2 : Memperingatkan

Mentari memacu motor besarnya membelah jalanan. Waktu masih sore untuk pulang. Apalagi dua sahabat karibnya tengah menunggu dirinya di sebuah kafe. Siapa lagi kalau bukan Aira yang modis dan Reva sang calon kakak iparnya.

Tadinya mereka mengajak Mentari jalan-jalan di mall, tapi Mentari tahu jika keduanya sudah di sana, satu jam adalah waktu yang tergolong singkat. Mentari tipe perempuan yang tidak suka berbelanja terlalu lama.

Menghiraukan pesan Ravi yang menyuruhnya langsung pulang, Mentari diam tanpa memberi tahu Ravi. Lagipula dia hanya bertemu dengan temannya yang juga temannya Ravi.

"Maaf telat!"

Aira dan Reva mendongak pada Mentari yang terlihat ngos-ngosan. Dipastikan jika Mentari ngebut di jalanan dan langsung berlari ketika sampai parkiran.

"Dimaklum," sahut Aira datar.

"Dimaklum bagaimana?" Mentari menduduki kursi di sebelah Reva.

"Calon manten," timpal Reva terkekeh.

"Apa hubungannya?" Mentari semakin tak mengerti.

"Kamu habis nyiapin stok persediaan dengan Ravi buat persiapan seminggu tak bertemu. Jadi, kita maklum," canda Aira.

"Bisa saja,"

"Kita baru beres ujian akhir semester, tadinya mau ngajak kamu liburan. Eh ... kamunya mau nikah. Terus liburan tanpa kita,"

"Ralat, Ra! Mereka bu-lan ma-du," Reva menekankan kata bulan madu.

Aira terkikik mendengarnya. Melirik pada Mentari yang ikut tersenyum. Aura pengantin memang beda, pikirnya. Tak menyangka dirinya yang sering gonta-ganti pacar, bisa didahului oleh Mentari yang baru mengenal pacaran.

Seorang pelayan mendekati meja mereka, karena Mentari melambaikan tangannya. Perutnya harus segera diisi, sebelum cacing di perutnya bersuara. Belum lagi kerongkongan yang begitu kering untuk segera disiram cairan dingin.

"Ravi kemana? Sibuk ngurus bisnisnya?" tanya Reva menyeruput jus berwarna merah.

"Bukan,"

"Lalu?" Reva menatap Mentari.

"Dia sedang menemui seseorang," jawab Mentari tak enak.

"Siapa?" giliran Aira yang bertanya.

"Temannya," sahut Mentari asal.

Matanya mengedar ke segala arah untuk menghilangkan kegugupannya. Justru itulah yang membuat kedua temannya curiga. Kebohongan nampak jelas di mata Mentari. Apalagi mereka sudah lama berteman, jadi tahu bagaimana reaksi Mentari.

"Aku kira dia bertemu wanita lain," celetuk Aira.

"Apa!" pekik Mentari pelan.

Mentari melebarkan matanya. Celetukkan Aira sangat tepat dan membuatnya membisu. Dia merutuki kelemahannya yang susah sekali bersandiwara di hadapan kedua temannya.

Ada ketakutan dalam dirinya, jika mengemukakan kemana perginya Ravi. Dua orang di hadapannya berwatak sama dengan emosi yang langsung bertindak tanpa berpikir. Bisa-bisa dirinya kena semprot, padahal maksudnya ingin memarahi orang lain.

"Kamu kenapa? Biasa saja kali, Ri. Kaya orang baru ketahuan bohong," sindir Reva.

Helaan nafas terdengar dari hidung Mentari. Memang benar dirinya tak bisa menghindar lagi dari dua sahabatnya. Seharusnya di antara sahabat tak ada rahasia. Dia pun tak ingin kejadian di saat Aira marah padanya, karena dituduh merebut Bintang dari kak Alya, kakaknya Aira kembali terulang.

"Ravi sedang menemui Natasha,"

"Apa!" giliran Reva dan Aira yang terkejut.

Bahkan Reva memukul meja cukup keras saking dirinya terkejut. Untung saja tangan Reva tidak sampai menepuk kue penuh krim, yang bisa membuat Reva semakin darah tinggi.

Keduanya menatap tak percaya pada Mentari. Ravi bertemu wanita yang sangat dibenci oleh keduanya. Masih ingat di kepala mereka, bagaimana buruknya Natasha sebagai wanita licik dan mengusik ketenangan Mentari.

Berbeda dengan Mentari yang menutup telinganya saking tingginya nada mayor entah minor yang keluar dari mulut Aira dan Reva. Wajahnya menahan malu, melihat beberapa orang memandang ke arah mereka.

Mentari tersenyum dan menganggukkan kepalanya seakan meminta maaf pada semua pengunjung kafe. Namun, Aira dan Reva mengacuhkan pandangan semua orang dan memilih tetap menatap Mentari.

"Kamu izinin Ravi?" tanya Aira membulatkan matanya dengan sempurna.

"Iya. Salah?" polos Mentari.

"Kamu itu terlalu baik atau terlalu bod*h sih? Ravi bertemu dengan mantannya ... Natasha itu licik, Ri!" geram Reva.

"Betul apa yang dikatakan Reva. Bisa saja saat ini Natasha sedang merayu Ravi untuk mengurungkan niatnya menikah denganmu. Apa kamu tidak berpikir ke sana?" kesal Aira.

"Ini mbak pesanannya," sela pelayan.

"Makasih,"

Aira dan Reva masih menampilkan mode api yang membakar tubuh mereka karena amarah. Mentari merasakan kekecewaan keduanya, tapi dengan tenangnya dia menyedot jus miliknya dengan mata melirik pada Aira dan Reva bergantian.

"Ah ... segarnya!" celetuk Mentari terlihat menikmati minumannya.

"Ini anak! Kita bicara serius malah bercanda," protes Aira.

"Aku juga serius kali, Ra. Ini minuman segar banget. Apalagi lihat wajah kalian yang mengintimidasi diriku, nanti aku ikut emosi juga," santai Mentari.

"Kamu itu sebenarnya cinta enggak sih sama Ravi?"

"Ya cintalah, Re. Tak usah diragukan lagi," bangga Mentari tersenyum sambil menaikturunkan alisnya.

"Tapi kenapa kamu enggak cemburu lihat Ravi ketemu sama Natasha?"

"Gini ya, Re. Dulu memang Natasha selalu menggangguku, menuduh aku merebut Ravi darinya. Tapi, semenjak Ravi bertindak tegas sama Natasha, buktinya Natasha tidak berani lagi menampilkan wajahnya di depanku dan Ravi. Dua bulan," Mentari menekankan kata dua bulan dengan jari telunjuk dan tengah yang berdiri.

"Memang seperti itu sih. Tapi, tetap saja aku tak percaya sama Natasha. Dia itu wanita ular. Mengkhianati Ravi dan juga menggoda Bintang. Wanita serakah, kakak adik pengen diembat--" ketus Reva.

"Sayangnya, dia gak dapat keduanya," sambung Aira yang diikuti tawa ketiganya.

"Beda sama Mentari, cewek polos. Dicintai kakaknya, eh mencintai adiknya. Ujungnya direbutin sampai berantem tuh adik sama kakaknya," seloroh Reva menurunkan tawanya.

"Iya ... tapi tetap saja adiknya menang, Ravi jatuh juga ke pelukanmu, Ri," timpal Aira.

"Kalau bukan Bintang yang menghamili kakakmu dan kamu enggak marah sama aku, mungkin Bintang masih jadi tunanganku," sindir Mentari yang tidak nyaman diingatkan kejadian dia hampir diperk*s* Bintang.

"Tuh kan ... kamu ingetin aku lagi. Maaf! Dulu aku kan tidak tahu masalahnya. Jangan ungkit lagi ya!" mohon Aira.

"Makanya kalau dapat kabar itu jangan langsung ngambil keputusan. Bintang yang salah, Mentari kena getahnya," Reva mengingatkan dengan sesuap kue lembut masuk ke mulutnya.

"Ngomong-ngomong soal kak Alya, sekarang sudah berapa bulan usia kandungannya?" tanya Mentari yang ikut memakan spagethinya.

"Emmm ... empat bulan kalau enggak salah. Mau nengok juga ke apartemen Bintang, risih ah,"

"Sama kakak ipar sendiri risih," canda Mentari.

"Terus kalau kamu bertemu Bintang, masih canggung tidak?" tantang Aira.

Mentari memang ragu untuk bertemu dengan Bintang. Meski ketika pernikahan Bintang dan Alya, dia menerima untaian maaf dari Bintang. Namun, tetap saja dia merasa tak nyaman jika bertemu lagi dengan Bintang. Trauma masih menghinggapi dirinya.

Satu hal yang dia sadari, besok dia pasti bertemu dengan Bintang. Acara ulang tahun pernikahan calon mertuanya, harus dia hadiri. Apa yang harus dia lakukan besok, jika bertemu dengan Bintang.

"Ri! Kok bengong?"

"Eh, enggak apa-apa kok, Ra," kilah Mentari.

"Makanya Ravi jangan dibiarkan ketemu sama Natasha, buktinya sekarang kamu kepikiran itu kan?" Reva asal tebak.

"Itu juga Ravi. Dia b*g* apa b*d*h sih? Mau-maunya bertemu dengan Natasha. Katanya benci, eh ... sekarang disamperin," kesal Aira.

"B*g* sama b*d*h emang apa bedanya, Ra?" kekeh Mentari.

Aira mendelik kesal Mentari. Niat hatinya ingin membela Mentari, tapi yang dibela malah santai-santai saja, seolah tak ada beban.

"Pokoknya ... kalau sampai Ravi membatalkan pernikahannya denganmu ... aku tak akan segan-segan mengirim dia ke segitiga bermuda atau lubang hitam sekalian," geram Aira.

"Betul. Aku setuju! Sekalian Natasha juga aku kirim ke planet Merkurius biar kepanasan di dekat matahari," timpal Reva ikut kesal.

"Kalian ini! Aku yang menjalani, kenapa kalian yang repot?" celetuk Mentari memasang wajah pura-pura kesal.

"Kita kan sahabatan. Jadi, ikut merasakan kegundahanmu, Ri. Jangan pura-pura sok menerima, padahal hati galaunya minta ampun!" ujar Reva balas sok marah.

"Kalian memang sahabat terbaikku." Mentari merangkul kedua sahabatnya bergantian.

Sampai kapan pun Mentari ingin terus menjaga persahabatan dengan Aira dan Mentari. Keretakkan di masa lalu menjadi pelajaran untuknya agar lebih menjaga perasaan.

Benar apa yang dikatakan temannya. Bibir merelakan Ravi bertemu dengan Natasha, tetapi hati sangat gelisah. Dia berdoa semoga Ravi benar-benar menyelesaikan masalah dengan Natasha, bukan tergoda untuk kembali pada Natasha.

***

Bagaimana pertemuan Ravi dengan Natasha? Apakah sesuai prasangka Aira dan Reva? Ataukah sebaliknya?

Terpopuler

Comments

fery

fery

mentari terlalu polos

2021-08-15

0

Nasiah

Nasiah

aku sih reader yg suka marah2🙏🙏🙏🙏

2021-08-03

2

Rhyna Yna

Rhyna Yna

hadeuh....., amsyong dah kalo ada natasha🙍🙍

2021-06-08

0

lihat semua
Episodes
1 1 : Meminta Izin
2 2 : Memperingatkan
3 3 : Bertemu Mantan
4 4 : Bisakah Aku Menerima Titipan?
5 5 : Aku Merindukanmu
6 6 : Jangan Rebut Calon Istriku!
7 7 : Kamarmu Kamarku
8 8 : Pernikahan yang Meresahkan
9 9 : Kedatangan Mantan
10 10 : Malam Panas
11 11: Minta Diskip
12 12 : Pesan Singkat Berat Pikulan
13 13 : Hati-hati dengan Mantan
14 14 : Empati Sang Perebut
15 15 : Pertengkaran Pertama
16 16 : Kau Diamkan Aku
17 17 : Aku Mengerti Perasaanmu
18 18 : Salah Paham
19 19 : Hukuman Dariku
20 20 : Seharusnya Kamu Keluar
21 21 : Tak Semudah Itu
22 22 : Bertarunglah Denganku!
23 23 : Kamu Harus Bertahan Demi Aku
24 24 : Memberimu Kenyamanan Sesaat
25 25 : Maaf!
26 26 : Bangun atau Kurebut?
27 27 : Apakah Dia Menyukaimu?
28 28 : Dimana Natasha?
29 29 : Anggap Mentari Istrimu
30 30 : Akhirnya Tahu
31 31 : Tidakkah Kau Paham?
32 32 : Aku di Sini
33 33 : Jadi Teman?
34 34 : Antara Kebahagiaan dan Kesedihan
35 35 : Perang Urat Syaraf atau Bakso Urat
36 36 : Pertemuan dengan Januar
37 37 : Makan Pembuka dan Penutup
38 38 : Kenapa Harus Januar?
39 39 : Permintaan Hangus
40 40 : Aira Dalam Masalah
41 41 : Eksekusi Awal
42 42 : Eksekusi Akhir
43 43 : Kenapa Dia di Sini?
44 44 : Meluluhkanmu
45 45 : Balasan Kecil
46 46 : Pembuktian
47 47 : Menyiapkan Kado
48 48 : Kejutan Untuk Suamiku
49 49 : Hatiku Sakit
50 50 : Aku Terluka
51 51 : Dimana Kamu?
52 52 : Pertengkaran Sengit
53 53 : Menemuimu
54 54 : Lagi?
55 55 : Semua Karena Anakmu yang Minta
56 56 : Hancurkan!
57 57 : Hatrick
58 58 : Kamu Kenapa?
59 59: Ikuti Mauku
60 60 : Berita Bahagia
61 61 : Ingat Kata Mama
62 62 : Ternyata ...
63 63 : Periksa
64 64 : Rayuan Kenangan
65 65 : Keputusan Tertunda?
66 66 : Bagaimana Kalau?
67 67 : Tagihan Janji
68 68 : Menunda
69 69 : Ketahuan
70 70 : Berat Berpisah
71 71 : Temanmu Menyebalkan
72 72 : Aku Pergi
73 73 : Dia Lagi
74 74 : Curiga
75 75 : Tidak Mungkin
76 76 : Sabar Dulu
77 77 : Jujur, Pi!
Episodes

Updated 77 Episodes

1
1 : Meminta Izin
2
2 : Memperingatkan
3
3 : Bertemu Mantan
4
4 : Bisakah Aku Menerima Titipan?
5
5 : Aku Merindukanmu
6
6 : Jangan Rebut Calon Istriku!
7
7 : Kamarmu Kamarku
8
8 : Pernikahan yang Meresahkan
9
9 : Kedatangan Mantan
10
10 : Malam Panas
11
11: Minta Diskip
12
12 : Pesan Singkat Berat Pikulan
13
13 : Hati-hati dengan Mantan
14
14 : Empati Sang Perebut
15
15 : Pertengkaran Pertama
16
16 : Kau Diamkan Aku
17
17 : Aku Mengerti Perasaanmu
18
18 : Salah Paham
19
19 : Hukuman Dariku
20
20 : Seharusnya Kamu Keluar
21
21 : Tak Semudah Itu
22
22 : Bertarunglah Denganku!
23
23 : Kamu Harus Bertahan Demi Aku
24
24 : Memberimu Kenyamanan Sesaat
25
25 : Maaf!
26
26 : Bangun atau Kurebut?
27
27 : Apakah Dia Menyukaimu?
28
28 : Dimana Natasha?
29
29 : Anggap Mentari Istrimu
30
30 : Akhirnya Tahu
31
31 : Tidakkah Kau Paham?
32
32 : Aku di Sini
33
33 : Jadi Teman?
34
34 : Antara Kebahagiaan dan Kesedihan
35
35 : Perang Urat Syaraf atau Bakso Urat
36
36 : Pertemuan dengan Januar
37
37 : Makan Pembuka dan Penutup
38
38 : Kenapa Harus Januar?
39
39 : Permintaan Hangus
40
40 : Aira Dalam Masalah
41
41 : Eksekusi Awal
42
42 : Eksekusi Akhir
43
43 : Kenapa Dia di Sini?
44
44 : Meluluhkanmu
45
45 : Balasan Kecil
46
46 : Pembuktian
47
47 : Menyiapkan Kado
48
48 : Kejutan Untuk Suamiku
49
49 : Hatiku Sakit
50
50 : Aku Terluka
51
51 : Dimana Kamu?
52
52 : Pertengkaran Sengit
53
53 : Menemuimu
54
54 : Lagi?
55
55 : Semua Karena Anakmu yang Minta
56
56 : Hancurkan!
57
57 : Hatrick
58
58 : Kamu Kenapa?
59
59: Ikuti Mauku
60
60 : Berita Bahagia
61
61 : Ingat Kata Mama
62
62 : Ternyata ...
63
63 : Periksa
64
64 : Rayuan Kenangan
65
65 : Keputusan Tertunda?
66
66 : Bagaimana Kalau?
67
67 : Tagihan Janji
68
68 : Menunda
69
69 : Ketahuan
70
70 : Berat Berpisah
71
71 : Temanmu Menyebalkan
72
72 : Aku Pergi
73
73 : Dia Lagi
74
74 : Curiga
75
75 : Tidak Mungkin
76
76 : Sabar Dulu
77
77 : Jujur, Pi!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!