Sampai sekarang ku tak memahami dirimu,
Perasaanku tak kunjung sampai padamu,
Tapi perasaan ini tak dapat kuhentikan,
Aku masih tak memahaminya,
Akupun tetap tak bisa melupakanmu.
Diantara bunga mawar bermekaran, dibawah pohon rindah yang menyejukkan, Kau tolak perasaanku ini demi adik kecilmu.
Ku ingat sampai sekarang bagaimana senyum indahmu saat pertama kali kita bertemu, kau tak mengenalku namun dengan murah hati mendengarkan curahan hatiku bahkan membantuku berbaikan dengan adikku Filia.
Kau tak pernah mengeluh ataupun ragu akan tindakanmu,bermurah hati pada siapapun, memiliki wibawa besar, serta penuh kasih sayang, sosokmu begitu menyilaukan dalam hidupku. Sampai tak kusadari bahwa dirimu sudah menjadi sosok spesial bagiku.
Tak peduli seberapa lama ku berjuang,
Tak peduli seberapa banyak ku berkorban,
Aku hanya ingin terus bersamamu,
Dan menjadi sosok spesial bagi dirimu,
Ku tak ingin hati ini semakin jauh darimu.
Setiap hari ku menyapamu, setiap bertemu ku berikan senyuman terbaikku, setiap waktu ku memperhatikanmu, setiap malam ku memimpikan bisa bersatu denganmu. 1 tahun terlah berlalu, namun mengapa perasaanku selama ini tak kunjung sampai padamu?
Dengan alasan kau sudah memiliki malaikat dihatimu,
Entah mengapa waktu terasa sudah berhenti, detak jantungku serasa tak berdetak kembali, semua berubah menjadi abu – abu, dunia, perasaan maupun cintaku.
Kucoba untuk menyerah tapi tak dapat melupakan dirimu, wajahmu, senyummu, kebaikanmu, terlalu menyakitkan bagiku.
Hingga kusadari, bahwa ternyata kau menolak cintaku demi adik kecilmu,
Sekali lagi aku jatuh cinta padamu, lagi – lagi aku semakin tergila – gila padamu. Kau adalah adalah sosok malaikat
sempurna bagi hidupku, perasaan ini semakin tak tertahankan ku ingin segera bertemu denganmu, ku ingin segera melihat dirimu.
Dalam gelap malam ku pakai jaket milik Sio yang tidak sengaja terbawa olehku pada waktu menembaknya, ku bawa alat tulis,HP serta teropong, dengan mengendap – endap berharap tak ada yang mengetahui tindakanku ini aku harus keluar dari rumah ini sebelum pagi hari datang menemuiku, Jika begitu maka aku akan terlambat melihat Sio.
Hari ini adalah hari Orientasi untuk adiknya serta Sio harus mempersiapkan acara hari ini maka jelas ia akan berangkat pagi – pagi sekali.
Ku periksa kembali perlengkapan ku dan ternyata sudah lengkap dan segera ku masukkan kedalam saku ku untuk alat tulis serta HP. Perlahan ku melangkah didalam kegelapan tak dapat kulihat apapun dan hanya mengandalkan indra perabaku serta ingatanku tentang bentuk kamarku sendiri.
Setelah berjalan cukup pelan dan berhati – hati akhirku berhasil juga mencapai dinding, sekarang tinggal menelusuri dinding sampai menemukan pintu keluar.
Dalam kegelapan ku mencoba dengan keras melihat walaupun jangkauannya tidak lebih dari 1 meter, selebihnya gelap gulita. Ada banyak bingkai foto yang harus kuhindari, takutnya sampai terjatuh dan menimbulkan suara.
Keheningan tercipta dengan sempurna bahkan aku sampai bisa mendengar suara jarum jam berdetak, terdengar 20 detakan jam yang menandakan sudah 20 detik aku menelusuri dinding ini, seharusnya aku sudah menemukan pintu.
Sampai akhirnya ku menemukan gagang pintu, dengan perlahan serta berhati – hati kuputar lalu kubuka menghindari segala suara yang tercipta dari pintu tersebut. Dalam pikiranku aku sudah tak sabar lagi bisa melihat wajah Sio, walau sekedar dari kejauhan namun hal itu sudah cukup membuat hati ku lebih tenang dari biasanya.
Perlahan cahaya dari lorong masuk ke kamar melalui cela – cela pintu yang mulai terbuka. Ku coba mengintip dari sela – sela tersebut melihat keadaan sekitar,
“Ada apa nona?” tiba – tiba sebuah wajah bertatapan denganku melalui cela – cela pintu tersebut
*Bruak
Ku banting pintu tepat di depan wajah Erlan.
“ASTAGA!!! DASAR ERLAN KAU MEMBUATKU KAGET SAJA!” teriakku
“Kenapa nona mesti kaget? Memangnya nona mau kemana?” suara dari balik pintu
“Memangnya itu urusanmu?”
“Tentu saja, karena ayah anda sudah menugaskanku untuk mengawasi nona.”
“Aahhhhh! kau itu pelayan bukan bodyguard, sudahlah tinggalkan aku sendiri!”
“Baiklah kalau itu keinginan nona.”
Terdengar suara langkah kaki menjauh dari kamar
(Apa dia sudah pergi? tumben sekali dia pengertian kalau begini aku bisa melanjutkan pelarianku)
Ku berbalik dan membuka pintu itu dengan perlahan lalu seperti biasa ku periksa keadaan sekitar. Kukeluarkan kepalaku dari pintu lalu menoleh kekanan dan kekiri.
(Nampaknya sudah aman.)
Dengan menghela nafas lega kututup pintu kamarku dari luar dan tentu saja aku menguncinya agar tidak ada yang tau aku sedang pergi.
Dilorong yang panjang dan sepi, diatas karpet merah ku melangkah dengan penuh hati – hati apalagi saat melewati kamar Filia yang berada disampingku, keringat bercucuran disetiap langkahku didepan kamarnya,
(Semoga Filia tidak terbangun - semoga Filia, Semoga filia tidak terbangun)
Pikiran, hati, serta tindakan semua berfokus pada ketakutanku membangunkannya.
Kulepas alas kakiku dan berjinjit melewatinya, dan akhirnya aku berhasil melewati dengan sukses tanpa suara apapun.
(Sekarang tinggal berjalan lurus melewasi dapur lalu sampai didepan pintu keluar)
Dengan santai ku berjalan karena sudah melewati tempat – tempat yang berbahaya, sampai pada akhirnya ada suara aneh yang membuatku tak berkutik.
(Suara apa itu? Maling? Suaranya dari dapur.)
Dengan gaya ala ninja kubersatu dengan tembok dan berjalan menelusurinya, ku intip ke arah dapur dan ternyata itu adalah Filia yang sedang mengambil donat kesukaannya dengan porsi banyak di dalam pelukan tangannya.
(Sial! kenapa harus filia, menyebalkan sekali.)
Sampai pada akhirnya Filia menyadari keberadaanku.
“Ka-Kakak?!”
Ia pun terlihat sangat kaget saat melihatku, aku pun berjalan menghampirinya karena tak ada gunanya juga sembunyi – sembunyi lagi darinya
Berjalan dengan tenang berusaha menyembuyikan motifku, ku lewati dia dan meraih segelas air putih di meja tanpa berbicara dengan Filia.
(Semoga dia tidak bertanya apapun dariku!)
Kuberdoa dalam hati dengan wajah datar meneguk air putih,
“Kakak mau kemana?”
*Uhuk – uhuk!
Aku pun sampai tersedak karena mendengarkan pertanyaan itu datang dari Filia dengan nada sangat serius.
Perlahan kutaruh gelas kembali dan meliriknya dengan sinis,
“Aku hanya haus.”
“Kalau haus kenapa kakak membawa tas dan teropong?”
(** aku lupa, tetap tenang! Tetap tenang! Aku tidak boleh sampai terlihat bodoh didepan adikku! Aku harus menjaga martabatku, harga diriku sebagai kakak sedang dipertaruhkan!)
“Ada tugas kerja kelompok.” Jawabku sambil memalingkan pandanganku dari Filia
“Jam segini?”
“J-ja-jangan kepo sama urusan orang lain!”
“Kenapa wajah kakak jadi memerah dan gelisah seperti itu?”
“AKU BENCI FILIA!”
Karena ini lah aku benci dengan Filia, sejak kecil dia selalu saja kepo, membodohiku, memojokkanku dan menjailiku selalu saja, selalu saja, dia sangat menjengkelkan.
Saat aku kecil aku pernah memamerkan pakaian baruku kepada Filia dengan bangganya berharap ia iri padaku ini adaah pakaian yang paling ku suka, gaun one piece berwarna pink imut dan dihiasi pita semua orang bilang aku sangat cantik dan imut sangat memakainya, tapi Filia dengan wajah datarnya berkata,
Filia : "Menjijikan, kakak tidak cocok memakai pakaian feminim."
Dan seperti biasa kami terjerat pertengkaran lagi, dan kakak kami yang selalu menjadi penengah kami berdua,
Pada akhirnya aku meminta kepada mamaku untuk membelikan pakaian laki – laki, awalnya mama bilang aku lebih cocok memakai pakaian feminim begitu juga kata papaku namun yang ada dipikiranku saat itu hanya ingin membuat Filia iri terhadapku dan agar dia tidak kurang ajar kepada kakaknya sendiri.
Ke esokan harinya pagi pagi sekali papa membawa pakaian yang sesuai permintaanku, tanpa ragu – ragu aku langsung memakainya, celana jeans dan kaos dengan gambar tengkorak
“Gimana pa? Apakah ini cocok?”
Pada awalnya kulihat wajah papaku yang terlihat serius memandangiku, aku pun berharap mendapat pujian bagus dari papa.
Setelah melihatku dalam waktu 2 detik ia langsung tersenyum dan langsung memalingkan wajahnya.
“Papa ngetawain aku ya?”
“Enggk kok enggk.”
“Terus kenapa papa tidak menatapku?”
Ku dengar suara tawa kecil dari papa
“Maaf ya papa lupa kalau ada urusan, sana bicara sama mama dulu.” Ia pun pergi meninggalkanku, dari jauh kudengar suara tawanya
(Apa aku tidak cocok memakai ini? Kata filia aku cocok memakainya.)
Saat meminta pendapat mama, ia hanya tersenyum kecil lalu membawaku ke kamarnya. Duduk di pangkuannya di belai halus rambutku sambil bercermin.
“Silia.” Bisik lembut mama
Aku hanya terdiam melihat penampilan didepan cermin, dengan wajah imut rambut panjang hitam nan lembut, warna biru muda seperti langit cerah pada mataku mempercantik parasku namun bertolak belakang dengan pakaian sangar yang kupakai.
“Kenapa Silia tiba – tiba minta ganti pakaian?”
“Kata Filia aku tidak cocok pakai pakaian imut dan lebih bagus kalau memakai ini.”
Tiba – tiba mama tertawa kecil mendengarkan ceritaku
“Sekarang begini Silia sayang, coba deh kamu lihat dirimu dicermin itu... Bagaimana?”
“hmm....”
“Bagus enggk? Menurut kamu.”
“Kelihatan aneh mah, tapi – tapi kata Filia kok aku cocokan pakai - pakaian seperti ini..”
Perlahan mama memelukku dengan lembut, kehangatannya menenangkan pikiranku dan hatiku.
“Enggk usah memikirkan perkataan orang lain, asalkan kamu bahagia dan senang itu sudah cukup kok, sayang.”
*tok tok
“Ini Erlan, Maaf mengganggu tapi sekarang sudah saatnya berangkat.”
Kupandang jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi waktunya berangkat ke TK
Kuberanjak dari pelukan hangat mama dengan kedua kaki mungilku ku berlari menuju kamar untuk bersiap berangkat,
Hari ini adalah hari bebas di TK karena itulah mama dan papa membelikan kami pakaian untuk dipakai di hari ini, namun.
“Tidak ada! Tidak ada! Disini tidak ada! disana juga tidak!”
*tok tok
“Nona kalau tidak segera berangkat bisa terlambat.”
“Tunggu erlan pakaian ku kemarin tidak ada.”
“Maksud nona ini?” erlan mengangkat Filia yang sudah memakai pakaian yang sedang kucari - cari,
“FILIA! Itu baju ku!”
“Kemarin kata kakak, kakak enggk mau ya Filia pakai.”
“Kembalikan!”
“Enggk mau!”
Filia terus menolak mengembalikannya sambil mengejekku dari atas,
5 menit berlalu akhirnya aku mengalah dan memutuskan untuk memakai pakaian yang lain,
“Erlan baju ku yang lain dimana? Kok dilemari tadi kulihat kosong.”
Dengan wajah datar Erlan menjawab
“Dicuci semua.”
“Lah, Erlan! AAAaaaaaaa-“
Sebelum kumenangis dengan reflek secepat kilat Erlan memasukkan permen lolipop besar kedalam mulutku,
“Apa nona sudah siap berangkat sekarang?” tanya erlan padaku
“Hmm! hhm! mhmm!”
(Sialan si Erlan, gara – gara permen ini aku tidak bisa menggerakkan mulutku sedikitpun)
“Saya anggap itu jawaban iya, baiklah, kita berangkat sekarang.”
“Mhmm! Hm! emmm!”
Berkali – kali ku coba untuk melepaskan permen ini namun tak bisa, kucoba berteriak seperti apapun juga percuma. Pada akhirnya kami bertiga berangkat dengan keadaan seperti itu, dan tentu saja aku jadi bahan ejekan pada hari itu, sedangkan si Filia menjadi seperti tuan putri yang dipuja banyak anak karena pakaiannya.
Itu adalah salah satu sebab aku membencinya dan sejak saat itu aku sering dimanfaatkan, dipermainkan, dibohongi sama dia. Maka dari itu aku selalu menghindari berbicara dengannya sampai saat ini.
Kulanjutkan perjalananku,
Dengan penuh kewaspadaan tiada langkah tanpa doa, dengan tekad bulat dan semangat membara semua kulakukan demi melihat Sio, nanti aku akan berpura – pura bertemu secara kebetulan dengannya disekolah lalu membantu tugas Osisnya, dan akan terciptalah momen kami menghabiskan waktu bersama.
Tak terasa aku sudah sampai didepan pintu, tak ada gangguan sangat mulus.
(aneh sekali, tidak biasanya Erlan mengikuti perintahku mungkin aku akan merubah pemikiranku tentangnya sedikit lebih baik.)
Ku buka dengan perasaan lega pintu keluar dan mengambil langkah pertama menuju Sio,
*Byurrrr
Sebuah ember penuh air jatuh dan membasahi seluruh tubuhku, dan di waktu yang sama tepat di sebelahku
“Silahkan handuknya Nona! Biar baju dan tas nona aku keringkan dulu, air hangat untuk mandi juga sudah siap jadi silahkan bersiap untuk les MTK yang sudah kusiapkan hari ini.”
“ERLA-“
Erlan langsung membalut wajahku dengan handuk dan langsung menghentikan teriakanku,
“Baiklah, biar aku pandu menuju kamar mandinya.” Ucap Erlan sambil menarik tanganku,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
R Ni
Selalu semangat jangan pantang menyerah💪💪💪
2020-12-28
0
HIATUS
bagus thoor😍😍 kalo sempet mampir juga thor ke karya aku, sma2 suport rating &like❤
2020-12-14
1
IntanhayadiPutri
Aku mampir nih kak, udah 5 like dan 5 rate juga.. jangan lupa mampir ya ke ceritaku
TERJEBAK PERNIKAHAN SMA
makasih 🙏🙏
2020-12-03
1