan hari ini.

Aku memebereskan terlebih dahulu ruanganku, segelas selesai aku segara bersiap-siap untuk pulang.

"Sudah mau pulang?" Tanya Evan, yang berdiri tepat di pintu ruanganku, karna memang pintu ruanganku terbuka.

"Iya, tidak ada lagi jadwal pemeriksaan" jawabku, sambil berjalan kearah pintu tersebut.

"Sama gw juga, nebeng pulanglah gw gak bawa mobil"

Aku menganggukan kepalaku. "Oke, tapi gak gratis" candaku kepada Evan, sambil tertawa.

"Sialan lu, itung-itungan ya sekarang sama gw!" pungkas Evan, sambil mengikuti langkahku.

"Hahaha, bencanda kali" ucapku, sambil terus tertawa.

"Tenang nanti gw terakhir lu, kopi di kedai punya si Mawar"

"Oke-oke"

Kami pun berjalan meninggalkan rumah sakit, menuju parkiran mobil.

"Lo yang bawa mobil aja Van" Aku melemparkan kunci mobilku, kepada Evan.

Evan menangkap kunci tersebut, kami pun masuk kedalam mobil, dan Evan mulai melajukan mobil tersebut.

"Oh iya Ang, gw nginep tempat lu ya!" ucap Evan.

"Udah numpang mobil, sekarang mau nginep juga lu di tempat gw'' jawabku.

"Sialan lu" kata Evan. "Males gw pulang ke rumah sepi, lagian ini malam minggu jugakan, kita happy-happy lah"

"Iya gw tau ini malam minggu, tapi gw masih waras, ngapain happy-happy sama lo" pungkas ku, dengan ketus menatap tajam Evan.

Ku lihat Evan tertawa keras.

"Hahaha, otak lu kelamaan jomblo Ang! Mikirnya miring terus tuh"

"Sialan lu" pungkas ku.

Evan semakin tertawa keras, bahkan sampai terpingkal-pingkal memegangi perutnya.

"Udah puas lu ketawa, nyetir yang bener fokus. Gw gak mau mati sia-sia sama lu ya!" ucapku.

"Oke-oke Mr. jomblo" ledek Evan, sambil menahan tawanya.

"Hey, sama-sama jomblo tidak usah menghina ya!" pekik Ku.

"Ya setidaknya gw udah pernah pacaran ya! Dan punya mantan. Gak kaya lu terjebak sama masa lalu" ledek Evan lagi.

"Cih, punya mantan aja bangga" ketusku.

Ya begitulah kami, aku dan Evan berteman sangat dekat, karna kami di sini sama-sama sendiri tidak ada keluarga, jadi aku sudah menganggap Evan saperti saudaraku begitu juga sebaliknya, kami tak jarang bertukar pikiran jika ada masalah, saling menyemangati saat kami mengeluh. Bahkan kita sudah tau satu sama lain tentang cerita hidup kita, tentang masa lalu kita atau yang lainnya.

Terlebih Evan itu anak yatim piatu, mendengar kisah hidup Evan, membuatku sangat begitu bersyukur masih mempunyai keluarga yang utuh, walau pun ibuku hanya ibu sambung, tapi rasanya seperti ibu kandung.

Tak terasa akhirnya perjalan kami pun sampai. Aku turun terlebih dahulu dari mobil, dan menyuruh Evan untuk memarkirkan mobilku.

"Lu parkiran mobilnya sekalian, gw duluan" ucapku, keluar dari mobil tersebut.

"Siap bos"

Ku lihat Evan membawa mobilku ke dalam tempat parkiran, dan aku berjalan menuju Apartemen ku.

Aku sudah sampai di depan kamar apartemen ku. Lalu aku menekan password kamarku, usai terbuka aku langsung masuk kedalam.

Aku menjatuhkan tubuhku yang leleh ini, di atas sopa, lalu menyalakan televisi. Sambil beristrihat sejenak dan menunggu Evan.

Tak lama kemudian Evan datang, dan masuk kedalam. Lalu ia ikut duduk di sampingku. Evan membuka kemejanya.

"Panas banget gila" ucapnya.

"Udah sana lu mandi duluan, gantian" titahku.

"Ya udah gw mandi duluan ya!" Evan baranjak dari sopa dan berjalan menuju kamar.

"Oh iya Ang, sekalian gw pinjem baju ganti ya!" Teriak Evan, yang sedang berjalan.

"Iya ambil aja di lemari" jawabku, tak kalah berteriak.

Ku lihat Evan sudah masuk kedalam kamar. Aku menarik napas dalam, lalu ku baringkan tubuhku diatas sopa yang tengah aku duduki, badanku sungguh sangat lelah sekali, aku memejamkan mataku untuk tidur sebentar sambil menunggu Evan beres mandi. Karna menunggu Evan mandi pasti akan membuat tensi darahku naik, karna entah apa yang di lakukan Evan saat mandi, karna itu orang pasti lama sekali.

Mungkin Evan melakukan konser solo saat mandi. Entahlah hanya tuhan dan Evan yang tau. Sudahlah membahas Evan gak ada ujungnya, aku juga sampai heran, kok bisa orang seperti Evan mempunyai gelar dokter. Lebih baik aku tidur.

***

1 jam kemudian, Evan terlihat baru saja keluar dari kamar mandi, masih menggunakan handuk yang terlilit di pinggangnya. Lalu Evan berjalan menuju lemari, ia mengambil satu setel baju milik Angga untuk mengganti pakaian-nya.

"Ah seger banget" ucap Evan, usai memakai pakaian-nya, lalu Evan beranjak menuju cermin, ia menyisir rambutnya, sambil melihat pantulan dirinya di dalam cermin tersebut.

"Ah ternyata aku tampan juga ya!" Evan memuji dirinya sendiri.

"Oh iya jangan lupa pakai ini, biar wangi" Evan mengambil minyak wangi milik Angga, lalu menyemprotkan keseluruh tubuhnya.

"Sudah ganteng dan wangi" ujarnya, lalu meletakan kembali botol parume tersebut.

Kemudian Evan keluar dari kamar tersebut, Evan berjalan menuju Angga.

"Ya ampun, bisa-bisanya ini orang malah tidur pula, apa gak lengket itu badan" ucap Evan, sambil mendekat kearah Angga.

"Woy bangun!" teriak Evan, sambil melempar bantal sopa kepada Angga yang tengah tertidur pulas tersebut.

"Astagfirullah, sialan lu ngagetin aja!" Angga langsung terbangun, dengan wajah yang terlihat kaget.

"Habis lu, malah tidur. Mandi sana bau!" titah Evan. Menutupi hidungnya.

Namun Angga terisak sejenak, lalu mendekati Evan.

Evan memundurkan tubuhnya saat Angga mendekat kearahnya.

"Eh-eh, mau ngapain lu?" tanya Evan.

"Wah, lu pake parpume gw ya? Sialan lu itu parpume lemited edition tau! Main semprot aja lu" pekik Angga.

"Hehe, cuman dikit. Pelit bangat si lu sama gw" Evan tersenyum, cenggesan.

"Dikit-dikit" ketus Angga. "Minggir gw mau mandi" titahnya.

"Jalan masih luas woy, ngapain nyuruh gw minggir jomblo akut" ledek Evan.

"Ngaca, emang lu bukan jomblo" ketus Angga, sambil berjalan, Angga sengaja menabrakan tubuhnya di bahu Evan.

"Hahaha, iya gw lupa" jawab Evan.

Angga tak menyahut ucapan Evan, ia terus berjalan kearah kamarnya, sedangkan Evan ia duduk kembali di sopa, sambil menahan tawanya.

"Jomblo-jomblo kapan status ini akan berakhir" ucap Evan, meraih remot, lalu memindah-mindahkan Chanel TV tersebut.

Sedangkan Angga yang baru saja memasuki kamarnya, dengan wajah yang masih kesal.

"Ya ampun, berapa banyak tuh orang pake parpume gw, baunya ampe penuh gini dikamar" ucap Angga, menutup hidungnya, lalu mangambil handuk dan langsung menuju kamar mandi.

Karna badannya sudah lengket sekali, Angga begitu membutuhkan kesegaran saat ini. Air adalah salah satu obat agar badannya kembali segar.

Iya air, gak mungkin kamu kan? Emang kamu mau jadi penyegar aku? Eh ngaur. Kamu itu gak bisa jadi penyegar aku, karna kamu itu bukan air, kamu itu gula, yang membuat hidup aku manis. Iya kamu, kamu yang lagi baca novel ini. Kamu manis sekali sih.

Bersambung.

Jangan lupa tinggalkan jejak ya! Like, comen dan Votenya.

Terima kasih.

Terpopuler

Comments

Kendarsih Keken

Kendarsih Keken

maaih nyimak , tapi setidak nya aq sdh tauu cerita dr Angga sebelum nya

2021-12-09

0

Sumarni

Sumarni

semangat thor

2021-10-30

0

@Lukky$$

@Lukky$$

good 👌

2021-08-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!