Namaku adalah Pio, orang – orang selalu memperlakukanku seperti anak kecil dan salah mengerti tentangku
“Hei, adik. Adik dari SD mana? Mama dan papamu dimana? Apa kamu tersesat?”
Pertanyaan itu selalu muncul dari berbagai orang, dan itu membuatku sangat jengkel. Walau dengan tubuh kecil ini tapi besok aku sudah menjadi anak SMA, jadi rasanya saat diperlakukan seperti anak kecil sangat membuatku tidak nyaman, iya..... tidak nyaman. Tidak nyaman?
Karena tidak mau di perlakukan seperti itu terus aku pun sering berbuat onar agar ditakuti oleh orang lain dan tidak dipandang sebagai sesuatu yang rendah.
Saat aku kecil aku pernah memukul dan menggigit anak lain, semua itu kulakukan agar mereka tidak mengejekku karena tubuh kecil ku ini.
Sampai hal itu terjadi.
Salah satu anak yang ku gigit marah dan membawa teman –teman nya untuk membalas perbuatanku, ditaman kecil tak ada orang tua tak ada orang lain selain kami aku di kepung oleh gerombolan anak – anak dengan tubuh besar aku hanya bisa berdiam diri ketakutan saat melihat mereka.
Tapi di saat itu,
“HEY! APA YANG KALIAN LAKUKAN!”
Terdengar suara anak laki – laki berteriak lantang kepada mereka dan langsung berlari menerobos mendekatiku,
“Kakak?!”
Ternyata dia adalah Sio kakakku, aku pun mendekati kakakku dan bersembunyi di balik badannya dengan gemetar ketakutan.
“APA YANG KALIAN LAKUKAN PADA ADIKKU?!”
“Dia duluan yang mulai, dia tiba - tiba menggigitku jadi aku hanya ingin membalasnya.”
“HANYA SEBUAH GIGITAN KAU MEMBAWA TEMAN – TEMANMU DAN INGIN MENGHAJAR ADIK KU? APALAGI KALAU CUMA GIGITAN PASTI TIDAK AKAN TERASA SAKIT KAU KAN LAKI – LAKI!”
Kakak terlihat sangat tegar saat menghadapi mereka semua, semua itu pasti kakak lakukan agar mereka takut pada kakak tapi aku tau yang sebenarnya takut adalah kakak, terlihat jelas tangan kakak yang tidak berhenti gemetaran saat menggenggam tanganku, walaupun begitu kakak terus berusaha melindungiku.
Tapi tampaknya hal itu disadari oleh mereka, mereka pun menghajar kakakku tapi kakak tidak pernah lari atau mundur saat di hajar oleh mereka, kakak memberikan perlawanan semaksimal mungkin pada mereka.
Kejadian itu didengar dan di hentikan oleh orang dewasa,pertikaian akhirnya selesai dengan kakak yang berakhir babak belur dan aku hanya bisa menangis.
Setelah itu akupun membantu kakak berjalan pulang,
“Kakak tidak apa – apa?” tanyaku dengan rasa khawatir aku pikir kakak akan mati
“Ini bukan masalah, luka seperti ini sudah biasa bagi kakak!” dengan percaya diri sambil tersenyum dia berkata seperti itu, walau aku tidak merasakannya tapi dari aku lihat itu pasti sakit luka lebam ada dimana – mana.
Saat melihat keadaan kakak aku kembali menangis,
“Pi-Pio kenapa kamu menangis? Apa ada yang sakit? Katakan pada kakak!”
“A-Adik tidak bisa me-lakukan a-apa – apa, karena adik kakak jadi seperti ini. Maafkan adik.” Air mata ku tak dapat dibendung terus mengalir dan membasahi setiap langka kami
Tiba – tiba kakak mengusap kepala ku,
“Pio, jangan menangis kecantikanmu bisa luntur loh. Begini saja sebagai gantinya suatu hari aku ingin makan masakanmu, jadi dengan begitu kita impas ya.” Ucapnya sambil terus mengusap kepalaku, mungkin ini pertama
kalinya diperlakukan seperti anak kecil bisa membuatku bahagia.
Dengan begitu aku pun ber tekad akan menjadi orang yang mandiri bisa melakukan semuanya sendirian dan tidak membuat kakak khawatir lgi.
Setelah sampai dirumah kakak dimarahi habis – habis an oleh papa dan mama, kakak mengatakan kalau perkelahian itu terjadi karena kesalahannya sendiri dan tidak menyebutkan namaku sedikitpun, melihatnya yang terus menerus melindunginya membuatku khawatir. Kalau seperti ini terus kakak tidakakan bahagia, aku ingin melihat kakak bahagia tersenyum bukan karena menghibur atau karena menutupi sesuatu tapi tersenyum karena bahagia, aku ingin melihat kakak benar - benar bahagia dan kalau saat itu tiba aku ingin melindungi kebahagiaan itu
sampai kapanpun.
Hingga hari itu tiba,
Kami pindah kesini karena pekerjaan ayah jadi terpaksa kakak dan aku juga pindah sekolah entah sampai berapa lama disini, kakak masuk SMP unggulan kelas 3 sedangkan aku masih kelas 2 dengan sekolah yang sama walau
saat berangkat dan pulang selalu bersama tapi kakak tidak terlihat menikmati waktu disekolahnya saat disekolah kulihat dia selalu sendirian tidak punya teman, mungkin itu yang membuatnya tidak menikmati saat – saat disekolah.
Tapi 2 tahun kemudian saat kakak berubah sejak masuk SMA, dia terlihat bahagia dan bersemangat saat makan pun dia selalu menceritakan tentang sekolahnya terlihat kakak sangat bahagia aku harap hal ini bisa terus
berlanjut….
Tapi harapanku tidak dikabulkan
Tiba – tiba papa memberitau kan bahwa urusannya disini sudah selesai dan harus segera pulang ke Inggris setelah kelulusanku dari SMP dan waktu itu sekitar kurang 1 bulan lagi. mendengar itu membuatku sangat kaget. Aku tidak mau melihat kakak yang kesepian seperti saat SMP dulu lagi, aku tidak mau satu – satunya kebahagiaan kakak hilang begitu saja.
Aku pun menolak dengan keras keputusan papa untuk pulang ke Inggris, aku beralasan karena ingin masuk SMA yang sama seperti kakak agar kakak tidak terkena imbasnya nanti kalau dimarahi kali ini biarkan aku yang
melindungi kakak. Untuk pertama kali aku membentak papa dan mama karena permintaan egois ku ini, jelas mereka sangat kaget melihatku seperti itu. Aku pun langsung pergi mengunci diri di kamar.
1 jam kemudian,
Tok! Tok! Tok!
Terdengar suara ketukan pintu kamarku, tapi aku hiraukan dan tetap bersembunyi di dalam selimut. Tiba – tiba pintunya terbuka, dengan panik aku langsung keluar dari selimut dan melihat kearah pintu.
(Padahal sudah ku kunci tapi kenapa bisa terbuka?)
Tidak lain yang kulihat adalah kakakku,
“Maaf kakak masuk, lagian kamu tidak mau bukain pintu buat kakak. Untung kakak punya kunci duplikat kamar kamu.”
Aku pun sedikit terheraN,
(Kenapa bisa kakak punya kunci duplikat kamarku dan juga buat apa?)
Aku pun kembali bersembunyi didalam selimut lagi,
“Aku sudah bicara dengan papa dan mama, tapi mereka tidak bisa berada disini karena mereka ada urusan penting disana, berkali – kali kakak membujuk mereka tapi tetap saja keputusan mereka untuk kembali ke inggris sudah bulat.”
Mendengar hal itu membuatku sangat sedih bukan karena aku tapi karena kakak yang harus merelakan kebahagiaannya itu,
“Trus kenapa kakak kesini? Kalau untuk membujukku untuk pulang ke Inggris aku tidak mau!”
Dari dalam selimut kutahan air mataku mencoba menahan rasa sedih karena ketidakmampuanku melindungi kebahagiaan kakak.
“Kakak belum selesai ngomong, sudah pasti kakak ingin mengabulkan permintaan adik imutku yang satu ini. Jadi aku ingin bertanya pada adik, kalau semisal adik tinggal berdua dengan kakak disini bagaimana?”
Mendengar usulan kakak memunculkan harapan kecilku untuk jalan keluar masalah ini,
“T-Tapi ini semua tergantung adik mau apa tidak aku tidak memaksa,,kakak akan berjuang demi adik apapun keputusan kamu kakak akan selalu mendukungmu.”
Setelah mendengar kabar baik itu aku langsung keluar dari selimut dan langsung memeluk kakak dan tersenyum, kakak juga ikut tersenyum melihatku.
Tapi saat aku memeluknya aku melihat luka lebam di pipi kakak, padahal tadi sebelum aku masuk kamar tidak ada luka ini. Jangan jangan luka ini didapat dari papa karena kakak mencoba mengusulkan ide gila itu pada mereka.
Pada akhirnya akulah yang dilindungi oleh kakak lagi, sampai kapan aku harus seperti ini aku harus segera mandiri dan tidak merepotkan kakak lagi aku tidak akan membuatnya khawatir lagi.
Setelah itu kakak kembali ke papa dan mama mengatakan bahwa aku setuju, dengan begitu mereka pulang ke Inggris terlebih dahulu dan ibu bilang akan kembali kesini saat urusannya disana selesai.
1 bulan berlalu sejak kami hidup berdua bersama,
Semua pekerjaan rumah dikerjakan oleh kakak, aku tidak pernah diperbolehkan membatu dengan alasan
“Lebih baik waktu kamu dipakai buat belajar agar bisa masuk SMA yang sama seperti kakak.”
Yah memang itu sekolah SMA unggulan jadi tidak mungkin anak biasa saja bisa masuk kesana, harus anak dengan nilai tinggi dan kepribadian baik yang diterima disana. Kesampingkan alasan – alasan lain aku harus bisa
masuk sekolah itu demi melindungi kebahagiaan kakak, tidak akan aku biarkan ada yang mengganggu atau mengacaukan kebahagiaannya.
Karena aku khawatir kakak yang tidak pandai dalam pekerjaan rumah itu dan sering memaksakan diri sering pulang malam dan berakhir sakit oleh karena itu aku membuat perjanjian dengan dia peraturan dilarang pulang
telat melebihi jam 5 sore.
Dengan peraturan itu setidaknya aku bisa sedikit lega, jadi aku bisa mengawasi kakak agar tidak memaksakan diri sampai sakit saat dirumah.
Hari demi hari terlewati sampai akhirnya aku benar – benar diterima di SMA itu, aku bahagia sekali dengan begini aku bisa mengawasi kakak juga disekolahnya.
Filia teman dekatku saat SMP ternyata ikut mendaftar di SMA yang sama denganku dan diterima juga. Biasanya aku memanggil dia lia biar mudah.
“Akhirnya besok aku jadi anak SMA.” Dengan gembira kucoba memakai seragam SMA dan bergaya didepan cermin kamarku
Hari ini dirumah hanya ada aku sendiri, entah kenapa kakak pergi kesekolah walau sedang libur seperti ini.
Tiba – tiba ponselku berdering…
“Halo? Ada apa Lia?”
“Mau melihat – lihat sekolah baru kita tidak? Supaya besok saat orientasi tidak tersesat?”
“Ide bagus, ayo Lia!”
“Ok, kalau gitu tunggu aku siap – siap dulu ya.”
Panggilan ponsel sudah dimatikan, aku kembali melihat diriku
dicermit dikagetkan ada penampakan
“AAAAAAAAAAA~ eh?” secara reflek aku berteriak tapi,
Ternyata itu adalah Lia, dia sudah masuk kamarku dan berdiri
tepat dibelakangku memakai seragam SMA juga
“Ayo, Pio kita berangkat!”
“Em…ya.” Seketika aku merasa bahwa kamarku sudah tidak aman
lagi
Setibanya di SMA,
Aku berkeliling bersama Lia dan semuanya mirip seperti yang diceritakan kakak, aulanya besar, kelasnya banyak bahkan ada 3 tingkat nampaknya untuk kelas 1 di tingkat pertama dan seterusnya, banyak menu dikantin, dan dibagian belakang sekolah ada taman yang dipenuhi bunga indah dan ada pohon besar ditengah –
(Jaket Itu? sepertinya itu memang kakak. Apa yang dia
lakukan disana?)
Kucoba mendekat sedikit lagi dan terlihatlah,
(hah?! Kakak dengan perempuan cantik? Apa yang dia lakukan?)
Entah mengapa perasaanku bercampur aduk melihat kakakku yang akan diambil oleh orang lain, aku tau aku tidak boleh egois seperti ini, ini demi kebahagiaan kakak jadi aku harus bahagia.
Entah apa yang mereka bicarakan tiba – tiba kakak mengusap kepala gadis itu dengan lembut, aku yang melihatnya dari jauh mereasa sangat resah. Tak terasa pipi ku sudah dibasahi oleh air mata,
Tidak! Aku tidak boleh menangis aku harus bahagia demi kakak, aku tidak boleh egois.
Entah kenapa setiap aku mencoba semakin tegar air mata ini semakin berlinang tak terhenti. Tanpa sadar aku sudah berlari menjauh dari taman.
“Pio? kamu mau kemana? Selanjutnya ayo berkeliling ke lantai 3.”
Aku terus berlari melewati Lia tanpa menjawab pertanyaannya, aku tidak ingin Lia melihatku dengan keadaan menangis seperti ini,
Tetesan air mata membasahi setiap jejakku, tanpa mempedulikan sekitar aku terus berlari dan berlari, aku tidak tau rasa sakit apa yang kurasakan didada ku ini. Aku tidak pernah merasakannya ini baru pertama kali tapi rasanya benar – benar perih. Kenapa aku menjadi seperti ini aku harus menunggu kakak pulang dan merayakannya dengan bergegas aku ganti pakaian menggunakan kaos yang dipakai kakak dulu saat kecil kira – kira
bagaimana reaksinya nanti ya.
Untuk melupakan rasa sakit ini aku membersihkan rumah dari ruang tamu, dapur, kamarku dan kamar kakak. Dan aku jadi teringat akan permintaan kakak dulu saat aku masih kecil saat dia babak belur karena
menolongku.
“Pio, jangan menangis kecantikanmu bisa luntur loh. Begini saja sebagai gantinya suatu hari aku ingin makan masakanmu, jadi dengan begitu kita impas ya.”
Akhirnya kuputuskan untuk pertama kalinya aku akan memasak dan itu untuk kakak kesayanganku,
Setelah selesai memasak aku langsung menyiapkan di meja makan, saat itu aku sadar belum mencicipinya tapi sebelum aku mencicipinya aku mendengar suara langkah kaki. Nampaknya berlari menuju kesini, dengan sigap aku
menuju depan pintu dan melihat siapakah yang ada dibalik pintu ini?
Setelah sekian detik akhir nya terpecahkan juga ternyata itu adalah kakak, ia mengusap keringat di wajahnya dengan tangan penuh kantong belanjaan seperti itu. Sepertinya kakak memang habis berlari pulang terlihat
dia sangat lelah.
Namun, saat aku memandang wajahnya aku jadi teringat kejadian tadi siang saat kakak bersama perempuan itu. Lagi – lagi rasa sakit ini muncul, aku tidak ingin kakak melihat mataku yang sudah berkaca – kaca ini.
“Ada apa Pio?! Siapa yang membuatmu seperti ini?! Biar kakak lawan!”
Setelah melihat reaksi kakak seperti itu aku sedikit lega sepertinya dia belum berubah sejak dulu, Untuk mengalihkan pandangan kakak aku menarik – narik kaos yang kupakai kebawah berkali – kali aku ingin tau
bagaimana reaksinya apakah dia akan mengingatnya? Masa – masa saat kita sering bermain bersama. Tapi wajah nya malah terlihat kebingungan, akhirnya aku mencoba ganti rencana.
“Ka-Kakak dari mana aja, adik kesepian dirumah sendirian.”
Sebenarnya aku ingin bilang, aku ingin kita kembali seperti dulu ke masa bermain bersama di saat kakak selalu memperhatikanku, tapi aku tidak bisa mengatakan semua itu.
“Maafkan kakak, kakak telah khilaf. Kakak akan berjanji tidak akan khilaf lagi dan selalu bersamamu.”
(Apa? khilaf? Jadi kakak dan perempuan itu benar – benar?! Lupakan saja selama kakak bahagia aku harus bahagia.)
Ku angkat wajahku dan melihat kakak dan berlari bersiap memberikan pelukan sebagai tanda kebahagiaanku,
“Kakak!~”
Seketika kakak langsung melepaskan kantong belanjaannya dan berlari kearahku.
“Pio!~”
“Kakak!~”
“Pio!~”
Aku pun meloncat untuk mendarat dipelukan kakakku itu, tapi saat aku mendekat aku mencium parfum wanita, ini pasti dari wanita tadi. Merasa jengkel tanpa sadar aku sudah menggigit kepala kakakku, tapi rasa kesal ini tak
kunjul reda aroma parfum itu semakin kuat nampaknya berasal dari punggung kakak. saat aku sadar tangan kakak sudah memegang kepalaku yang mencoba untuk melepaskan gigitanku.
Disaat yang sama, aku melihat tangan kiri kakak ada jam tangan pink. Iya, itu adalah jam tanganku dulu yang sempat hilang disungai, karena itu kakak jadi mencarinya dari pagi sampai malam ternyata dipakai oleh kakak sekarang. setelah melihat itu aku langsung tenang dan melepaskan gigitanku.
“P-Pio? Kenapa Pio marah pada kakak? Apa karena kakak terlambat?”
“Terserah kakak! Adik enggk mau tau lagi soal kakak pokoknya! Adik benci kakak!”
Aku akan mendukung hubungan kakak dengan wanita itu tapi aku juga berharap dengan begini kakak bisa lebih memperhatikanku juga.
Aku pergi ke meja makan sambil menonton TV idol favorit ku Lio disaat aku menikmati menonton Lio tiba – tiba ada berita mendadak dari saluran berita, karena saking kesalnya sudah memotong waktu Lio tak sengaja kakiku memberontak dan mengenai kursi sampingku. Karena tak ada siaran yang menarik aku mematian TV dan akan mengajak kakak makan bersama.
Ternyata kakak sudah duduk dikursi disampingku dan memakan telur dadar buatanku. Entah kenapa kakak langsung meneteskan air mata,
“Kakak kenapa menangis? Apa gara – gara adik terlalu kasar tadi? Atau gara – gara makanannya tidak enak? Maafkan adik kak.”
Kakak langsung mengusap air atanya dan langsung membelai rambutku dengan lembut,
“Tidak, kakak tidak apa – apa kok , kakak Cuma senang bisa makan masakan Pio dan juga makanan
buatan Pio sangat enak. Kakak sayang Pio!”
Gawat aku senang sekali, bagaimana ini apa wajahku memerah?
Aku pun menutup wajahku dan berpaling dari kakak.
Selah beberapa saat aku mulai tenang lalu melanjutkan makan sampai selesai setelah itu aku pamit tidur duluan agar orientasi besok tidak bangun kesiangan sedangkan kakak mencuci piring - piring.
Kubaringkan tubuhku diatas lembutnya kasur kamarku dan mencoba menutup mataku perlahan……
Cetarrr *suara piring pecah
(Ahhh, mungkin kakak mecahin piring lagi astaga.)
(Gara – gara suara itu aku jadi gagal tertidur tadi, selanjutnya aku akan langsung tidur…..)
Perlahan tubuhku terasa ringan, kesadaranku mulai hilang,
nampaknya aku akan tertidur……
Cetarrrr *suara piring pecah lagi
(Astaga kakak!)
Kulanjutkan percobaan tidurku lagi selagi kantukku masih belum hilang……
Perlahan…..perlahan…..akhirnya aku berhasil tidur…..
“hahahahahaha”
Tiba – tiba aku terbangun kaget mendengar tawa jahat kakak, dengan kesal ku ambil buku yang ada didekatku dan melemparnya ke kakak
“Kakak berisik! Aku mau tidur!”
“Maap.”
Setelah semua beres untuk berjaga – jaga aku akan menyumbat telingaku agar tidak terbangun oleh suara yang aneh – aneh lagi.
Sekali lagi kubaringkan tubuhku dikasur dan mencoba mencari posisi ternyaman agar bisa tidur nyenyak…..
Tanpa sadar aku sudah tertidur……
Gelap,
Ini pasti di alam mimpi,
Tiba – tiba ada cahaya berkedip – kedip banyak sekali cahaya berwarna merah ~ biru ~merah ~ biru ~
merah dan terdengar suara walau kurang jelas nampak begitu berisik….
Tiba – tiba aku terbangun dari tidur, terlihat dinding langit kamarku ada cahaya yang sama seperti di mimpi,
“TUNGGU?! Ini bukan mimpi!” kulihat dari jendela kamar rumahku sudah dikepung mobil polisi kulepas penyumbat telingaku dan terdengar jelas itu suara sirine mobil polisi, dengan bergegas aku keluar kamar dan
melihat kakak berbicara dengan pak polisi.
“Iya pak! aku dari dulu selalu meninggalkan kamarku dalam keadaan berantakan. Tapi sekarang saat saya masuk semua bentuk kamar ku berubah bahkan menjadi rapi dan juga jaket kesayanganku tidak ada pak! Ini pasti maling
pak! ” kata kakakku pada pak polisi.
Mendengar hal itu pasti kakak salah paham dan yang paling mengesalkan ialah tindakanku ini disamakan oleh tindakan malin. Dengan bergegas aku berlari menuju pak polisi berbisik dan menjelaskan situasinya dan berkata
bahwa aku sudah mengetahui pelakunya dan biarkan kami yang mengurusnya.
“Baiklah kalau begitu untuk selanjutnya kuserahkan pada anda, segera hubungi kami kalau terjadi sesuatu yang aneh.”
Setelah pak polisi pergi aku bergegas menutup pintu dan menguncinya, aku benar – benar dibuat
sebel oleh kakakku hari ini.
“Eh? Apa? jangan melihat kakak seperti itu kakak jadi takut.”
“Jangan mendekat kakak beneran takut….aaaaaAAAAAAA”
Setelah itu aku pergi meninggalkan kakak dengan tubuh penuh bekas gigitanku tergeletak dilantai dan langsung kembali ke kamar.
Ini adalah kisah tentang kehidupanku bersama pahlawanku yang begitu menyebalkan…..
Keesokan harinya didepan rumahku, Lia menjemputku
“Kenapa kamu mirip panda begitu Pio, kamu lucu.”
Iyap pada akhirnya rasa kantukku hilang dan tidak bisa tidur sampai pagi tiba terpaksa aku harus menjalani Orientasi dengan keadaan seperti ini…….
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kisah dinovel ini tidak selalu berfokus pada Sio, namun juga dari berbagai sudut pandang
disetiap tokoh, seperti pada chapter ini. sudut pandang di chapter ini adalah Pio sang adik
dari Sio,
nantikan Chapter selanjutnya dari Blossom with You, jika menyukainya jangan lupa Like
dan jika tidak jangan lupa kritik dan sarannya,
sekian terima kasih,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Anggita Nurie
visualnya ...woowww
2022-03-25
1
leeshuho
Ak mmpir kk,, ❤️
2022-03-23
1
Bunga Kering
author ini imaginasinya tingkat tinggi. terbukti dari karya2nya...keren
2022-03-22
1