Sebuah mobil sedan hitam berhenti di parkiran sekolah SMA Sawarna. Milly keluar dari pintu penumpang dan berdiri di barisan pintu depan mobil. Wajah Adit terlihat setelah kaca mobil diturunkan. Milly membungkukkan badannya, berpamitan untuk segera masuk ke gedung sekolah sebelum bel berbunyi.
"semangat sekolahnya yah dek, kabarin kakak kalau kamu udah pulang ke rumah."
Milly mengangguk atas perintah Adit.
"hati-hati kak Adit. Hati-hati kak El, makasih tumpangannya."
Tanpa menoleh atau menyahut tanda terima kasih Milly, El langsung menginjak pedal gas mobil. Meninggalkan Milly yang masih berdiri membelalak menatap mobil El. Namun Adit sempat melambaikan tangan pada Milly setelah meninggalkan gadis itu.
Milly menghela nafas lalu tersenyum kecut atas sikap El barusan. Tapi itulah El, tak akan pernah membalas atau menyahut sedikitpun. Dan El pun tidak melirik Milly, tidak tersenyum dan tidak akan melakukan apapun yang Milly lakukan padanya.
Langkah kaki jenjang itu berjalan lesu memasuki gedung sekolah. Pikirannya kembali mengingat kejadian saat sarapan di rumah.
El memutuskan menginap di rumah mereka karena El mengadu lelah dan nggak kuat untuk menyetir mobil. Oleh karena itu Milly menyiapkan sarapan lebih. Nasi goreng suwiran Ayam dan kerupuk udang dihidangkan di atas meja.
Saat sarapan berlangsung, Milly meminta ongkos taksi pada Adit. Karena Milly kewalahan membawa beberapa buku tebal yang akan dibawanya saat jam pelajaran hari ini. Milly sudah mengeluh duluan, membayangkan ia akan berangkat ke sekolah menggunakan metro mini sambil menenteng buku-buku tebal. Belum lagi berdesakan dengan pengguna metro mini lain.
Memikirkannya saja sudah sesak duluan.
Namun Adit tidak memberikan ongkosnya, justru ia menyarankan dan membujuk El untuk berangkat bersama menggunakan mobil El. Mumpung nanti berangkat kerja naik mobil El jadi Adit nggak perlu bawa mobil juga.
"El, nanti bareng Milly yah. Kita anterin dulu ke sekolah,"
El hanya berdeham singkat tanpa menoleh kearah Adit ataupun Milly.
Mengingat itu Milly menghela nafas berat. Mungkin El keberatan mengantarkan Milly ke sekokah. Bahkan selama diperjalanan El hanya membungkam bibirnya meski Adit mengajaknya mengobrol panjang. Dari situ Milly merasa bersalah.
Aku menyusahkannya, keluh Milly dalam hati.
Milly telah duduk di kursi kelasnya, berada di posisi tengah melewati 3 baris meja. Lalu mengeluarkan beberapa buku tebal dan diletakkan diatas meja. Ia membuka salah satu buku dengan asal, tak minat membaca ia letakkan lagi ditempat semula lalu menutupi wajahnya dengan melipat lengan diatas meja.
Reaksi dingin El berputar-putar di kepala Milly. Rasa senang dan sedih menyatu, senang karena bisa berangkat bareng El dan sedih karena wajah El merungut tidak suka saat mengantar Milly.
Milly asik dengan dunianya membiarkan hiruk pikuk suasana kelas begitu ramai. Kelas Milly dikategorikan sebagai kelas terpopuler, karena diisi oleh siswa siswi berprestasi dan memiliki The Prince and The Princess seantero sekolah SMA Sawarna.
Princess yang dimaksud bukanlah Milly. Baru saja gadis yang dimaksud memasuki kelas dan duduk di sebelah Milly. Melihat Milly menenggelamkan wajahnya dibalik lengan mengerutkan kening gadis yang dikenal cantik dan berada itu.
"Mil, lo sakit ?"
Milly mendongak melihat Princess of The School bertanya padanya.
Milly menghela nafas berat, "nggak kok. Baru dateng Rub ?"
Gadis itu mengangguk. Lalu meletakkan tas ransel dipenuhi bulu-bulu tebal berwarna hitam dan mengeluarkan beberapa buku dari dalam sana.
"galauin si Aa El lagi yah ?" goda gadis itu kemudian, melihat Milly menghela nafas membuatnya sedikit sendu.
"kenapa lagi sih ? Ngga ada tanda-tanda perubahan dari dia ke lo ?" tanya Rub penasaran. Kedua tangan nya masih sibuk mencari buku lain didalam tas. Kemudian mengeluarkan kotak pensil dan mengambil bulpoin hitam.
"gue udah ngerepotin dia Rub. Tadi gue minta ongkos taksi ke Kak Adit tapi Kak Adit malah ngajak gue numpang di mobil Kak El. Trus wajahnya kaya ngga suka gitu,"
Kali ini Rub menghela nafas. Milly sering bercerita pada Rub perihal sosok El, bahkan Rub pernah bertemu dengan pria itu.
Rub akui jika pria yang disukai Milly sangatlah tampan, jika Rub tidak memiliki seseorang yang ia sukai pasti dia juga akan menyukai El sama seperti Milly. Dan Rub juga sudah tahu bagaimana sikap El pada Milly. Menurut Rub, Milly ini dianggap hantu. Jika tak terlihat tidak peduli, jika terlihat Milly akan dianggap sebagai hal yang tidak perlu dilihat. Tinggal dibacain doa langsung menghilang sekejap.
Rub hanya bisa menatap miris pada Milly.
"jadi .."
".. Lo mau gimana sama dia ?" tanya Rub merubah posisi duduknya menjadi menghadap Milly, lalu menatapnya intens. Bagaimana pun dia tidak tega membiarkan sahabatnya sedari SMP terus galauin pria yang tidak jelas.
Jelas sih orangnya, tapi nggak punya hati aja.
Punya hati sih, tapi rasa untuk Milly nggak ada di dalam sana.
Milly belum menjawab, dia pun ikut bingung. El memang dingin padanya tapi pria itu tidak pernah memperlakukan hal-hal yang aneh. Jadi kurang pantas saja jika El dibilang jahat pada Milly. Milly nya saja yang terlalu berharap pada El, itu masalahnya.
"gini yah Milly. Lo udah suka sama dia selama setahun ini, tapi sikapnya ke lo makin keras kaya karang. Hatinya makin sulit lo kikis untuk luluh.."
"..dan lo juga ngga ada ungkapin perasaan lo ke dia. Bahkan perasaan lo itu terrutup rapat agar Kak Adit nggak tau tentang perasaan lo."
"jadi ngga salah kalau Kak El ngeliat lo bukan sebagai perempuan. Yang dia tau lo adiknya Kak Adit. That's it,"
Milly kembali menenggelamkan wajahnya. Ucapan Rub memang benar, El makin sulit Milly gapai.
Bertanya-tanya di dalam hati siapakah sosok perempuan yang bisa menaklukan hati si keras karang itu. Begitu beruntung perempuan itu disukai oleh El.
"mending lo liat yang ada didepan mata lo aja. Dia lebih jelas dan beneran suka sama lo,"
Milly menaikan kepalanya dan melihat sosok yang sering dipanggil The Prince of The School. Dia berjalan santai mendekati tempat duduknya, tepat di berada samping duduk Milly persis. Laki-laki itu tersenyum tulus, menyapa Milly.
"hai Mil,"
"hai," balas Milly tersenyum simpul. Lalu beralih menatap teman sebangkunya yang sedari tadi memperhatikan sahabatnya.
Sembari tersenyum menggoda ala-ala.
"Nathan sudah sangat jelas bukan ?! Kalau gue jadi lo sih mending gue suka sama Nathan aja," bisik Rub mengingatkan. Milly menghela nafas berat.
Berbeda dengan sekolah lain atau kisah cerita novel romantis. Yang menceritakan sosok laki-laki yang terkenal di sekolahnya menyukai gadis tercantik di sana. Di tempat Milly bersekolah, justru 2 tokoh itu tidak seperti di dalam cerita. Mereka tidak memiliki perasaan satu sama lain, murni hanya berteman saja.
Nathan-lah yang menjadi The Prince of The School di SMA Sawarna. Jika dijelaskan sosok Nathan sesuai dengan cerita novel atau film: selain tampan, otaknya encer kaya air. Banyak prestasi yang Nathan peroleh untuk menaikan nama sekolah dan namanya menjadi langganan di piala pajangan. Aktif sebagai anggota Osis dan juga suka mengikuti kegiatan sekolah seperti perlombaan dan perkumpulan.
Dan laki-laki itu menyukai Milly. Namun hanya beberapa teman Milly dan teman Nathan saja yang mengetahui hal itu, dan mungkin saja sudah menjadi rahasia umum jika Nathan menyukai Milly.
Bukan karena Nathan membocorkan perasaannya kepada orang lain, sikap Nathan terlihat berbeda saat sedang bersama Milly. Apalagi Milly dan Nathan menyukai hobi yang sama. Yaitu bermain alat musik.
Bahkan Milly tak jarang merespon sikap baiknya Nathan. Milly tidak menghindar jika ada beberapa temannya mengatakan kalau Nathan menyukainya, tapi Milly tidak mengatakan jika dia juga suka sama Nathan. Membuat semua orang di sekolah menganggap Milly "menggantungkan" perasaan Nathan.
"Mil, nanti datang ke tempat khursus kan ? Tadi aku udah di whatsapp sama Pak Nandar untuk datang ke sana buat bantu ajarin main musik di kelas baru,"
Ada jeda sesaat sebelum Milly mengangguk. Barusan Milly mengecek ponselnya dan mendapatkan notif jika guru les nya meminta Milly untuk datang juga.
Dan lebih memperkuat dugaan jika Nathan memang menyukai Milly adalah Nathan rela berpindah tempat khursus musik nya ke tempat yang sama dengan Milly. Bahkan mereka ditempatkan di kelas yang sama.
"iya aku datang kok. Pak Nandar minta aku buat bantu ajarin main Drum juga."
Nathan tersenyum. Kemudian bersiap di kursi nya setelah bel sekolah berbunyi.
Milly kembali menoleh ke arah temannya yang sedang senyum-senyum sendiri memandanginya. Kemudian Milly menyikut lengan gadis itu.
"oh iya Mil,"
Milly dan Rub menoleh lagi ke arah Nathan.
"nanti pulang sekolah kita bareng aja. Aku bawa mobil kok,"
"Ruby mau ikut juga nggak apa-apa," tambah Nathan.
Ruby melambaikan kedua tangannya, "lah gue mau ngapain ? Kan gue nggak les di tempat kalian. Kalian pergi aja, gue pulang bakal dijemput kok,"
Ruby kembali menggoda Milly yang sudah memperhatikan arah depan kelas. Guru Matematika memulai membuka kelas dengan memberikan catatan di papan tulis.
Milly menghela nafas, lagi.
*********************************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Alea Wahyudi
pokoknya insecure klo suka sm teman sekelas apa lg banyak cw sekelas yg lebih cantik lebih pinter , akhir ny cuma jd cinta dlm diam ,aku bukan jodoh nya....
2022-02-14
1
Andrea Indrayana
ak pernah suka ma temen om ak rmah perhatian kadang suka godain ak tp suka sbg kakak gk lebih gk ada getar d hati 😁😁😁
2021-03-29
0
Rianiastuti
seru kyny ,lanjuut
2021-03-15
0