AWAL SEBUAH RASA

"Dasar buaya lokal"gerutu gadis itu

"Tapi kamu sempet terpesona Kan sama buaya lokal yang nggak kalah sama buaya luar negeri, asal lu tau buaya lokal rasanya lebih manis dan lebih gurih"

"Cih"

Tak lama mereka jalan sampailah di sebuah gubuk kecil tapi rapi, yang di bangun kakek untuk tempat istirahat, nenek dan kakek menyambut kami senang

"Ayo makan"ajak kakek,

"Ayu kalo kalian nggak makan, ajak adekmu jalan-jalan"

"Ooo namanya Ayu"

Rangga memainkan alis matanya menggoda, sambil berbicara lirih

"Apa" Ayu yang mendengar bisik lirih Rangga langsung protes

"Widih, serem"

Rangga menikmati sejuknya suasana pedesaan, angin berhembus Sepoi-Sepoi udara yang masih bersih, di petiknya senar gitarnya mengalun merdu, terdengar suara handphone Ayu mengusik suaranya

"Ayu"

Suara di sebrang berteriak dengan kasar, sejenak terlihat Ayu yang kembali memperhatikan handphone miliknya memastikan, ini nomor Vira tapi barusan itu suara Aldi, Ayu hapal betul dengan suara di sebrang

"Lo nggak balik sekarang, awas Lo"

Rangga menghentikan kesibukannya diam-diam mendengar percakapan mereka.

Tampak Ayu yang bersungut-sungut, takut bingung, resah wajahnya terlihat bingung, terdengar suara meracau dengan banyak umpatan kasar di sebrang. Rangga hanya diam menikmati hembusan angin,

"Huuuuuuaaaaw"

Rangga menguap dan berlalu meninggalkan Ayu sendiri, sekilas terlihat bening air mata membasahi pipinya.

****

Rangga, Ayu, Nenek dan kakek berjalan beriring, bercanda gurau, nenek menceritakan masa kecil mamah, membuat kami tertawa geli

"Dulu ga mamah kanu itu, kalo di suruh belanja, selalu salah"

"Di suruh beli gula 1/4, eh yang di beli beras, coba bayangin dapat beras seberapa" timpal kakek

"Kalo di suruh nyusul ke kebun sukanya nyasar"

Nenek kembali lagi dengan ceritanya

Ayu tertawa Sampai sakit perut, berkali-kali dia memukulku geli, wajahnya memerah, dia tampak bahagia sekali, terus sedihnya tadi ke mana

Sumpah Bibi ku ini jika berjejer denganku dia hanya sepinggang ku, betapa manis dan imutnya dia, kira-kira punya pacar nggak ya, pacarnya kayak apa ya

"hhhhhhhhhhh"

Rangga tertawa geli sendiri, Ayu menoleh heran melihat Rangga yang tiba-tiba tertawa keras

"Rangga kamu betah nggak di sini" tanya nenek

"Nggak lah nek, banyak nyamuk, nenek mau cucu nenek yang ganteng ini di gigit nyamuk"

Rangga menjawab nenek bersungut-sungut

"Cih" Ayu menimpali ocehan Rangga

"Takutnya nek nantinya wajahku ternodai"

"Rangga mengusap-usap pipinya yang mulus"

"Cih Narsis" Ayu menjawab sinis

"Cobalah mulus mana kita"

Rangga mendekatkan pipinya ke wajah Ayu, Ayu yang terkejut menepisnya

"Iya sih wajah anak setan ini memang wooow banget, tapi iihhhh narsisnya itu lo bikin ilfil"

Sesampainya di rumahnya Ayu lngsung bersih-bersih, mandi dan bersiap untuk kembali ke kampusnya, sedang Rangga setelah membersihkan diri berangkat tidur tidak langsung mengisi perutnya, rasanya badan seperti habis di hajar

Ini pertama kalinya Rangga menghabiskan hari di tempat seperti ini, melihat ayam liar, kucing, anjing, kerbau, sapi, beragam pepohonan liar, Angan Rangga ingin memanjatnya ,tapi mana bisa, bisa di coba dulu, ih pengen

"Yu kok buru-buru to kamu"

Terdengar suara nenek yang menahan kepergian bibiku

"Coba temani dulu Rangga, biar terbiasa di sini, kasihan lo dia sendiri" tegas nenek,

Tapi Ayu terus saja memaksa pergi, tiba-tiba Rangga ingat sesuatu, saat di kebun tadi Ayu sempat hampir menangis, ada rasa khawatir di hatinya mau bagaimanpun Ayu adalah bibinya

Dengan berlahan Rangga menghampiri percakapan mereka Dan memutuskan untuk ikut ke kampus bibinya

"Nggak usah aneh kamu" tegas Ayu melarang

"Bosan aku di sini terus, sesekali-kali Napa bibi itu manjain aku"

"Cih"

Ayu melangkah pergi meninggalkan rumah untuk berangkat, Rangga bergegas berlari ke kamarnya mengambil gitar dan dompetnya dan langsung menyusul Ayu menaiki mobil travel yang sudah di pesan Ayu

"Nggak usah aneh kami"

Ayu marah-marah mengusir Rangga, tapi Rangga tak perduli, duduk di kursi belakang yang masih kosong, matanya tak menatap Ayu yang kesal padanya

Mobil melaju kencang, tanpa hambatan, semua penumpang tepar, Rangga menggeser duduknya mendekati tempat duduk Ayu, karena mobil mulai penuh penumpang.

Ayu mengguncang tubuhku keras membangunkan tanda sudah sampai, Rangga menggosok-gosok matanya menuruni mobil, sebuah kos-kosan kecil sederhana, hanya ada satu kamar, dapur yang bersebelahan dengan kamar mandi

"Aku sudah bilang kan, nggak usah aneh, sekarang kamu mo tidur di mana ?"

Rangga menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur itu dan langsung tertidur pulas

"Dasar, anak keras kepala" gerutu Ayu menyusul tidur,

Jam dinding menunjukkan pukul 10 pagi, Rangga mengulat, menguap tak ada siapapun,

"Heeem"

"Ayu sudah ke kampusnya mungkin"

Rangga melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, dengan balutan handuk Rangga keluar dari kamar mandi, wajahnya tampan, tangannya membuka tudung nasi ada beberapa makanan sederhana tertulis di sana secarik kertas yang di tinggalkan untuknya

"Aku ke kampus"

Rangga mencari-cari sesuatu di kosan kecil itu mencari info soal kampus Ayu, Rangga tersenyum manis melihat foto Ayu bersama teman-temannya, mereka kecil-kecil

Segera Mengganti pakaian, Rangga pergi di mana info yang menunjukan tempat kampus Ayu

Ada sebuah nomor tertera di antara selah buku, ku catat dan ku simpan, kebetulan sekali aku tidak tau nomor Ayu, kami belum sempat bertukar kartu, pertemuan singkat tempat nenek kami habiskan untuk bertengkar.

Rangga melangkah gontai menyusuri kampus, sesekali bertanya dan melanjutkan perjalanan

Menurut beberapa informasi yang ku dapat dari bertanya kesana ke sini, Rangga sudah ada di depan sebuah gedung utama sepertinya Rektorat sebuah kampus, ramai mahasiswa Lalung lalang, Rangga terlihat bingung, teringat nomor yang tadi ku catat, Rangga meraih handphonenya bersiap menghubungi, belum sempat aku membuka handphone, mataku menangkap penampakan agak jauh, ku lihat Ayu yang di tarik seorang pria, aku bergegas mengikuti mereka diam-diam, beberapa pasang mata memperhatikanku heran, mengendap-endap seperti seorang yang hendak mencuri, ada pula yang spontan menegurku

"Hai Ganteng"

Aku hanya diam tak mau kehilangan mangsaku.

Di sebrang koridor kampus tempat yang agak tertutup ku lihat pria itu mencoba memaksa untuk mencium Ayu, aku hampir beranjak menghampiri, tapi langkah ku terhenti, sekelompok pemuda rapih yang ternyata teman cowok itu tampak mempermainkan Ayu dengan tangannya secara tidak sopan, sejurus kemudian

"Plak"

Tamparan menghampiri wajah Ayu membuatku tak bisa mengendalikan langkah ku lagi

"Hoi"

Suaraku geram menghampiri 5 pria itu, ku hampiri bibiku dan memeluknya sayang,

"Lo lo lo lo dan lo, kalo berani kita bertemu di mana kita selesaikan ini, jangan beraninya sama perempuan"

"Kamu siapa" gertak Aldi yang mulai cemburu

"Dia gadisku" menyentuhnya berarti mati, inget itu

Terpopuler

Comments

Evi Fitriani

Evi Fitriani

aahaa seruuu

2022-06-22

0

Ayesha

Ayesha

seruuii

2021-06-27

0

Windy Artika

Windy Artika

soudara ya ,kan g bisa klo pacaran apalagi menikah 🙄

2021-06-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!