Episode 2

Tiga jam berlalu, akhirnya operasi tersebut selesai.

Aku bersama dokter yang lain, dan beberapa suster pun keluarga dari ruangan operasi tersebut.

Alhamdulillah operasi berjalan dengan lancar, dan pasien dalam kondisi stabil, dan akan di pindahkan segara ku ruang inap.

Tak terasa kini waktu sudah masuk makan siang, dan perutku sepertinya sudah terasa lapar, aku memutuskan atuh pergi ke Restoran yang ada di dekat rumah sakit.

Jaraknya sangat dekat dan jadi aku hanya berjalan kaki saja. Dalam perjalan ke resto aku bertemu dengan salah satu temanku, ia sama seorang dokter sepertiku, dan dia juga berasal dari Indonesia sama sepertiku.

"Hey, bro mau kemana?" tanya-nya, kulihat dia berjalan mendekat ke arahku.

"Biasa, kedepan" jawabku, sambil mengelus perutku, sebagai tanda bahwa aku akan makan.

"Oh, gw ikutlah, kebetulan belum makan juga!"

Aku hanya tersenyum, dan menganggukan kepalaku.

Lalu kami pun berjalan beriringan.

"Oh iya, cuti tahun ini loh balik gak?" tanya Evan.

"Gak tau" jawabku simple, karna memang aku belum tahu dan belum ada niatan juga untuk pulang ke Indonesia, ya walau pun sebenarnya aku sangat merindukan keluargaku dan dia. Ah sudahlah, jika membahas tanah air, aku selalu mengingat orang yang kini sudah bahagia dengan suaminya.

Ku lihat Evan hanya menganggukan kepalanya, menanggapi jawabanku.

"Lalu, lu sendiri gimana?" tanyaku.

"Entahlah, sebenarnya gw pengen balik, cuman lu tau sendirikan, di Indonesia gw udah gak ada keluarga, makanya gw nanya ke lu, apa lu mau balik apa engga. Rencananya gw mau ikut lu, hehe" ujar Evan, sambil tersenyum cengengesan.

Aku mengangukan kembali kepalaku. Sambil sejenak berpikir. Memikirkan ucapan Evan barusan.

"Emm, nanti gw pikirin lagi deh, kalau nanti gw mau balik ke Indonesia, gw kabarin lo" ucapku.

"Oke, siap bro"

Dan akhirnya kami pun sampai di resto tersebut, pelayan resto mengahampiri kami, lalu kami pun memesan makanan.

"Oh iya bro, gimana hubungan lo sama di Mawar?" tanya Evan.

"Mawar?" Aku terheran, mengapa Evan menanyakan soal hubunganku dengan Mawar.

"Baik-baik saja" lanjutku.

"Syukurlah, kapan kalian ada rencana untuk menikah?"

"Menikah? Maksud lu?" Aku menaikan kedua alisku, sambil tersenyum bingung.

"Iya menikah, lo sama mawar bukannya sudah lama pacaran?" Jelas Evan.

Aku tertawa menanggapi ucapan Evan tersebut, lalu aku menggelang-gelengkan kepalaku.

"Hahaha, sejak kapan gw sama Mawar pacaran? Tau informasi hoak dari siapa lu?" tanyaku, sambil terus tertawa.

Kuliahat Evan mengagaruk kepala yang tidak gatal. Sepertinya dia pun binggung.

"Gw dan Mawar, hanya sebatas teman, aku tidak ada perasaan apa-apa sama dia" jelasku.

Evan menganggukan kepalanya, sambil tersenyum kikuk.

"Gw kira kalian pacaran, habis lu dekat banget!" ucap Evan.

"Tidak, kami hanya berteman baik" sahutku.

Tak lama kemudian, pesanan kami pun datang, karna kami sama-sama sudah lapar, aku dan Evan pun langsung menyantap makanan tersebut.

"Jadi mereka hanya berteman, apa masih ada kesempatan untukku mendekati Mawar!" Batin Evan.

"Evan, Lo kenapa senyum-senyum sendiri?" tanyaku, karna aku perhatikan sedari tadi Evan senyum-senyum sendiri sambil menyantap makanannya.

"Emm, tidak gw gak apa-apa!" jawab Evan, seperti salah tingkah.

Aku hanya menganggukan kepalaku, dan melanjutkan kembali menyantap makananku.

Tak lama kemudian akhirnya kami pun selesai, menghabiskan makanan tersebut. Membayarnya, lalu kembali ke rumah sakit, karna aku masih harus memeriksa beberapa pasienku.

Aku dan Evan berpisah di kolidor rumah sakit, karna arah ruangan kami berbeda.

"Gw duluan ya!" pamit ku.

Evan menganggukan kepalanya, lalu mengancungkan ibu jarinya, sambil melihat ke arahku.

Aku pun berjalan menuju ruangan ku terlebih dahulu, untuk mengambil alat-alat kedokteran ku. Usai itu aku beranjak untuk memeriksa beberapa pasienku, dan pasien yang baru saja tadi selesai di operasi.

"Salamat siang" ucapku, sambil memasuki salah satu ruang rawat pasienku.

"Selamat siang" jawab, seorang wanita parubaya, yang menjaga pasien tersebut, kurasa wanita itu mungkin istrinya. Dan yang sakit itu adalah suaminya.

Aku tersenyum, lalu mulai memeriksa keadaan pasien tersebut.

"Bagaimana keadaan suami saya dok?" tanyanya, usai aku memeriksa pasien.

"Alhamdulillah Bu, keadaanya sangat membaik, semua dalam keadaan normal, tinggal masa pemulihan saja!" ujar ku.

"Syukurlah, terima kasih dokter!"

"Iya sama-sama Bu!"

Aku mengucap Alhamdulillah, karna aku tau pasien tersebut beragama muslim, ibu yang menjaganya pun memakai pakaian yang tertutup, dan hijab yang menjuntai kebawah, dan suaminya yang berbaring lemah pun sejak aku melakukan operasi kepada beliau, beliau tak mau sama sekali mencolok peci yang berwarna putih yang terpasang di atas kepalanya itu.

Usai aku selesai memeriksa pasien tersebut, aku pun beranjak dari ruangan tersebut, karna masih ada pasien yang harus aku periksa. Namun saat aku hendak keluar dari ruangan itu, ku dengar ibu yang tadi memenggilku.

"Dokter tunggu!" panggilnya, dengan suara sedikit keras.

Aku punghentikan langkahku, lalu menoleh kearah ibu itu.

"Iya Bu kenapa?" tanyaku, sambil tersenyum ramah.

"Suami saya siuman dok, katanya beliau ingin berbicara dengan dokter!" ujarnya.

"Oh sepertinya pengaruh obatnya sudah habis bu, baiklah mau berbicara apa pak? Ada yang bisa saya bantu?" ucapku, sambil berjalan masuk kembali ke dalam ruangan tersebut, dan mendekat kembali kearah mereka.

"Dokter terima kasih banyak!" ucap bapak tersebut, namun masih dengan suara yang lemah.

"Iya pak sama-sama" jawabku, sambil tersenyum dan menganggukan kepalaku.

"Kalau boleh tau dokter, berasal dari mana?" lanjut tanyanya.

Dalam hati aku merasa keheranan, kenapa bapak ini menanyakan tempat asalku.

"Saya dari Indonesia pak" ucapku.

"Oh dari Indonesia toh, kami pun dari indonesia dok" pungkas, Ibu-nya.

Aku hanya tersenyum, menanggapi mereka.

"Maaf dok sebelumnya, saya banyak bertanya kepada dokter!" ucap bapak tersebut. "Apa dokter, muslim" lanjutnya.

"Iya pak, saya seorang muslim" jawabku.

Ku lihat bapak dan ibunya, menganggukan kepalanya sambil tersenyum kepadaku.

"Ya sudah pak, Bu. Saya permisi karna masih ada pasien yang harus saya periksa" pamit ku.

"Iya dok, silahkan. Maaf menganggu waktu dokter"

"Tidak Bu" pungkas ku.

Aku pun segara beranjak keluar dari ruangan tersebut, pasienku memang rupa-rupa warnanya, hal seperti ini sering terjadi, pasien yang mengintrogasi ku, bahkan sampai ada yang menanyakan statusku, dan menjodohkan ku dengan anak mereka, saat mereka tau statusku jomblo akut.

Aku menarik napas dalam, sambil menggeleng-gelengkan kepalaku, aku anggap semua itu sebagai hiburan.

Lalu aku melanjutkan memeriksa pasien-pasienku yang lainnya.

Ngomong-ngomong, melihat bapak dan ibu tadi, aku jadi teringat kepada Ayah dan ibu. Semoga mereka di sana selalu dalam lindungan yang maha kuasa.

"Ayah, ibu. Angga merindukan kalian" batinku.

Bersambung.

Jangan lupa like, comen dan Votenya.

Terima kasih.

Terpopuler

Comments

Sumarni

Sumarni

kpn angga ketemu jodohnya

2021-10-30

0

Ramdaniah Een Abdullah

Ramdaniah Een Abdullah

lanjut

2021-10-29

0

Murlina Lina

Murlina Lina

Angga pulang lah dulu jodohmu ada di Indonesia ...

2021-10-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!