Penyesalannya menjadi bumerang untuknya, dia begitu sulit melepaskan diri dari Aldi yang terus memburunya, tak terima di putus secara sepihak.
Merasa mulai terancam oleh perlakuan Aldi, Ayu memutuskan untuk mengambil cuti kuliah, dengan alasan yang di buatnya, dengan berbagai alasan akhirnya di setujui oleh dosen nya
Siang itu Ayu menghindari Aldi, sepertinya Aldi mencium rencana cutinya, Ayu langsung melesat pulang kampung dengan menaiki mobil trevel
Pukul 11 malam trevel yang di tumpangi Ayu telah parkir di depan rumahnya, Ayu turun dengan tenang, matanya menangkap sebuah mobil asing di halaman rumah ibunya, rumah tampak ramai, dengan berlahan dia masuk dan mengintip dari selah pintu
"Mbak Ratih" bisik nya tenang
"Mbak"
Panggil Ayu menghambur memeluk kakaknya, tentu sambutan hangat dari kakak kesayangannya ini bisa membuatnya sedikit tenang,
"Kok kamu pulang, padahal kami berencana mau nyusul lo"
Mbak Ratih berbicara sambil menikmati kopinya, Ayu bergelayut manja, manis
"Mbak kok tumben ke sini"
"Nganter Rangga, biar dia di sini kenal sama neneknya"
"Oh ya, mana tuh anak"
Ayu memutar-mutar matanya mencari-cari
"Dia masih kesel, noh di kamar kamu"
Sekejab Ayu langsung menghampiri kamarnya
"Woooi tukang molor, udah gedek lo ya, coba sih ku lihat wajahmu"
Ayu menghampiri Rangga, di tendang kaki Rangga yang tak juga bergerak, tanpa ragu dan canggung Ayu membaringkan tubuhnya di samping rangga, mendesah menginggat perlakuan Aldi, rasanya tamparan Aldi 2 bulan yang lalu masih membekas di pipinya.
Bayangan yang datang silih berganti di tambah rasa lelah membuatnya tertidur pulas, Ratih datang menghampiri mereka, maksud hati ingin bercakap-cakap melepas rindu, karena besok dia harus kembali pulang membuatnya sedikit kecewa,
Tapi senyumnya tersunging di bibir, di selimuti mereka berdua, dan melangkah menuju ruang Depan menemui suaminya, mas Rendra pun sudah tidur, tingal dia sendiri, di tata pakaian Rangga dengan rapi dan semua persiapan anak kesayangannya
"Ah ada Ayu, dia pasti bisa mengurus Rangga dengan baik"
Hiburnya dalam hati, air mata sempat tumpah berat rasanya berpisah dari anaknya itu, tapi mau gimana lagi, masak anaknya Sampai tidak kenal sama nenek dan kakek nya.
Rendra terbangun mendapati istrinya menangis, di hampiri mencoba menenangkannya, dia tau Ratih memaksa dirinya berpisah dari Rangga
"Sudahlah hanya 24 jam perjalanan, Rangga bisa pulang sendiri, anak itu kan sudah mandiri sejak kecil jangan terlalu di pikirkan"
Rendra memeluk istrinya dengan sayang, membawanya ke kamar untuk segera tidur
Pagi-pagi sekali Rendra dan Ratih sudah siap pulang ke kota, ibu, bapak juga Ayu mengantarkan mereka
Rangga tak ada di sana, tapi Ratih tau, pasti belum bangun, memang sudah jadi kebiasaanya begitu.
Pukul sepuluh pagi, Ayu sibuk dengan tugas kuliah yang ia bawa pulang
"Woi, si Aldi ngamuk sama kami" suara Vira dari sebrang
"Terus kamu bilang apa"
"Ya gw bilang nggak Taulah, parah lu ya, lari gitu aja, kita nih jadi sasaran"
"Heeem"
Ayu menyambut suara di sebrang dengan bergumam, matanya langsung tertuju pada sebuah pemandangan indah yang barusan lewat
"Heeeei kok diam sih, Ayu, Ayu hoi Ayu" suara Vira memangilnya
"Woooow" tanpa sadar Ayu melenguh kagum
"Apa sih" tanya Vira heran dan penasaran
"Ada malaikat ***"
"Sial lu, nggak peduli aku ngomong, woi gw masih di sini" suara Vira kesal
"Tar Vir tutup dulu, gw mo konsen liat tuh malaikat maut"
Ayu menutup handphonenya memutar badannya mengikuti arah Rangga melangkah, Rangga yang masih agak ngantuk mengucek matanya, mencari sesuatu dan tak mendapatkanya, dia bingung di rumah neneknya semua serba baru dan tradisional
"Hei ganteng cari ap ?"
Tegur Ayu, Rangga tanpa memperhatikan siapa yang melihatnya menjawab
"Air minum" jawabnya agak ketus,
"Noh di sana"
Rangga memperhatikan arah yang di tunjuk, dengan segera ia mengambilnya dengan wajah yang acak-acakan ala orang yang baru bangun tidur, dia minum dengan rakus, matanya melirik
"Waaaah"
Terkejut melihat gadis di depannya dia membungkuk menatap gadis itu heran
"Why"
Melihat Rangga yang menatap heran ke arahnya, Ayu merengut
"Buset, manis banget, Iiih imutnya"
Hati Rangga berbisik sambil berlalu tak perduli, tapi Ayu yang merasa di lecehkan tak tinggal diam, di tariknya baju Rangga dari belakang, di ambilnya tutup panci di rak piring yang bisa di jangkau
"Cletang" Mendarat di kepala Rangga dengan manis,
Rangga membalikan badan meringis kesakitan dengan wajah tak terima,
"Apa"
Teriak Ayu keras, tapi Rangga justru tertawa melihat Ayu yang marah,
"O lala dia imut banget" Bisik hati Rangga,
Melihat ekspresi Rangga yang cuek tentu membuat Ayu tambah marah, di ambilnya lagi tutup panci itu dan memburu Rangga, Rangga yang tau langsung lari, kejar-kejaran terjadi. Dengan kesal Ayu membanting tutup panci dari tangannya,
Rumah tampak sepi, nenek dan kakeknya sudah berangkat ke kebun, tinggal mereka berdua, jujur Rangga tidak tau siapa gadis itu, karena memang sejak dia lahir belum pernah bertemu, Rangga lahir di kota Jakarta, saat dia lahir nenek dan kakeknya lah yang mengunjungi mereka tentu Ayu ikut, tapi rangga tak bisa mengingat, karena saat itu di masih bayi, tanpa perduli dengan Ayu, Rangga mengambil gitarnya dan mulai asik,
Di petiknya senar gitar dengan indah, mengisi bosan, handphonenya berdering, tertulis nama Wika di sana, di geser layar dan menyeruak sebuah suara
"Rangga Miss you"
Rangga tersenyum, di letaknya handphone itu di depannya Solah mereka sedang mengobrol sambil melanjutkan petikan gitarnya.
Senyum manisnya menyabut suara itu
"Kapan pulang aku kangen"
"Baru juga Sampek udah kapan pulang" Rangga menyeringai
"Ayang aku mau nyusul boleh"
"Jangan lah, nenekku bawel nanti kamu di usirnya"
"Uuuuh"
Lenguh Wika kecewa, yang di tanggapi senyum saja oleh Rangga
"Woi mo ikut kebon nggak"
Suara berisik dari belakang mengganggu asiknya obrolan mereka, Rangga menutup telfonya, di gendong gitarnya melangkah mengikuti gadis kecil manis itu
"Haaaah"
Keluhnya pelan berjalan mengikuti dari belakang ia menikmati badan sintal dengan balutan rok selutut, baju kaos yang di padu blazer panjang, dia bulat
"Huuuf"
Rangga menutup mulutnya hampir pecah tawanya, gadis itu berbalik, matanya yang bulat mendelik pipinya cabi, bibirnya merah alami hidungnya mungil
"Glek, cantik"
"Duduk" Perintahnya padaku
Aku diam saja pura-pura, tapi di tariknya aku Hingga membungkuk, dengan cepat tangan mungilnya mencapai telingaku, dengan kencang di plintirnya telingaku
"Gini-gini juga gw lebih tua dari lo, lo harus hormat sama gw"
Tangan kecil itu menuding tepat di depan wajahku
"Gw bibi lo jadi sama dengan mama lo, nggak patuh, lo gw kutuk jadi kodok" sungutnya serius
"Oh ternyata lo bibi gw"
"Aduuuh" ku tutup mulutku seolah terkejut
"Masak, kok gw nggak tau" kembali Rangga meledek
"Ya iyalah lo nggak tau" teriak Ayu kesal
"Nggak percaya"
"Boo..Dok, bodok amat !!"
"Buktinya, lo di sini koplak" gadis itu merengut,
"Woooow manis man kayak gulali yang baru di tempa, anget-anget manis lembut lengket gimana gitu" hati Rangga bergumam lirih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Evi Fitriani
asyik juga cerita nya😊
2022-06-22
0
Arjuna'Bayu
makasih hadirnya
2022-03-15
0
Ayesha
seruuuu
2021-06-27
1