Bel jam istirahat di SMA Sawarna berbunyi. Para murid berbondong-bondong menuju kantin, tempat favorit mereka untuk menghabiskan waktu setelah jam pelajaran usai. Suasana kantin tak akan pernah sepi disana, semua meja dan bangku akan terus penuh bahkan sampai waiting list.
Namun tidak untuk Milly saat ini. Dia butuh jam istirahat untuk kembali menikmati rasa sedihnya di dalam kelas. Jam mata pelajaran barusan sudah Milly lalui dengan susah payah, setelah bel berbunyi tanda jam istirahat, Milly langsung memasang kedua tangannya terlipat diatas meja lalu menenggelamkan wajahnya disana. Earphone yang terpasang di telinga Milly, melantunkan musik melankolis menyempurnakan rasa sedih nya.
Sebelumnya Ruby sudah mengajak Milly untuk pergi bersama menuju kantin, namun Milly hanya diam tak menggubris ajakan Ruby. Bahkan Nathan pun juga ikut membujuk Milly menuju kantin, Milly hanya menggeleng singkat atas ajakan tersebut, dan ia juga menggeleng saat ditawari dibelikan makanan atau minuman di kantin. Milly hanya ingin sendirian, tidak mau kemanapun dan tidak ingin memakan apapun.
Ruby dan Nathan kembali tiba di kelas. Tangan mereka sibuk membawakan makanan dan minuman untuk Milly. Mereka tak tega membiarkan Milly sendirian di dalam kelas dengan perut kosong, mereka cemas jika Milly jatuh sakit karena telat makan siang.
Ruby kembali membujuk Milly untuk makan. Ia telah membelikan makan siang berupa paket nasi ayam tambah es teh manis. Setidaknya anak itu harus ada asupan energi, galau karena cinta butuh tenaga ekstra juga.
"apa lo mau pulang aja Mil ? Kalau iya, gue bantu bilangin guru piket buat bikinin surat ijin," Ruby menawarkan, ia dan Nathan sudah begitu cemas dengan keadaan Milly sekarang ini. Nasi Ayam buatan Mbok Ijah tak disentuh oleh gadis berambut panjang itu, padahal makanan tersebut adalah makanan kesukaan Milly ketika jam istirahat di sekolah.
Nathan menampaki wajah pucat Milly saat gadis itu mendongak. Milly menggeleng atas tawaran tersebut, ia ngga mau menyusahkan teman-temannya.
Ruby menghela nafas berat. Gadis itu sudah tau kenapa Milly bisa seperti ini. Kemarin malam Milly menelepon Ruby sampai tengah malam, menceritakan tentang El yang mengatakan cintanya pada teman kerja Adit bernama Karmila. Ia tidak berhenti menceritakan hal itu sambil menangis tersendu-sendu. Hasilnya mata Milly bengkak sampai sekarang.
Pagi tadi Adit masih belum sadar jika adiknya menangis semalaman. Yang Adit tau Milly langsung tidur karena kelelahan. Dan tadi Milly menyamarkan bengkaknya dengan memakai kacamata. Milly memang memiliki mata minus, jadi Adit tidak curiga kenapa Milly memakai kacamata.
Milly merubah posisi wajahnya menghadap ke samping, menghadap Nathan yang sedang duduk di samping Milly. Berkali-kali Nathan terus menawarinya makan dan minum, tapi Milly hanya diam tak menanggapi.
Ruby menyerah. Pada akhirnya ia membiarkan sahabatnya diam tak bersuara. Sesekali ia mengelus rambut panjang Milly, memanjakan gadis itu.
"Rub, gimana nih ?" tanya Nathan kemudian. Ia mulai lelah membujuk Milly yang tak mau menyentuh kotak makanan. Ruby mengendikan bahu, saat ini dia juga bingung harus melakukan apa.
"Mil, aku harus ngapain biar kamu mau makan ?" Nathan kembali memandangi wajah pucat Milly. Milly menghembuskan nafasnya, lalu memandangi Nathan.
"aku ngga mau makan Nat, tapi kamu duduk aja disitu. Aku lagi pengen mandangin kamu aja. Boleh kan ?"
Ruby dan Nathan terkejut. Ucapan Milly barusan membuat detak jantung Nathan berpacu kencang. Tatapan Milly dan Nathan terpaku sejenak, kemudian Nathan berdeham dan duduk terkaku di kursinya. Nathan menjadi salah tingkah karena tatapan Milly hanya tertuju pada Nathan seorang. Laki-laki itu tersipu malu, dan juga senang karena mendengar Milly mengatakan itu padanya.
Ruby mengalihkan pandangannya ke arah rambut Milly. Ruby tau jika gadis itu mengatakan seperti tadi agar Nathan tidak perlu mengkhawatirkannya. Tapi secara ngga langsung Milly seolah memberi lampu hijau pada Nathan.
Di satu sisi Milly berfikir. Ia tahu jika Ruby akan beranggapan aneh atas ucapannya barusan. Tanpa Ruby memperingatkan pun Milly sudah paham. Ia tidak bermaksud membuaikan perasaan Nathan. Milly hanya ingin diam dalam kesedihannya. Dia nggak mau Nathan terus berusaha keras memberi perhatiannya.
Jika memang Tuhan ingin Milly bersama Nathan, Milly akan menyerah pada El. Dan jika sudah siap membuka hatinya kembali, sepenuhnya Milly akan menyita perhatiannya hanya untuk Nathan.
Itu bukanlah sebuah janji. Tapi Milly akan mencobanya.
Milly hanya ingin menikmati perasaan ini sebagai terakhir kalinya.
***********************************
Selembar foto yang terobek dikeluarkan dibalik case ponsel. Milly memandangi foto tersebut, dimana Adit dan El tersenyum bahagia dengan memakai jubah hitam dan topi toga di atas kepala mereka. Senyuman El selalu berhasil merekah hati Milly. Foto itu terbidik saat El tidak bisa menutupi kebahagiaannya atas predikat cumlaude yang telah ia raih di salah satu Universitas terbaik di Jakarta. Sebagai sahabatnya Adit turut bahagia akan keberhasilan El dan mereka berfoto bersama setelah acara wisuda berlangsung.
Dan foto tersebut diabadikan oleh Milly sendiri. Diam-diam Milly ambil dari gallery ponsel Adit dan mengcopy ke ponsel Milly. Lalu ia mencetak foto tersebut dan merobeknya dibagian sisi pinggir. Agar ia bisa menyimpan foto tersebut dibalik case ponselnya.
Senyuman Miris terpancar dari wajah mungil Milly. Hatinya kembali sakit mengingat kejadian kemarin malam. Kejadian tersebut masih sangat jelas terputar di dalam pikiran Milly.
Milly termenung di dalam kamar nya. Tatapan kosongnya mengarah ke foto tersebut. Pikirannya berputar dengan kalimat menyerah, menyerah akan perasaannya terhadap El. Namun hatinya berbisik untuk tetap berjuang.
"berjuang bagaimana ? Dia sukanya sama kak Karmila, bukan aku."
Ia mendengus pasrah. Sekali lagi memandangi foto itu dan kembali ia letakkan di dalam case. Lalu Milly memantapkan hatinya, berfikir dengan kesimpulan yang ia buat.
Jika memang Milly harus menyerah, ia akan meminta Tuhan untuk memberinya petunjuk dan arahan. Dimana El memang tidak pernah melihat Milly sebagai sosok wanita.
Dengan keberanian tersegelitir rasa ragu, Milly keluar dari kamar nya dan bergegas menuju ruang tengah. Berlari kecil menuruni anak tangga satu persatu. Kemudian pandangannya terarah ke ruang tengah.
Ruangan tersebut sudah ramai dengan kehadiran teman-teman Adit disana. Acara arisan kantor Adit digelar di kediaman rumah Adit. Sekitar 10 orang sedang bercanda gurau memenuhi ruangan tersebut. Milly menampak Bi Ana sedang menyusun gelas dan botol minuman di atas nampan. Milly berinisiatif membantu Bi Ana membawakan minuman.
Meski sungkan namun Bi Ana mengiyakan tawaran Milly. Kemudian gadis itu berjalan mengikuti langkah Bi Ana di depannya.
Semua orang menoleh kearah Bi Ana dan Milly. Beberapa di antara mereka bersorak kagum pada Adit karena memiliki seorang adik perempuan yang manis seperti Milly.
Milly hanya tersenyum canggung atas pujian tersebut, sembari ia meletakkan minuman ke atas meja. Milly mendongak, mendapati El sedang duduk berdua dengan Karmila. Terlihat El sedang menjahili Karmila dengan menjauhkan remot TV di tangannya setinggi mungkin, agar Karmila tidak bisa mengganti channel yang ditonton oleh El.
Mendadak mata Milly memanas. Dadanya kembali sesak melihat keakraban pertemanan mereka, yang mungkin sudah sah menjadi sepasang kekasih.
"El, minumannya udah dateng nih." seru salah satu temannya.
El menoleh, melihat sosok perempuan bertubuh kecil yang sedang menatapnya dengan tatapan sendu. Milly langsung mengalihkan pandangannya, ia berusaha menarik nafas dan memaksakan wajahnya tersenyum pada rekan kerja Adit itu.
Adit menawari makanan ke Milly, namun langsung ditepis dengan alasan sudah kenyang. Ia buru-buru keluar dari kerumunan itu dan kembali berjalan menuju kamarnya.
Bendungan cairan bening sudah bersiap keluar. Kemudian pecah setelah Milly menutup pintu. Potongan adegan dimana El sibuk menatap Karmila dengan tangannya menjauhi gapaian Karmila. Dan mereka saling tersenyum ketika Karmila berhasil merebut remot TV dari genggaman El. Itu cukup berhasil mengiris hatinya, seolah Tuhan benar memberikan petunjuk pada Milly. Mengingat dimana El tidak pernah memasang garis senyum pada Milly, justru ia lakukan kepada wanita lain. Dan wanita itu adalah Karmila.
Tetesan air mata semakin deras melewati pipinya. Tangan kanannya menyentuh dada Milly yang begitu nyeri.
"Tuhan, aku menyerah." putus Milly dalam tangis diamnya. Sekuat tenaga ia redam kesedihannya agar tidak terdengar siapapun.
Milly mengumpulkan tekad, menganggap keputusan tersebut adalah yang terbaik untuk hidupnya.
Dan juga untuk hidup El seorang.
***********************************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
May Keisya
ada2 aja😂😂😂
2023-11-08
0
Dennoona
terpotek hati adek bang El... 😭😭😭
2023-03-01
1
rafzha
ko w yg nyesek ya😭😭😭
2022-10-05
0