05. Belajar Ikhlas

Terik matahari tak menyilaukan kegiatan Milly yang sedang mengintip dari jendela kamarnya di lantai 2. Milly memandangi kakak nya sedang bercanda gurau dengan 2 orang yang begitu Milly kenal. Mereka tengah asik mengobrol di teras depan rumah, disana terlihat Adit yang sedang tertawa bersama Karmila, dan El tersenyum geli memandangi mereka.

Milly menghembuskan napas berat saat melihat Karmila menumpu lengannya di sisi bahu El, pria itu tak merasa keberatan dengan tumpuan lengan itu. Bahkan posisi berdiri mereka terlihat semakin menempel.

Benar-benar seperti sepasang kekasih baru yang sedang dimabuk asmara.

Tak lama Milly melihat layar ponsel yang berdering di genggamannya. Ruby memberi kabar bila posisinya sudah dekat ke rumah Milly. Milly langsung meninggalkan posisinya, menyampir jaket berwarna merah agar menutupi pakaian kaos putih, lalu memakai sepatu kets hitam senada dengan celana leggingnya. Kemudian Milly menghampiri meja nakas dan mengambil 2 buah stik Drum, lalu dimasukan ke dalam tas belel berwarna pink pudar. Terakhir, Milly menarik rambut yang tergerai agar diikat kuat berbentuk buntut kuda.

Langkah kaki Milly bergegas meninggalkan kamar dan menuruni anak tangga. Kaki nya menuju meja makan untuk mengambil botol tumblr lalu dimasukan kedalam tas.

"Mil,"

Milly menegok ke arah Adit yang memanggilnya. Adit berjalan mendekati Milly sembari membawa gelas kaca bekas minuman soda berwarna merah. Sepertinya Adit ingin mengisi ulang minumannya.

"kamu udah mau berangkat ?" Milly hanya mengangguk sebagai jawaban. Kemudian Milly melirik ponselnya lagi karena mendapat panggilan dari Ruby, mengisyarakatkan bahwa Ruby sudah berada di depan rumahnya.

"aku pergi dulu ya kak,"

Milly pamit dan berjalan menuju posisi Ruby. Milly melirik ke arah Karmila dan El yang masih asik mengobrol di taman. Sesaat tatapan El dan Milly bertemu, namun Milly langsung mengalihkan tatapannya menjadi lurus kedepan. Menganggap ia tidak melihat sepasang kekasih itu.

"Milly.."

Langkah gadis itu berhenti. Milly menoleh kearah Karmila yang memanggilnya lembut, ia berusaha keras agar pandangannya tidak mengarah ke arah pria dingin itu.

"kamu mau kemana dek ?" tanya Karmila lembut pada Milly. Sejenak Milly memaksa garis senyumnya terangkat, baginya Karmila adalah gadis yang selalu bersikap baik, selalu lembut dan perhatian padanya. Jika Milly mendiaminya hanya karena El menyukainya, itu sangat tidak adil.

"aku mau latihan di tempat khursus kak, aku udah dijemput."

Karmila melihat kearah luar rumah, terlihat seorang gadis seumuran Milly telah berdiri di samping sebuah mobil yang terparkir disana. Namun Karmila melihat jika gadis itu sedang menatapnya dengan tatapan sengit, seperti Karmila sedang disudutkan. Karmila mengernyit tak mengerti.

"aku pergi dulu kak,"

Milly tersenyum sebentar kemudian melenggang pergi tanpa ada balasan dari Karmila. Dirinya berjalan mendekati mobil dan membuka pintu depan untuk Milly masuki. Ruby menyusul masuk ke dalam mobil. Mereka berdua sama-sama memasang sabuk pengaman dan Ruby langsung menginjak pedal gas.

Mereka berdua terdiam sejenak. Menikmati perjalanan mereka menuju ke suatu tempat.

"Mil, tadi pas mau masuk ke mobil gue liat Kak El mandangin lo gitu." Ruby membuka obrolan dengan pandangan masih lurus ke depan memperhatikan jalan raya. Ruby memang sudah pandai menyetir mobil, namun ia masih merasa was-was karena sampai saat ini gadis itu belum memiliki SIM. Jadi sebelum ia mendapatkan kartu ajaib itu, Ruby harus tetap terjaga saat berkendara.

Khususnya lebih memperhatikan bila ada aparat yang sedang berjaga di ruas jalan.

Dan Ruby juga sempat heran dengan tatapan El pada Milly. Ruby melihat saat itu pandangan El tidak putus menatap punggung Milly sampai mobilnya berjalan meninggalkan rumah.

Milly mengalihkan pandangannya ke arah Ruby dari arah pandangannya ke jalan raya. Sedikit terkejut dengan apa yang Ruby katakan barusan mengenai El. Milly mengernyit tidak percaya, gadis itu tersenyum sinis.

"lo pasti salah liat Rub. Kak El ngga mungkin liat gue kaya gitu,"

Ya, Ruby pasti salah lihat. Milly yakin 100%.

Milly sangat tahu jika El tidak mungkin melihat Milly seperti yang dikatakan Ruby. Di manapun, kapanpun, dan dalam keadaan apapun Milly seolah tidak terlihat di kehidupan El.

Itu yang Milly tahu.

***********************************

Ruby tengah berdiri sambil merekam video yang sudah berdurasi beberapa menit. Ia merekam kegiatan Milly yang sangat semangat memukul drum diiringi dengan instrumen gitar. Saat ini Milly sedang memainkan instrumen lagu pop-rock, meski posisi Milly dan Ruby dibatasi oleh partisi berkedap suara namun suara musik di video tersebut tertangkap mengiringi permainan Milly dengan teman duetnya.

Ruby selalu takjub dengan permainan musik yang Milly mainkan. Memiliki sahabat berhobi main musik merupakan hal baru untuk Ruby. Bagi Ruby berteman dengan Milly tidak akan ada bosannya, Milly yang feminim lebih suka melakukan hal-hal lain. Jika pada umumnya gadis sebayanya lebih suka hangout ke Mall menghabiskan uang jajan mereka atau suka bergosip ria, Milly akan lebih memilih ke tempat khursus untuk bermain Drum. Milly akan pergi ke Mall jika Ruby mengajaknya atau diminta untuk mencari perlengkapan sekolah.

Itulah kenapa Ruby lebih suka berteman dengan Milly ketimbang dengan yang kain, banyak hal positif yang Ruby peroleh jika bersama Milly. Salah satunya menyaksikan aksi Milly bermain Drum adalah kesukaan Ruby sendiri. Baik bermain di tempat khursus maupun di atas panggung.

Gadis berparas seksi itu tak akan segan-segan meluangkan waktunya untuk sekedar menonton Milly bermain musik. Bahkan Ruby mengoleksi video Milly memukul Drum di memory ponselnya.

Ruby menyimpan video tersebut setelah Milly selesai bermain, lalu memasukan ponselnya ke dalam tas. Ruby mendekati Milly dan memberikan botol air minumnya ketika gadis itu keluar dari ruangan dengan peluh keringat. Suhu AC yang sudah dingin tidak mengurangi curah keringat yang menghinggap di sekitar wajah dan leher Milly.

Milly langsung meraih botol minumnya dan meneguk air itu setelah mendudukan badannya di kursi panjang. Air yang di dalam botol sudah habis, lanjut ia dengan menyeka keringat dengan handuk yang diberikan oleh Ruby.

Ruby dan Milly mengobrol sejenak disana. Saat obrolannya jeda, Milly mendapat notif dari ponsel, ia membuka kunci layar dan membuka notif tersebut.

Notif tersebut menunjukan sebuah pesan dari Adit. Adit memberikan kabar kalau dia berada di Airport untuk mengantar El dan Karmila pergi ke bandara karena urusan pekerjaan di luar kota. Milly langsung meluruskan badannya setelah ia membaca pesan itu dan membuka instastory IG Adit, disana Milly melihat Adit merekam kepergian El dan Karmila untuk check in bandara tujuan Jakarta - Yogyakarta.

Pandangan Milly menjadi sendu sesaat. Walau kepergian mereka karena tuntutan pekerjaan dan pergi beramai-ramai bersama teman mereka yang lain, namun hati Milly mencelos.

Mereka baru jadian, terus mereka kerja bareng di luar kota. Ngilu.

Ruby yang melihat Milly mendadak membisu setelah melihat instastory Adit, ia hanya menghela napasnya. Gadis itu menepuk bahu Milly untuk memberinya semangat.

***********************************

Lengan kanan bertumpu diatas kening menutup kelopak mata, meredupi pandangannya dari sorot sinar lampu di sebuah kamar yang luas. Milly terdiam disana, deru hembusan napas menjadi alunan lagu di telinga Milly. Ia tidak tertidur, namun ia sedang menikmati rasa ngilu yang menjalar di sekitar dadanya.

Milly merasa menyesal setelah ia melihat instastory di akun IG El, pria itu hanya merepost instastory Karmila. Mula dari kegiatannya menuju terminal bandara tujuan Jakarta - Yogyakarta, berpamitan di kabin pesawat, lalu tiba di bandara menuju hotel hingga terakhir mereka sedang makan malam di sebuah tempat makan lesehan di Malioboro.

Dada Milly semakin terasa sesak saat video instastory itu menunjukan kegiatan El sedang menyuwir ikan Gurame ke piring Karmila. Dan saat Karmila mengucapkan terima kasih, El hanya membalas dengan sebuah smirk manis pada Karmila.

Perlahan Milly menyentuh dadanya, mengintip kegiatan El di IG dengan fake account malah tambah rasa nyeri di dadanya.

Dan beginilah sekarang, Milly hanya bisa tersenyum miris diatas tempat tidur, wajahnya tertutup lengannya agar air matanya tidak kembali tumpah.

"ayo Mil, saatnya ikhlasin Kak El."

Ia memejamkan matanya dibalik tumpuan lengan. Dan tanpa sadar bunga tidur melelapkannya, membiarkan cahaya lampu menerangi dirinya hingga pagi menjelang.

**********************************

Terpopuler

Comments

Dennoona

Dennoona

nyeriii hati ini... 😢😢

2023-03-01

0

Irni Zahara1998

Irni Zahara1998

gue tau rasanya mil😭

2022-03-02

0

Raty Chy Bintang Piecess

Raty Chy Bintang Piecess

kok aku jdi melow yah saat bacahnyah

2022-02-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!